Ini adalah akhlak tinggi, sikap luhur dan pembawaan mulia, mewujudkannya lumayan sulit, merealisasikannya rada susah dan mengaplikasikannya agak berat, hal itu karena ia melawan keinginan diri, menentang kemauan jiwa dan menabrak ambisi pribadi, karena itu maka yang mampu mewujudkannya hanyalah orang-orang besar yang mampu meredam diri dan menahan jiwanya.

Bukan urusan mudah mementingkan saudara seiman dalam perkara dunia di mana hampir semua orang menginginkannya dan merasa berhak mendapatkannya. Bukan perkara gampang mengalah dalam satu hal di mana kita merasa berhak atasnya. Di sinilah letak tantangan dan kesulitannya dan di sini pula letak keluhuran dan kemulian akhlak ini.

Sebuah akhlak dan sifat, dengannya Allah menyanjung orang-orang mulia yang berhasil mewujudkannya melalui persaudaraan sejati, orang-orang Anshar yang memilih sikap demikian dengan suka rela kepada saudara mereka, orang-orang Muhajirin. “Wa yu`tsiruna ala anfusihim walau kaana bihim khashashah.” Dan mereka mementingkan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sekalipun mereka juga memerlukan apa yang mereka berikan itu.

Sebuah akhlak dan sifat, dengannya Allah memuji orang-orang Abrar, orang-orang baik lagi beriman, para penghuni surga dengan segala kenikamatannya, “Dan mereka memberikan makanan sekalipun mereka menyintai makanan itu kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan.” (Al-Insan: 8). Mereka menyintai makanan tersebut karena mereka sendiri membutuhkannya, namun begitu mereka merelakan makanan itu untuk orang-orang miskin dan siapa yang memerlukan.

Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw, beliau bertanya kepada istri-istri beliau, mereka menjawab, “Hanya air yang kami punya.” Maka Rasulullah saw bersabda, “Siapa berkenan menerima orang ini sebagai tamunya?” Maka seorang laki-laki dari Anshar berkata, “Saya.” Laki-laki itu membawa tamunya pulang, dia berkata kepada istrinya, “Hormatilah tamu Rasulullah saw.” Istrinya berkata, “Kami tidak mempunyai apa pun selain makanan untuk anak-anak.” Laki-laki itu berkata kepada istrinya, “Siapkan makanan, nyalakan lampu, buatlah anak-anakmu tidur jika kami hendak makan malam.”

Istrinya melakukan apa yang dikatakan suaminya, lalu dia berdiri seolah-olah hendak memperbaiki lampu, namun justru dia malah memadamkannya, maka laki-laki tersebut bersama istrinya menampakkan kepada tamu mereka bahwa seolah-olah keduanya sedang makan. Malam itu keduanya bermalam dalam keadaan menahan lapar. Di pagi hari laki-laki tersebut berangkat kepada Rasulullah saw, maka Rasulullah saw bersabda, “Malam tadi Allah tertawa –atau beliau bersabda, “Takjub kepada perbuatan kalian berdua.” Maka Allah Ta’ala menurunkan, “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya mereka itulah orang orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9).

Ikrimah bin Abu Jahal, Suhail bin Amru dan al-Harits bin Hisyam ikut dalam perang Yarmuk, mereka terluka parah setelah berperang dengan sangat gigih dan berani, mereka menghadapi ajal kematian, sebelum mereka meninggal mereka diberi minum, Ikrimah diberi minum, dia melihat kepada al-Harits bin Hisyam maka Ikrimah berkata, ‘Beri dia minum terlebih dulu.’ Minuman itu dibawa kepada al-Harits, dia melihat Suhail maka dia berkata, ‘Beri dia minum terlebih dulu.’ Minuman dibawa kepada Suhail namun dia sudah meninggal, pembawa minuman kembali kepada al-Harits dan dia melihatnya sudah meninggal, dia mendekat kepada Ikrimah dan dia mendapatinya sudah meninggal.

Hudzaefah al-Adawi berkisah, “Dalam perang Yarmuk aku berjalan mencari seorang sepupuku sambil membawa sedikit air, aku berkata kepada diriku, ‘Jika sepupuku itu dalam keadaan hidup maka aku akan memberinya minum dan membasuh wajahnya dengannya.’ Aku menemukannya, aku berkata kepadanya, ‘Minumlah.’ Maka dia memberi isyarat kepadaku, ‘Ya.’ Tiba-tiba terdengar suara seseorang, ‘Aduh.’ Maka sepupuku memintaku untuk melihat orang tersebut, aku datang kepadanya dan ternyata dia adalah Hisyam bin al-Ash, aku berkata kepadanya, ‘Minumlah.’ Dia belum menjawab, tiba-tiba terdengar rintihan dari orang lain, maka Hisyam memintaku untuk menemui pemilik rintihan tersebut, aku datang kepadanya dan ternyata dia sudah wafat, aku kembali kepada Hisyam dan dia pun sudah meninggal, aku langsung pergi kepada sepupuku dan ternyata dia juga sudah wafat.” Semoga Allah merahmati mereka semuanya.
(Izzudin Karimi)