MILWAUKEE–Sheboygan County bukan nama yang asing dalam sejarah berdirinya Amerika Serikat. Kota kecil setara kabupaten ini masuk dalam barisan “kota tua” di AS, yang didirikan tanggal 17 Desember 1838, hari dimana warganya menyatakan bergabung dan berdaulat di bawah lindungan Washington. Dengan luas area 513,7 mil persegi, wilayah ini dihuni 112 ribu warga yang 98 persen berkulit putih.

Kini, kota ini kembali mencatatkan namanya dalam sejarah Muslim Amerika; desa pertama yang memiliki masjid. Pemungutan suara oleh dewan kota di Sheboygan County pada Senin menyetujui pendirian masjid pertama bagi komunitas Muslim di wilayah ini.

Dewan Kota Wilson dengan suara bulat menyetujui izin bersyarat yang memungkinkan Muslim Society of Sheboygan untuk mengubah sebuah toko makanan kesehatan menjadi sebuah masjid. Keputusan bulat ini cukup mengejutkan, mengingat perdebatan penuh kmengenai pendirian masjid — sejumlah pendeta keberatan karena khawatir Sheboygan akan menjadi “sarang” teroris baru dan menyebabkan intoleransi agama.

“Kami terharu atas dukungan Dewan Kota dan mayoritas warga,” kata Mohammad Hamad, seorang insinyur lokal dan anggota pendiri Muslim Society of Sheboygan, yang menjabat sebagai imam masjid. “Sekarang kami fokus pada pembangunan masjid dan tidak marah dengan segala polemik di waktu lalu. Kami bekerja sama dan tidak bertentangan satu sama lain.”

Masjid ini diharapkan mampu menampung 100 keluarga Muslim, sebagian dari mereka adalah pengungsi Bosnia, yang kini tinggal di wilayah ini. Masjid yang berada di tepi jalan utama juga bisa menjadi persinggahan Muslim yang tengah melakukan perjalanan darat dari dan ke Milwaukee atau Appleton.

Perdebatan mengenai pembangunan masjid itu memuncak bulan lalu setelah dokter Sheboygan yang juga anggota pendiri Muslim Society of Sheboygan, Mansoor Mirza, membeli bangunan dan disewakan kepada organisasi itu untuk difungsikan sebagai masjid. Namun kativitas di masjid “darurat” itu terhenti saat sejumlah pendeta di Oostburg dan beberapa warga melayangkan surat ke pemerintah setempat menyatakan keberatan.

Masyarakat kota terbelah. Sebagian mendukung kaum Muslim mendirikan masjid, sebagian lagi menentang. Sementara kaum Muslim patungan dana hingga terkumpul 20 ribu dolar AS untuk mengurus perizinan. Mentok juga.

Jumlah pendukung petisi penolakan masjid terus merangkak hingga mencapai angka 90 orang. Namun yang tanpa mereka duga, tiga petisi lain masuk ke dewan kota, berisi dukungan pendirian masjid. Sekelompok pendeta lain ada di barisan pertama penandatangan petisi. Para aktivis Sheboygan Ministerial Alliance juga giat menyuarakan dukungan terhadap komunitas Muslim.

“Persoalannya bukan pada toleransi atau intoleransi, tapi pada ketakutan tak berdasar,” kata Pendeta Gregory S Whelton, ketua aliansi dan pendeta di Gereja St John’s United Church di Sheboygan. “Muslim sudah menjadi saudara kami di sini. Mereka harus memiliki hak yang sama untuk beribadah seperti orang lain.”

Akhirnya, dewan Kota mengambil alih persoalan dan mengadakan pemungutan suara. Hasilnya, hampir seluruh anggota setuju pendirian masjid di sana. Dapat dipahami jika Muhammad Hamad terharu, dan berkisah dengan air mata berurai. (Jsol)