Masalah berteman bukanlah perkara sepele. Ibarat berenang di muara berarus deras, apabila seseorang tidak mampu untuk melawan arus maka ia yang akan hanyut terbawa arus. Sehingga ketika salah dalam memilih teman maupun komunitas, bukan kebaikan yang didapatkan, malah keburukan yang dihasilkan.

 

Teman Adalah Cermin

Tidak bisa dipungkiri bahwa teman pergaulan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kebaikan akhlak maupun kepribadian seseorang. Untuk mengenali akhlak seseorang, cukup dengan mengenali karakteristik komunitas maupun teman-temannya. Karena teman itu ibarat cermin bagi teman yang lainnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

 “(Akhlak) seseorang tergantung dari agama temannya, maka lihatlah salah seorang dari kalian dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud, no. 4835).

 

Bagaimana Anda Berteman

Memilih teman yang baik bukan berarti tidak mau berinteraksi sosial. Kita boleh berinteraksi sosial dengan siapa saja karena memang manusia diciptakan bersuku-suku untuk saling mengenal. Akan tetapi, tunaikanlah adab-adab yang baik di dalamnya agar interaksi itu membawa kebaikan. Di antara adab-adab itu ialah:

 

  1. Pilihlah teman yang baik akhlak dan agamanya

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

 “Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi itu atau engkau membelinya atau paling tidak engkau akan mencium aroma wanginya. Sementara pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau akan mencium aroma yang tidak enak darinya.” (HR. Muslim, no. 6860).

 

  1. Tetap berbuat baik kepada teman yang berakhlak buruk

Dalam berteman, pasti ada di antara mereka yang memiliki perangai yang buruk. Keburukan itu tidak boleh dibalas dengan keburukan pula. Inilah akhlak seorang muslim yang baik, tetap menebar kebaikan kepada siapa saja. Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

 “Bertakwalah kepada Allah dimana pun kamu berada. Ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1987).

 

  1. Menjaga norma syariat ketika berinteraksi dengan lawan jenis

Menjalin pertemanan merupakan perkara yang baik dalam agama. Namun demikian, batasan-batasan syariat yang terkait dengannya harus tetap dijaga, khususnya terhadap lawan jenis yang bukan semahram. Seperti tidak boleh saling berjabat tangan, tidak ber-khulwah (menyendiri dengan lawan jenis), tidak melakukan ikhtilat (percampurbauran antara laki-laki dan perempuan), menjaga pandangan dan tidak menampakkan aurat. Ketika melakukan interaksi sosial, norma syariat harus lebih didahulukan daripada adat kebiasaan yang ada di dalam masyarakat.

 

  1. Ucapkan salam ketika bertemu

Menyapa dan mengucapkan salam ketika bertemu teman merupakan sunnah nabi yang sangat mulia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

“Maukah aku tunjukkan sesuatu kepada kalian, apabila kalian melakukan hal itu, niscaya kalian akan saling mencintai, (yaitu) tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim, no. 203).

 

  1. Menjaga lisan

Wajib bagi seorang muslim menjaga lisannya dari perkataan dusta, celaan, umpatan, ghibah, dan kata-kata buruk lainnya yang bisa menyinggung perasaan, kehormatan, maupun kenyamanan orang lain. Demikianlah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

 “Muslim sejati ialah ketika kaum muslimin selamat dari keburukan lisan dan tangannya.” (HR. Muslim, no. 171).

 

  1. Bersenda gurau sewajarnya

Bercanda bersama teman adalah bumbu dalam sebuah percakapan. Hal ini penting, namun lakukanlah sewajarnya dan jauhi perkara-perkara dusta, hinaan, umpatan, maupun hal-hal tercela lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

 “Celakalah orang yang bercerita lantas ia berdusta di dalamnya untuk membuat manusia tertawa, celakalah ia dan celakalah ia.” (HR. Abu Dawud, no. 4992).

 

  1. Saling mengunjungi

Disunnahkan untuk saling mengunjungi sesama muslim atas dasar iman dan kecintaan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ

 “Sesungguhnya ada seseorang yang ingin mengunjungi saudaranya di tempat lain. Lalu Allah mengutus malaikat di jalan yang hendak ia lalui. Malaikat itu pun berjumpa dengannya seraya bertanya, ‘Kemana engkau akan pergi? Ia menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di kota ini?’ Malaikat itu bertanya kembali, ‘Apakah ada suatu nikmat yang terkumpul untukmu karena sebab dia?’ Ia menjawab, ‘Tidak. Aku hanya mencintai dia karena Allah.’ Malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untukmu. Sungguh Allah mencintaimu karena kecintaan engkau padanya’.” (HR. Muslim, no. 2567).

 

  1. Saling membantu dalam kebaikan dan takwa

Memberikan bantuan kepada teman sebatas pada perkara-perkara yang baik, tidak boleh pada perkara-perkara yang haram dan dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

 “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Ma’idah: 2).

 

  1. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran

Pada saat teman kita melakukan kesalahan atau perbuatan mungkar. Wajib bagi kita untuk menasihatinya dengan cara yang baik dan bijak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman

dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-’Ashr: 2-3).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menuntun kita kepada jalan kebaikan dan kebenaran serta istiqamah di atas sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Amiin. Wallahu a’lam.(Saed As-Saedy, Lc.).

 

Referensi:

  1. Shahih Muslim

2. Sunan Abi Dawud

3. Sunan At-Tirmidzi, dll