Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berfirman:

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkannya, mengagungkannya dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. al-Fath: 8-9).

Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah mengatakan, “Firman-Nya (وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ) yakni, hendaklah kalian menguatkan Rasul, mengagungkan dan memuliakannya, serta hendaklah kalian menunaikan hak-haknya, sebagaimaa halnya beliau memiliki jasa yang besar kepada kalian.” (Tafsir as-Sa’di, 1/792).

Di antara bentuk pengagungan dan pemuliaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah beradab kepada beliau. Bagaimana seorang muslim dan muslimah, pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beradab kepada beliau? Inilah yang akan penulis rangkum dalam tulisan berikut ini.

 

Hakikat Adab kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Hukumnya

Ketika seorang muslim beradab kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hakikatnya ia telah beradab kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu karena orang yang beradab kepada seorang utusan berarti telah beradab kepada yang mengutusnya. Sebagaimana halnya ketaatan kepada Rasul-Nya hakikatnya merupakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (QS. an-Nisa: 80).

Karena itu, seorang muslim wajib untuk beradab secara baik kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

 

Bentuk Adab kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Banyak sekali bentuk adab kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang hendaknya menghiasi pribadi seorang muslim dan muslimah, di antaranya:

1. Mengimani beliau secara jujur dan membenarkan apa-apa yang beliau ajarkan, mengikuti beliau dan menjadikannya sebagai teladan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. al-A’raf: 158).

Beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membenarkan kenabiannya, bahwasannya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutusnya kepada jin dan manusia, membenarkan beliau pada segala sesuatu yang beliau bawa dan katakan. Menyelaraskan pembenaran hati dengan kesaksian lisan, bahwasanya beliau adalah rasulullah (utusan Allah). Apabila telah berkumpul pembenaran terhadap beliau dengan hati dan pengucapan syahadat dengan lisan kemudian penerapannya dengan mengamalkan apa-apa yang beliau bawa, maka keimanan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah sempurna. (asy-Syifa bi Ta’rifi Huquq al-Mushthafa, 2/539).

 

2. Mentaati beliau dan tidak bermaksiat kepadanya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).” (QS. al-Anfal: 20).

Siapa yang mentaati beliau mendapatkan keberuntungan dan siapa yang tidak mentaatinya mendapatkan kehinaan, kerendahan dan kesesatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 71).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَجُعِلَ الذُّلُّ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي

“Dan dijadikan kehinaan dan kerendahan atas siapa saja yang menyelisihi perintahku.” (HR. Ahmad di dalam al-Musnad, 1/91).

 

3. Berpetunjuk dengan petunjuk beliau

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. al-Bukhari no. 5063).

Petunjuk beliau adalah sebaikbaik petunjuk. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ

“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad.” (HR. Muslim no. 2042).

 

4. Mencintai beliau lebih besar daripada mencintai keluarga, anak, orang tua, dan seluruh manusia

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya.” (HR. al-Bukhari no. 15).

 

5. Bershalawat kepada beliau

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikatmalaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab: 56).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَجْعَلوا بُيُوتَكُمْ قُبُوراً وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيداً وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ

“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, dan jangan pula kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat ibadah. Bershalawatlah kalian kepadaku, karena shalawat kalian sampai kepadaku di manapun kalian berada.” (HR. Abu Dawud no. 2044).

 

6. Berhukum kepada Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam semasa hidupnya dan berhukum kepada sunnah dan syariatnya sepeningalnya serta menerima keputusan hukumnya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisa: 59).

 

7. Menempatkan beliau pada posisinya tanpa berlebihan (ghuluw) dan meremehkan.

Beliau adalah manusia, hamba Allah dan rasul-Nya, tidak mengetahui perkara ghaib, tidak kuasa mendatangkan manfaat bagi dirinya tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

“Katakanlah, ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’” (QS. al-An’am: 50).

Maka, barangsiapa berkeyakinan atau mengatakan bahwa ada pada beliau perbendaharaan Allah atau beliau mengetahui yang ghaib, misalnya, maka ia telah beradab kepada beliau dengan adab yang buruk karena ia telah berlebihan dalam menempatkan posisi beliau. Hal ini tentu tidak sepantasnya dilakukan oleh pengikut beliau. Wallahu a’lam. (Abu Umair bin Syakir).

 

Referensi:

  1. Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquq al-Mushthafa, al-Qadhi Iyadh

  2. Shahih al-Bukhari, al-Bukhari

  3. Tafsir as-Sa’di, Syaikh as-Sa’di, dll.