Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan rezeki-Nya cukup untuk semua mahluk-Nya sebagai karunia dan rahmat dari-Nya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan rezeki seseorang dan mencatatnya sejak dia dalam kandungan ibunya. Rezeki, meskipun sudah ditetapkan kadarnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan tetapi Dia mensyariatkan untuk mencari sebab untuk meraih rezeki tersebut.

 

Perintah untuk mencari rezeki

Ketika harta sudah dibagi-bagi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke tangan manusia, sedangkan ia membutuhkan barang tersebut dengan tidak cuma-cuma, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalalkan berbisnis (berniaga) agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang halal dan tidak mencari rezeki tersebut dengan cara yang haram. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

 “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275).

 

Kiat-kiat memperoleh keberkahan dalam berbisnis

Manusia, tidak hanya diperintahkan untuk mencari rezeki dengan jalan yang halal, tetapi juga disyariatkan agar meminta keberkahan di dalamnya. Berikut ini adalah beberapa kiat agar binis menjadi berkah:

  1. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Takwa adalah bekal terbaik untuk mengarungi kehidupan dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

 “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197).

Jika manusia bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Dia akan memberikan keberkahan yang ada pada diri seorang hamba, termasuknya adalah berbisnis. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan  (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96).

 

  1. Berdoa memohon rezeki halal lagi berkah

Seorang muslim yang ingin mendapat keberkahan dalam hidupnya hendaknya mengawali aktivitasnya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan memohon keberkahan kepada-Nya, karena keberkahan datangnya hanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa di dalam shalat beliau dengan mengucapkan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَوَسِّعْ لِي فِي ذَاتِي وَبَارِكْ لِي فِيمَا رَزَقْتَنِي

 “Ya Allah, ampunilah dosaku, lapangkanlah dadaku dan berkahilah rezeki yang telah Engkau karuniakan kepadaku.” (HR. Ahmad no. 23114. Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata Hadits hasan lighairihi).

 

  1. Memulai bisnis di waktu yang diberkahi

waktu yang diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah waktu pagi, hal ini karena berkat doa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِيْ فِيْ بُكُوْرِهَا

“Ya Allah, berikanlah keberkahan untuk ummatku di waktu paginya.” (HR. Abu Dawud no. 1212. Dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ no. 1300).

Dahulu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam jika mengutus sebuah utusan maka beliau menjalankannya di waktu pagi. Dalam kelanjutan hadits di atas Sahabat Shakhr al-Ghamidi  radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلًا تَاجِرًا وَكَانَ يَبْعَثُ تِجَارَتَهُ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ

 “Dan beliau (Rasulullah) jika mengutus sebuah pasukan atau tentara, maka beliau memberangkatkannya di awal hari (pagi hari), dan sahabat Shakhr (perawi hadits) adalah seorang yang ahli bisnis, dan jika ia mengutus (pegawainya) untuk berdagang maka ia memberangkatkannya di awal hari, maka harta beliau menjadi berlimpah ruah.” (HR. Abu Dawud no. 1212).

Maka betapa agungnya barakah yang ada pada waktu pagi, berapa banyak dari para pengusaha yang mendapatkan keuntungan yang melimpah disebabkan memulainya di waktu pagi. Maka, jadikanlah waktu pagi untuk memulai pekerjaan kita, agar kita memperoleh barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

  1. Berlaku jujur dan amanah

Berlaku jujur dan amanah adalah kunci keberkahan dalam berbisnis, hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

 “Penjual dan pembeli masih mempunyai hak hiyar (pilih) – untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli – selama keduanya belum berpisah dari tempatnya, maka jika keduanya berlaku jujur dan menjelaskan (tidak menyembahasan utama bunyikan) maka keduanya akan diberkahi dalam jual belinya, dan jika keduanya menyembunyikan (berlaku curang) dan tidak berlaku jujur maka dihilangkan keberkahan jual belinya.” (HR. al-Bukhari no. 2079).

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dalam Musnadnya, dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيكَ فَلَا عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنْ الدُّنْيَا حِفْظُ أَمَانَةٍ وَصِدْقُ حَدِيثٍ وَحُسْنُ خَلِيقَةٍ وَعِفَّةٌ فِي طُعْمَةٍ

“Ada empat perkara jika semuanya ada pada dirimu maka tidak mengapa engkau kehilangan duniamu; yaitu menjaga amanah, berkata jujur, berakhlak mulia dan berlaku iffah dalam makanan.”

 

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr berkata, “Ini adalah hadits yang agung yang pantas dijadikan renungan oleh para pebisnis muslim, dan selalu dipasang di depan mata mereka, bahkan seyogyanya disebarkan di kalangan para pembisnis, dan pada toko-toko perdagangan dan pabrik-pabrik, hingga orang-orang yang berkecimpung dalam dunia bisnis meluruskan jalan, jejak dan muamalahnya.”

 

  1. Tidak melakukan bisnis sistem riba

Termasuk sebab yang menghilangkan keberkahan dalam harta adalah bertransaksi dengan sistem riba. Karena transaksi ini termasuk dosa besar. Imam as-Sarkhasi berkata, “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan lima hukuman bagi pelaku riba; yaitu:

 

Pertama; Sempoyongan (ketika bangun dari kuburnya pada hari kiamat).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

 “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah: 275).

Maksudnya perutnya menjadi melembung pada hari kiamat. Karena kedua kakinya tidak mampu menyangganya, maka setiap kali ingin bangun ia terjatuh. Ia pun layaknya orang yang sedang kesurupan setan yang tidak mampu berdiri. Dan terdapat hadits yang semakna dengannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يُمْلَأُ بَطْنُهُ نَارًا بِقَدْرِ مَا أَكَلَ مِنَ الرِّبَا

“Perutnya dipenuhi oleh api neraka sejumlah riba yang ia makan.”

Maksudnya adalah disingkapkan (kesalahannya)  di hadapan seluruh makhluk, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang lain:

أَنَّ لِوَاءً يَنْتَصِبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِأَكَلَةِ الرِّبَا فَيَجْتَمِعُونَ تَحْتَهُ ثُمَّ يُسَاقُونَ إلَى النَّارِ

 “Sesungguhnya ada sebuah bendera yang ditegakkan pada hari kiamat untuk para pelaku riba, maka mereka berkumpul di bawahnya kemudian di mereka digiring ke dalam neraka.”

 

Kedua; Kehancuran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا

 “Allah memusnahkan riba.”

Maksudnya kecelakaan dan kebinasaan atau hilangnya keberkakan dan kesempatan untuk menikmatinya hingga ia dan anak-anaknya tidak mampu memanfaatkannya.

 

Ketiga; Peperangan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

“Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”

Maksudnya kabarkanlah kepada para manusia pemakan riba bahwa kalian menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya seperti halnya para pembegal.

 

Keempat; kekufuran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا

“Dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”

 Dia Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

 “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

Maksudnya mereka menjadi kafir karena menghalalkan riba dan berdosa lagi fajir dengan memakan harta riba.

 

Kelima; Kekal dalam neraka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

 Dan sunnah nabi juga menguatkan perkataan kami dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَكْلُ دِرْهَمٍ وَاحِدٍ مِنْ الرِّبَا أَشَدُّ مِنْ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ زَنْيَةً يَزْنِيهَا الرَّجُلُ وَمَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ حَرَامٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

 “Memakan uang satu dirham dari hasil riba itu lebih dahsyat daripada 33 perzinaan yang dilakukan oleh seseorang. Barang siapa yang daging (tubuhnya) tumbuh dari hasil haram maka neraka lebih berhak untuknya.” (al-Mabsuth, 12/109-110).

 

  1. Berbisnis dengan cara yang halal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَمَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِحَقِّهِ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَمَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِغَيْرِ حَقِّهِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ

 “Barangsiapa mengambil harta dengan haknya maka dia akan memperoleh keberkahan di dalamnya, dan barangsiapa yang mengambil harta tanpa haknya maka permisalannya seperti seseorang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang.” (HR. Muslim no. 1052).

 

  1. Ridha dengan yang sedikit

Ketika seseorang berbisnis dan mendapatkan hasil yang sedikit maka ia harus ridha atas pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ini merupakan sebab mendatangkan keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْتَلِي عَبْدَهُ فِيمَا أَعْطَاهُ ، فَمَنْ رَضِيَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَهُ بَارَكَ اللَّهُ لَهُ فِيهِ وَوَسَّعَهُ ، وَمَنْ لَمْ يَرْضَ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ

“Sesungguhnya Allah menguji hamba-Nya dengan pemberian-Nya, maka barangsiapa yang ridha dengan apa yang dibagikan oleh Allah untuknya, maka Allah akan memberikan keberkahan untuknya dalam harta tersebut dan Dia akan melapangkan rezekinya, dan barangsiapa yang tidak ridha (dengan pembagian Allah), Maka Allah tidak memberikan keberkahan untuknya.” (HR. Ahmad no. 20279. Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata sanadnya shahih).

Beliau juga bersabda:

إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ

“Sesungguhnya harta ini enak dipandang dan enak dinikmati, maka barangsiapa yang mengambilnya dengan kerelaan hati (qanaah) maka dia akan diberi keberkahan di dalamnya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan tamak maka ia tidak mendapatkan keberkahan di dalamnya, seperti halnya seseorang yang makan dan tidak kenyang-kenyang.” (HR. Al-Bukhari no. 1472).

Saudaraku seiman, ini adalah sedikit dari banyak sebab-sebab yang mendatangkan keberkahan. Marilah kita berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal dan berusaha memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala keberkahan harta yang kita miliki, karena dengan diberi rezeki yang berkah kita dapat meraih keberkahan hidup dan meraup pahala yang banyak. Wallahu a’lam. (Abu Sa’ad Muhammad Farid, Lc.).

 

Referensi:

  1. Al-Qur’an dan terjemahnya
  2. Shahih al-Bukhari
  3. Al-Mabsuth, Imam as-Sarkhasi, dll.