Sebenarnya aku tak mau pergi, aku ingin terus di sini, aku ingin terus tinggal, mereguk kenikmatan dan menelan kesenangan,  seandainya urusan ada di tanganku, seandainya perkara ada di kepemilikanku, namun kenyataannya, bukan aku penentunya, bukan aku pemegangnya, sehingga aku memang harus pergi, aku memang harus meninggalkan semua ini, karena ia bukan rumah keabadian, bukan alam kelanggengan, akan tetapi alam persinggahan dan pergulatan.

Aku harus pergi, tetapi saat aku pergi, aku tak membawa bekal memadahi, bahkan aku sama sekali tak berbekal, sebenarnya aku telah berbekal, sayangnya bekal itu sia-sia bagai debu diterbangkan oleh angin ribut, tak membekas, hal itu karena aku melandasi hidup bukan dengan iman, tetapi dengan kekufuran, akibatnya penyesalan membekapku, aku ingin pulang, benar, demi Allah, aku ingin pulang, namun nasi sudah menjadi bubur.

Ketika aku mati, saat ajal menjemputku, manakala malaikat maut berdiri di depanku tanpa informasi dan perkenanku, tiba-tiba dia datang mengambil sesuatu yang menjadi kehidupanku, saat aku ingin pulang dengan penundaan, tetapi, “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al-Mu`minun: 99-100)

Wahai orang-orang yang hidup, adakah di antara kalian yang mengambil pelajaran dariku?

Ketika aku melihat azab secara langsung, saat siksaan Allah terpampang di depanku pada hari kiamat, saat itu aku ingin pulang, tetapi di manakah jalan untuk pulang? “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari yang pada waktu itu datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami tangguh (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruanMu dan akan mengikuti rasul-rasul.’ Kepada mereka dikatakan, ‘Bukankah kamu telah bersumpah dahulu di dunia bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” ( Ibrahim: 44)

Wahai orang-orang yang hidup, adakah di antara kalian yang mengambil pelajaran dariku?

Ketika aku digiring ke neraka dan melihat hal-hal yang sangat mencekam dan menyeramkan, saat itu aku ingin pulang, “Dan jika kamu melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, ‘Kiranya kami dikembalikan ke dunia dan kami tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang beriman.” (Al-An’am: 27)

Wahai orang-orang yang hidup, adakah di antara kalian yang mengambil pelajaran dariku?

Ketika aku dihadapan kepada Allah dengan menundukkan kepala, rendah dan hina, di hadapanNya, saat itu aku ingin pulang, “Dan jika kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya mereka seraya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia, kami akan mengerjakan amal shalih, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (As-Sajadah: 12)

Wahai orang-orang yang hidup, adakah di antara kalian yang mengambil pelajaran dariku?

Saat aku berkutat dalam kepedihan neraka, berguling-guling dalam azab Jahanam yang sangat menyakitkan, saat itu aku ingin pulang, “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan.’ Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepada kamu pemberi peringatan?” (Fathir: 37)

Wahai orang-orang yang hidup, adakah di antara kalian yang mengambil pelajaran dariku? Aku ingin pulang, namun hanya sebatas ingin yang tak akan pernah kesampaian, semua orang akan demikian kecuali siapa yang dirahmati oleh Tuhannya, dan sekarang, mumpung Anda belum pergi, jangan sampai sepertiku, ingin pulang setelah pergi, tetapi adakah yang tidak pergi? Wallahu a’lam.