husenKaum muslimin, rahimakumullah.

Tokoh yang ingin kita bahas pada edisi kali ini adalah HUSAIN BIN ‘ALI, salah seorang cucu Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam.

Nama dan Nasabnya

Beliau adalah Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thaalib bin ‘Abdil-Manaf bin Qushay Al-Qurasyiy Al-Hasyimiy. Kedua orang tuanya adalah ‘Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Rasulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Kelahirannya

Beliau dilahirkan pada tanggal 5 Sya’ban tahun keempat Hijriyah, (Al-Bidaayah wan-Nihaayah (VIII/149).

Kedudukannya

Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

هُمَا رَيْحَانَتَايَ مِنَ الدُّنْيَا. رواه البخاري

“Keduanya (Al-Hasan dan Al-Husain) adalah dua buah tangkai bungaku di dunia.” [HR. al-Bukhari)

Jabir radliyallaahu ‘anhu yang ketika melihat Al-Husain bin ‘Ali masuk ke dalam masjid mengatakan,

من أحب أن ينظر إلى سيد شباب أهل الجنة، فلينظر إلى هذا. سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Barangsiapa yang ingin melihat seorang sayyid (pemuka) dari para pemuda ahli Surga, maka lihatlah ini (yakni : Al-Husain radliyallaahu ‘anhu). Saya mendengar hal itu dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. (Siyaru A’laamin-Nubalaa’, III/282)

Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhaa berkata,

إن النبي صلى الله عليه وسلم جلل عليا وفاطمة وابنيهما بكساء، ثم قال: اَللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِ بِنْتِي وَحَامَتِي، اَللَّهُمَّ أَذْهِبْ عنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيْراً. فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ الله، أَنَا مِنْهُمْ ؟ قَالَ : إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ

“Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyelimuti ’Ali, Fathimah, serta kedua anaknya (Al-Hasan dan Al-Husain) dengan sebuah selimut, kemudian beliau berdoa : “Ya Allah, mereka adalah ahlu bait putriku dan kesayanganku. Ya Allah, hilangkanlah kotoran dari mereka, dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya”. Aku (Ummu Salamah) bertanya : “Apakah aku termasuk mereka ?”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya engkau menuju kebaikan”. (Siyaru A’laamin-Nubalaa’, III/283)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

حُسَيْنٌ مِنِّيْ وَأَنَا مِنْ حُسَيْنٍ، أَحَبَّ اللهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْناً، حُسَيْنٌ سِبْطٌ مِنَ الْأَسْبَاطِ.

”Husain termasuk bagian dariku dan aku termasuk bagian darinya. Allah akan mencintai siapa saja yang mencintai Husain. Dan Husain adalah satu umat di antara umat-umat yang lain dalam kebaikannya.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Beberapa Sifatnya

Secara fisik, Al-Husain radliyallaahu ’anhu lebih mirip dengan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam pada bagian dada sampai kaki, sementara Al-Hasan radliyallaahu ’anhu lebih mirip dengan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam pada wajahnya. (al-Bidaayah wan-Nihaayah, VIII/150)

’Ubaidullah bin Ziyaad berkata,

ما رأت مثل هذا حسنا، فقلت له: إنه كان من أشبههم برسول الله صلى الله عليه وسلم

”Aku belum pernah melihat orang setampan ini”. Anas bin Malik (yang ketika itu ada di hadapannya) mengatakan kepada ’Ubaidullah bin Ziyaad, ”Husain radliyallaahu ’anhu termasuk orang yang paling mirip dengan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam.” (HR. At-Tirmidzi)

Sa’d bin ’Amr berkata,

أن الحسن قال للحسين: وددت أن لي بعض شدة قلبك، فيقول الحسين: وأنا وددت أن لي بعض ما بسط من لسانك

”Bahwasannya Al-Hasan pernah berkata kepada Al-Husain : ’Betapa ingin aku memiliki sebagian keteguhan hatimu’. Lalu Al-Husain menjawab, ’Dan betapa ingin aku memiliki sebagian kelembutan lidahmu”(Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (III/287).

Wafatnya

Para ulama berselisih pendapat tentang kapan Al-Husain radliyallaahu ’anhu wafat. Tetapi Adz-Dzahabi di dalam Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (III/318), Ibnu Katsir di dalam Al-Bidaayah wan-Nihaayah (VIII/172) dan Ibnu Hajar Al-’Asqalani di dalam Tahdziibut-Tahdziib (II/356) lebih menguatkan bahwa wafatnya pada hari ’Asyura bulan Muharram tahun 61 H.

Beliau wafat dengan sebab dibunuh. Dan jauh hari sebelum Al-Husain terbunuh, Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam pernah menceritakan bahwa Al-Husain akan wafat dalam keadaan terbunuh. Adz-Dzahabi rahimahullah membawakan beberapa riwayat tentang itu, di antaranya dari ’Ali, ia berkata,

دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم ذات يوم، وعيناه تفيضان، فقال: ” قام من عندي جبريل، فحدثني أن الحسين يقتل، وقال: هل لك أن أشمك من تربته ؟ قلت: نعم. فمد يده، فقبض قبضة من تراب. قال: فأعطانيها، فلم أملك عيني

”Aku datang kepada Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam ketika kedua mata beliau bercucuran air mata. Lalu beliau bersabda , ’Jibril baru saja datang, ia menceritakan kepadaku bahwa Al-Husain kelak akan mati dibunuh. Kemudian Jibril berkata, ’Apakah engkau ingin aku ciumkan kepadamu bau tanahnya?’. Aku menjawab : ’Ya’. Jibril pun lalu menjulurkan tangannya, ia menggenggam tanah satu genggaman. Lalu ia memberikannya kepadaku. Oleh karena itulah aku tidak kuasa menahan air mataku.”(HR. Ahmad)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah memberikan komentar tentang terbunuhnya Al-Husain radliyallaahu ’anhu seraya mengatakan, ”Ketika Al-Husain bin ’Ali radliyalaahu ’anhuma terbunuh pada hari ’Asyura, yang dilakukan oleh sekelompok orang zhalim yang melampaui batas dan dengan demikian berarti Allah ta’ala telah memuliakan Al-Husain untuk memperoleh kematian sebagai syahid, sebagaimana Allah ta’ala juga telah memuliakan Ahlul Bait-nya yang lain dengan mati syahid, seperti halnya Allah ta’ala telah memuliakan Hamzah, Ja’far, ayahnya yaitu ’Ali, dan lain-lain dengan mati syahid. Dan mati syahid inilah salah satu cara Allah ta’ala untuk meninggikan kedudukan serta derajat Al-Husain radliyallaahu ’anhu dan saudaranya, yaitu Al-Hasan radliyallaahu ’anhu, menjadi pemuka para pemuda ahli surga.” ( Majmu’ Al-Fataawaa, XXV/302).

Kematian al-Husain menyebabkan fitnah besar di tengah kaum muslimin.

Peristiwa itu mengakibatkan terjadinya keburukan di tengah manusia. Sehingga muncul-lah kelompok yang jahil (bodoh) lagi zhalim, kelompok yang kafir lagi munafik atau sesat lagi melampaui batas, menampakkan loyalitas semu kepada ahlul bait dan menjadikan hari Asyuro sebagai hari berkabung, kesedihan dan ratapan. Pada hari itu mereka menampakkan syi’ar jahiliah seperti menampar-nampar wajah, mencabik-cabik pakaian dan berbelasungkawa dengan cara jahiliah.

Perbuatan mereka itu menyelisihi syari’at Allah. Yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya ketika tertimpa musibah yaitu bersabar, mengembalikannya kepada Allah dan mengharap balasan pahala, sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan, yang artinya, “Dan kabarkanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs.al Baqoroh : 155-157).

Di dalam hadits shahih Nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

“Bukanlah dari (ajaran) kami siapa yang menampar-nampar wajah, mencabik-cabik pakaian dan berdoa dengan doa jahiliah (ketika ditimpa musibah).” (HR.al-Bukhori)

Kaum muslimin, rahimakumulloh

Apa yang mereka lakukan tersebut di atas, mereka mengangpapnya bahkan menyakininya sebagai salah satu cara pendekatan diri kepada Allah ta’ala dan dapat menghapus seluruh dosa mereka yang terjadi pada tahun sebelumnya. Mereka tidak sadar kalau apa yang mereka lakukan jusru mengharuskan penolakan dan menjauhkan mereka dari rahmat Allah ta’ala. Sangat benar yang Allah ta’ala firmankan dalam kitab-Nya, yang artinya,

“Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Qs.Faathir:8) (Al-Bid’ah al-Hauliah, Abdullah at-Tuwaijri ). Wallohu a’lam
Semoga Alloh memberikan hidayah kepada kita dan mereka.Aamiin (Redaksi)

Sumber : Disarikan dari berbagai sumber.