airSegala kebaikan ada di tangan Allah, dan bahwasannya segala kenikmatan dan kebaikan yang sempurna hanya berasal dari-Nya, serta semua keberkahan hanya milik-Nya. Karena itulah Allah mengistimewakan sebagian mahkluk-Nya dengan apa saja yang dikehendaki-Nya. Bisa berupa kebaikan, keutamaan dan keberkahan, seperti yang dianugerahkan kepada para Rasul, Nabi, Malaikat, dan sebagian orang-orang shalih.

Di antara ayat al-Qur’an yang menunjukkan hal itu adalah firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Sesungghuhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala ummat (di masa mereka masing-masing).” (QS. Ali-Imran: 33)

Dan firman-Nya:

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ

“Rasul-Rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus..” (QS. Al-Baqarah: 253)

Allah juga berfirman:

وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Ali-Imran: 42)

Allah juga berfirman:

قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ, يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“..Katakanlah, “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui, Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Ali Imran: 73-74)

Dan masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah akan melebihkan sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain menurut kehendak-Nya dengan kemuliaan dan keberkahan.

Di samping mengutamakan dan memilih sebagian mahkluk-Nya, Allah juga mengutamakan beberapa tempat atas tempat lainnya dan memberikan keberkahan di dalamnya, seperti Makkah, Madinah, dan Masjidil Aqsha. Dia juga mengutamakan waktu-waktu tertentu atas sebagian waktu lainnya, seperti bulan Ramadhan, Lailatul Qadar, sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah, bulan-bulan haram, hari jum’at, dan sebagainya. Dan Allah juga mewujudkan keberkahan pada beberapa makhluk lainnya, seperti hujan dan sahur.

Jika semua keberkahan hanya milik Allah dan berasal dari-Nya, maka Dialah yang Maha Memberkahi (Al-Mubaarik). Dan sesuatu yang dilimpahi berkah-Nya, berarti ia adalah sesuatu yang diberkahi (Al-Mubaarak). Karena inilah, kitab-Nya, Rasul-Nya, rumah-Nya (Baitullah), waktu-waktu yang telah Dia muliakan dan istimewakan dari waktu lainnya, Lailatul qadar, apa saja yang ada di sekitar Masjidil aqsha, dan tanah negeri Syam (sebagaimana disebutkan dalam empat ayat dalam al-Qur’an), kesemuanya disifati dengan mubaarak (diberkahi). Jadi, Dialah yang memiliki sifat berkah pada Dzat-Nya, dan memberkahi makhluk yang dikehendaki-Nya, sehingga makhluk tersebut manjadi sesuatu yang diberkahi (mubaarak).

Hanya milik Allah kehendak mutlak atas segala sesuatu. Dan hanya Dialah yang dapat menciptakan dan memilih makhluk-makhluk-Nya. Allah berfirman:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ

“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka..” (QS. Al-Qashash: 68)

Ibnul Qayyim secara panjang lebar telah menerangkan maksud ayat ini dalam kitabnya yang berharga, Zaddul Ma’ad. Di antaranya, “Sesungguhnya yang dimaksud dengan ikhtiyar di sini adalah memilih dan menyeleksi. Lebih tepatnya, memilih setelah menciptakan. Dari dua pendapat yang ada, yang paling shahih adalah me-waqaf-kan (berhenti) bacaan pada firman-Nya (وَيَخْتَارُ) sehingga firman-Nya (مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ) menjadi bentuk nafi’ (meniadakan). Artinya, pilihan ini bukanlah hak mereka, akan tetapi ia merupakan hak Allah semata. Dengan demikian, sebagaimana Allah adalah satu-satunya yang dapat menciptakan, maka Dia pula yang berhak memilih. Tidak ada hak bagi seorang pun untuk menciptakan maupun memilih. Karena hanya Allah-lah yang tahu apa-apa yang dipilih dan diridhoi-Nya, apa saja yang layak untuk dipilih dari apa saja yang tidak layak untuk dipilih, sedangkan selain-Nya tidak sedikitpun berhak melakukannya.” (Zaadul Ma’ad, 1/39 dengan saduran)

Di bagian lain, Ibnul Qayyim menjelaskan sebab penyeleksian dan pemilihan ini. Ia berkata, “Sesuatu yang telah dipilih dan diseleksi oleh Allah, baik berupa orang, tempat, sosok, maupun yang lainnya, memiliki sifat-sifat dan hal-hal yang melekat padanya, yang tidak terdapat pada selainnya. Itulah alasan mengapa Allah memilihnya. Jadi, Allah lah yang mengutamakannya dengan sifat-sifat tersebut dan Dia pula yang mengistimewakannya dengan memilihnya. Yang satu adalah ciptaan-Nya dan yang lain adalah pilihan-Nya.” (Zaadul Ma’ad, 1/53)

Dengan ini, Ibnul Qayyim membantah orang yang menyamaratakan semua orang, perbuatan, waktu dan tempat, serta beranggapan bahwa keutamaan tersebut dikarenakan adanya hal-hal di luar dzat dan sifat yang melekat padanya.
Pernyataan Ibnul Qayyim lainnya ketika menyanggah pendapat mereka adalah, “Allah telah menyanggah pendapat yang batil ini dengan firman-Nya:

وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ

“Apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah..” (QS. Al-An’am: 124)

Dan firman-Nya:

اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ

“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan..” (QS. Al-An’am: 124)

Maksudnya, tidak setiap orang pantas dan layak mengemban tugas kerasulan, karena kerasulan itu memiliki kedudukan khusus yang hanya layak untuk tugas tersebut. sementara Allah lebih mengetahuinya daripada kalian. Seandainya semua dzat (jiwa) itu sama, sebagaimana yang mereka katakana, maka ayat di atas tidak menjadi bantahan bagi mereka.” (Zaadul Ma’ad, 1/53)

Kesimpulannya, sejatinya keutamaan, keberkahan, dan kebaikan, yang terdapat pada sebagian makhluk, baik orang, tempat, ataupun yang lainnya, pasti berasala dari karunia Allah. Dia mengkhususkan karunia itu bagi makhluk-makhluk yang dikehendaki-Nya atas yang lainnya, karena suatu hikmah (alasan) yang hanya diketahui-Nya dank arena sifat-sifat istimewa yang Allah titipkan kepadanya. Allah berfirman:

قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ

“..Katakanlah, “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya..” (QS. Ali-Imran: 73)

Sumber: Tabaruk Memburu Berkah Sepanjang Masa Di Seluruh Dunia Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah (edisi terjemahan Indonesia), hal 22-28, DR. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Judai’, penerjemah Ahmad Yunus, Msi, cetakan petama April 2009 M, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’I, Jakarta.