91461Dari Abdullah bin az-Zubair bin Aslam dari bapaknya dari kakeknya Aslam berkata, “Suatu malam aku sedang menemani Umar bin al-Khatthab berpatroli di Madinah, dia merasa lelah maka dia bersandar ke sebuah dinding di tengah malam, dia mendengar seorang wanita berkata kepada putrinya, ‘Wahai putriku, campurlah susu itu dengan air.’ Maka putrinya menjawab, ‘Wahai ibunda, apakah engkau tidak mendengar maklumat Amirul Mukminin hari ini?’ Ibu bertanya, ‘Wahai putriku, apa maklumatnya?’ Putrinya berkata, ‘Dia memerintahkan petugas untuk mengumumkan, hendaknya susu tidak dicampur dengan air.’ Ibu berkata, ‘Putriku, lakukan saja, campur susu itu dengan air, kita di tempat yang tidak dilihat oleh Umar dan petugas Umar.’ Maka gadis itu menjawab ibunya, ‘Ibu, tidak patut bagiku menaatinya di depan khalayak dan menyelisihinya di belakangnya.’ Umar mendengar semua perbincangan tersebut. Maka dia berkata, “Aslam, tandai pintu rumah tersebut dan kenalilah tempat ini.’ Lalu Umar bergegas pergi.

Di pagi hari Umar berkata, ‘Aslam, pergilah ke tempat itu, cari tahu siapa wanita yang berkata demikian dan kepada siapa dia berkata? Apakah keduanya mempunyai suami?’ Aku berangkat ke tempat itu, ternyata dia adalah seorang gadis yang belum bersuami dan lawan bicaranya adalah ibunya yang juga tidak bersuami. Lalu aku pulang kepada Umar dan mengabarkan hal tersebut kepadanya, maka Umar memanggil putra-putranya dan mengumpulkan mereka, Umar berkata, ‘Adakah di antara kalian yang ingin menikah?’ Ashim menjawab, ‘Ayah, aku belum beristri, nikahkanlah aku.’ Maka Umar meminang gadis itu dan menikahkannya dengan Ashim, dari pernikahan ini lahir seorang putri yang kemudian menjadi ibu bagi Umar bin Abdul Aziz.”

Ya, tidak patut manusia hanya takut kepada pengawasan manusia, sehingga saat pengawasan mereka lengah, bulu musang pun nampak, cakar serigala pun terlihat, lahir pun berbeda dengan batin, wa ma tukhfi shuduruhum akbar. Wallahu a’lam.