اَلرَّؤُوْفُ (Mahasantun, Maha Penyayang)

Nama tersebut telah disebutkan pada sepuluh tempat dari al-Qur’anul Karim, kesemuanya akan disebutkan nanti.

Kata “ اَلرَّأْفَةُ “  (santun) itu -sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Jarir رَحِمَهُ اللهُ- merupakan kedudukan tertinggi dari sifat rahmat atau kasih sayang, dan sifat tersebut mencakup seluruh makhluk di dunia, namun berlaku  untuk sebagian mereka saja di akhirat kelak (Tafsir ath-Thabari, juz 2, hal. 654). Mereka adalah para waliNya yang beriman dan para hambaNya yang bertakwa.

Di antara kaidah bermanfaat yang telah disepakati oleh para ulama dalam bab fikih nama-nama Allah yang indah adalah bahwa diakhirinya ayat-ayat dengan asmaul husna (nama-nama Allah yang indah) menunjukkan bahwa hukum yang disebutkan sebelumnya berhubungan dengan nama Allah yang mulia tersebut yang menjadi penutup ayat. Selain itu, memperhatikan hal tersebut merupakan hal yang dapat membantu seorang hamba untuk memahami nama-nama Allah yang indah.

Berikut ini akan dipaparkan tempat-tempat disebutkannya nama tersebut di dalam al-Qur’an, dengan menyebutkan catatan penting atas kandungannya di sela-sela penjelasan seputar konteks yang menutup ayat tersebut.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ  

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (al-Baqarah: 143).

Yakni, tidak sepatutnya dan selayaknya bagi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- untuk menyia-nyiakan amalan kalian. Hal ini merupakan kesempurnaan kesantunan dan kasih sayangNya terhadap mereka. Hal ini mengandung kabar gembira yang agung bagi orang yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- karuniakan kepadanya Islam dan iman, bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan menjaga bagi mereka keimanan mereka, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak akan menyia-nyiakannya, tetapi Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan memeliharanya dari kesia-siaan dan dari hal yang batil. Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan menyempurnakannya bagi mereka dan akan membimbing mereka kepada hal yang dapat menambah iman mereka dan menyempurnakan keyakinan mereka. Oleh karena itu, sebagaimana Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah mengawali mereka dengan memberi hidayah untuk beriman, maka Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga akan menjaga keimanan mereka, dan menyempurnakannya sebagai sikap santun dan kasih sayang terhadap mereka, karunia dan keutamaan bagi mereka.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.” (al-Baqarah: 207)

Mereka itulah orang-orang yang diberikan taufik dari kalangan hamba-hambaNya yang telah menjual diri-diri mereka, dan mereka merasa hal itu murah bagi mereka. Mereka mengerahkannya demi memohon ridha Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan mengharap pahala dariNya. Mereka rela mengerahkan harta itu kepada Yang Mahatinggi, Maha Menepati janji, lagi Mahasantun terhadap para hamba, yang di antara kesantunanNya terhadap mereka adalah dengan memberikan taufik kepada mereka untuk melaksanakan hal itu dan menjanjikan bagi mereka pahala yang agung dan tempat yang bagus. Janganlah Anda tanyakan tentang apa yang bakal mereka dapatkan berupa pemuliaan dan kemenangan yang agung. Oleh kerena itu, kedatangan mereka pada hari Kiamat adalah kepada Rabb yang Mahasantun lagi Maha Penyayang.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman,

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu tehadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat penyayang kepada hamba-hambaNya” (Ali Imran: 30).

Ini memberikan faedah bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– meskipun keras siksaanNya dan besar azabNya, tetapi Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– Mahasantun terhadap para hamba. Di antara kesantunanNya terhadap mereka adalah bahwasanya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–menakut-nakuti para hamba dan mencegah mereka dari tindakan melampaui batas dan kerusakan, agar mereka dapat selamat dari kesudahan  yang buruk. Oleh karena itu, sebagai bentuk sikap santun dan kasih sayang kepada mereka, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– memudahkan bagi para hambaNya jalan-jalan untuk mendapatkan aneka ragam kebaikan dan derajat yang tinggi, dan sebagai bentuk sikap santun dan kasih sayang terhadap mereka bahwa Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– memperingatkan hamba-hambaNya dari jalan-jalan yang dapat membawa mereka menuju kepada hal yang tidak disukai.

Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” (at-Taubah: 117).

Dalam konteks di atas disebutkan, di antara sikap santun Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– terhadap mereka adalah bahwa Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– mengaruniakan kepada mereka taubat dan membimbing mereka untuk melaksanakannya. Selain itu, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – menerima taubat dari mereka dan menetapkan mereka di atasnya. Andai saja Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – tidak  bersikap santun dan kasih sayang terhadap mereka, tentu saja hal di atas tidak akan sedikit pun mereka dapatkan.

Dalam ayat yang lain Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ * وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ * وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ  * وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ الْأَنْفُسِ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dia telah menciptakan manusia dari mani, ternyata dia menjadi pembantah yang nyata. Dan hewan ternak telah diciptakanNya untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh keindahan padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya (ke tempat penggembalaan). Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sungguh Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, (an-Nahl: 4-7).

Pada ayat tersebut dinyatakan bahwa di antara kesantunan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– terhadap manusia adalah Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – menjadikan binatang-binatang ternak tunduk kepadanya agar dapat diambil apa yang baik dan dapat dimanfaatkan, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – menjadikan dari binatang itu pakaian yang dapat menghangatkan yang diambil dari wol, rambut dan bulunya, dan manfaat lain yang masih banyak lagi, seperti di antaranya ada yang boleh dimakan, dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– menjadikan padanya keindahan ketika dibawa ke kandang dan bergerak, dan ketika tidur dan diam. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– juga menundukkan bagi manusia binatang-binatang tersebut agar dapat mengangkut barang-barang menuju negeri-negeri dan daerah-daerah yang jauh. Semua itu merupakan kesantunan dan kasih sayangNya -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–. Andai saja kita selalu mengingat kesantunan, kasih sayang, keutamaan, dan karunia Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – terhadap kita, yang Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – telah tundukkan bagi kita di zaman ini, berupa aneka ragam sarana transportasi modern yang baik untuk dinaiki, yang membuat nyaman gerakan dan perpindahannya, yang elok bentuk dan pemandangannya, yang cepat berjalannnya, selain itu Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – juga memudahkan dan menundukkan jalan-jalannya, dan mempersiapkan setiap sarana-sarana yang dapat mewujudkan kenyamanan di dalamnya, sehingga dengannya orang-orang dapat berpindah dari satu tempat menuju ke tempat lain, dan dari negeri yang satu menuju ke negeri yang lain tanpa merasakan kesulitan dan keletihan. Oleh kerena itu, bagiNya -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– semata segala pujian sebagaimana yang sesuai dengan kemuliaan wajahNya, keagungan kekuasaanNya, dan keluasan kedermawanan serta kebaikanNya.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Maka apakah orang yang membuat tipu daya yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) dibenamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau (terhadap) datangnya siksa kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab mereka pada waktu mereka dalam perjalanan; sehingga mereka tidak berdaya menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (an-Nahl: 45-47)

Pada ayat di atas ditegaskan bahwa di antara kesantunan dan kasih sayangNya adalah bahwasanya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– tidak tergesa-gesa menghukum orang-orang yang bermaksiat, tetapi Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– memberikan mereka waktu, menyelamatkan mereka, dan masih memberi mereka rizki, padahal mereka terus menyakitiNya dan menyakiti para waliNya. Meskipun demikian, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – masih saja membukakan bagi mereka pintu-pintu rezeki dan mengajak mereka mencampakkan segala macam kejelekan, yang dengan semua itu, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – mempersiapkan karamah yang terbaik dan ampunan atas dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah mereka kerjakan. Oleh karena itu, tidakkah orang yang berbuat dosa itu malu kepada Rabbnya Yang Mahasantun lagi Maha Pengasih yang menurunkan aneka ragam kenikmatan kepadanya di setiap saat, yang terus menerus dicurahkan kepadanya di setiap waktu, sementara ia masih saja tekun berbuat dosa, mengulur-ulur kesesatan dan maksiatnya.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintahNya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izinNya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (al-Hajj: 65).

Ditundukkannya bumi dengan segala isinya seperti hewan, tumbuhan, dan benda mati oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–, bahtera yang dapat berjalan di laut dengan perintahNya seraya membawa manusia, perniagaan, dan aneka ragam barang mereka dari tempat yang satu menuju ke tempat yang lain, dan ditahannya langit agar tidak jatuh ke bumi sehingga dapat merusak apa yang ada di atasnya dan membinasakan siapa saja yang hidup di atasnya olehNya, semua itu merupakan bentuk kasih sayang dan sikap kesantunanNya kepada segenap hambaNya.

 Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – juga berfirman,

 وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dan kalau bukan karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kalian  (niscaya kalian akan ditimpa azab yang besar). Sungguh, Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang.” (an-Nur: 20).

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– menyatakan hal di atas setelah menjelaskan hukum-hukumNya yang agung dan nasehat-nasehatNya yang mengena, yang semua itu berfaedah bahwa penjelasan yang bermanfaat dan syariat yang bijak tersebut merupakan bentuk kesantunan dan kasih sayangNya terhadap seluruh hamba.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (al-Qur’an) kepada hambaNya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (al-Hadid: 9).

Hal ini adalah kenikmatan yang paling agung dan pemberian serta karunia paling mulia, di mana Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menurunkan kepada hamba dan RasulNya -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, ayat-ayatNya yang jelas dan hujjah-hujjahNya yang nampak, yang memberi petunjuk orang-orang yang berakal akan kebenaran segala kabar yang beliau  bawa, dan bahwasanya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- adalah Mahabenar lagi Mahayakin, agar Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya dari kegelapan menuju cahaya dengan diutusnya seorang rasul dan menurunkan kepadanya ayat-ayat dan hikmat. Hal ini adalah bentuk dari kesantunan terhadap hamba-hambaNya dan bentuk kasih sayangNya terhadap para wali dan manusia pilihanNya.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: ‘Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.’ “ (al-Hasyr: 10).

Hal ini merupakan bentuk kasih sayang dan kesantunan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- terhadap hamba-hambaNya yang beriman, yakni Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengokohkan di antara mereka, ikatan keimanan dan hubungan agama dan kekeluargaan takwa, dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikan orang yang datang setelahnya cinta kepada yang telah mendahuluinya, seraya mengajaknya untuk mengerjakan segala kebaikan. Oleh karena itu, alangkah mulianya pemberian tersebut dan alangkah agungnya karunia itu, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Maha Pelindung kita, Mahasantun lagi Maha Penyayang telah mencurahkannya kepada kita semua. Wallahu A’lam. (Redaksi)

Sumber :

Fikih Asma’ul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad Al-Badr.