Tak seorang pun, dalam hidup ini, yang dapat hidup sendiri. Pasti ia berinteraksi dengan orang lain, baik orang lain tersebut adalah bagian dari anggota keluarganya, kerabatnya, tetangganya atau pun yang lainnya. Dalam interaksi tersebut kadang kala menimbulkan gesekan yang mengakibatkan timbulnya permusuhan satu sama lainnya.

Padahal, satu hal yang termasuk perkara yang diperingatkan oleh Allah azza wajalla agar hal itu dijauhi oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada-Nya adalah “Permusuhan”, apalagi “permusuhan” yang disulut oleh adanya tindak kerja sama antara satu orang dengan yang lainnya. Dzat yang Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang beriman kepada-Nya berfirman,

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan “permusuhan” (Qs. al-Maidah : 2), yaitu, tindakan melampoi batas terhadap makhluk terkait dengan darah mereka, harta mereka dan kehormatan mereka. Seolah-olah dikatakan,’janganlah kalian bekerjasama untuk membunuh saudara kalian, merampas atau mengambil harta saudara kalian dengan cara yang batil, dan jangan pula kalian saling bekerja sama mengusik atau menodai kehormatan saudara Anda.

Jika “mengobarkan permusuhan” terhadap sesama hamba Allah yang selalu saja dilakukan seseorang maka sejatinya ia tengah membekali dirinya dalam kehidupan ini dengan “seburuk-buruk bekal”. Imam asy-Syafi’i mengatakan :

بِئْسَ الزَّادُ إِلَى المَعَادِ العُدْوَانُ عَلَى العِبَادِ

Seburuk-buruk bekal (perjalanan di kehidupan dunia ini) menuju ke tempat kembali (Akhirat yang kekal abadi) adalah permusuhan terhadap hamba-hamba Allah azza wajalla.(Siyar A’lam an-Nibala,19/30)

Oleh kerena itu, jauhilah olehmu seburuk-buruk bekal ini !