Bertetangga bukan semata rumah itu berdampingan, tinggal satu kompleks, dinding pagar terlihat, namun tidak ada komunikasi, miskin interaksi, tegur sapa menguap, seolah cukup diwakilkan.

Dalam syair arab disebutkan:

يَقُوْلُوْنَ قَبْلَ الدَّارِ جَارٌ مُجَاوِرٌ

وَقَبْلَ الطَّرِيْقِ النَّهْجِ أُنَسُ رَفِيْقِ

Mereka mengatakan, sebelum rumah yang ditempati ada tetangga yang mendampingi

Dan sebelum jalan yang ditapaki ada orang yang menemani

Tetangga yang buruk perangai, bukan sekedar tidak disukai. Namun rumah dan lingkungan sekitar juga akan terimbas, kenyamanan terusik, tetangga yang lain menjadi tidak betah.

يَلُوْمُوْنَنِيْ أَنْ بِعْتُ بالرُّخَصِ مَنْزِلِْ

وَلَمْ يَعْرِفُوْا جَارًا هُنَاكَ يُنَغِّصُ

فَقُلْتُ لَهُمْ كُفُّوْا الْمُلَمَ فَإِنَّهَا

بِجِيَْانِهَا تَغْلُوْ الدِّيَارُ وَتَرْخُصُ

Mereka mencibirku karena aku menjual rumahku dengan murah

Mereka belum tahu bahwa di sana ada tetangga yang selalu menyusahkan

Lalu aku katakan kepada mereka, hentikan cemoohan kalian karena

Tetanggalah yang membuat rumah itu mahal atau murah

 

DOA TURUT MENGIRINGI

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari tetangga yang buruk dan juga menyuruh kita untuk berlindung dari hal ini. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa di antara doa yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ialah:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوْءِ فِي دَارِ الْمُقَامِ ، فَإِنَّ جَارَ البَادِيْ يَتَحَوَّلُ

“Ya Allah! aku berlindung kepadamu dari tetangga yang buruk di negeri saat aku mukim, karena sesungguhnya tetangga dari orang-orang badui pedalaman itu berpindah-pindah.” (HR. al-Hakim di dalam al-Mustadrak no. 1951, hadits shahih).

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تَعَوَّذُوْا باِللهِ مِنْ شَرِّ جَارِ الْمُقَامِ ، فَإِنَّ جَارَ الْمُسَافِرِ إِذَا شَاءَ أَنْ يُزَايِلَ زَايَلَ

“Berlindunglah kepada Allah dari keburukan tetangga saat mukim, karena sesungguhnya tetangga saat safar jika ia menghendaki untuk dihilangkan ia akan hilang.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 8553, dengan sanad yang hasan).

 

INDAHNYA BERBAGI

Tetangga yang buruk adalah satu dari sekian banyak yang diperintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dijauhi. Tapi kita perlu berpikir dan merenung, karena kita ternyata juga tetangga bagi orangorang yang ada di sekeliling kita, jangan sampai kita tergolong tipe tetangga yang layak dijauhi. Wal’iyadzubillah.

Di antaranya, kita perlu membiasakan diri berberbagi dengan tetangga, upaya nyata sebagai cermin tetangga yang peduli kepada mereka, perhatian, tidak angkuh, dermawan, bersosialisasi, dan komunikatif.

 

1. Berbagi menu makanan

Ini perlu dijadwal. Misalkan setiap bulan sekali. Setiap istri pasti memiliki keahlian memasak menu tertentu. Manfaatkan karunia ini untuk meraih kebaikan. Biasanya menu khas daerah asal. Maka ajaklah keluarga terlibat bersamasama. Istri andil keahlian, suami bantu beli bahanbahan dasar, anakanak ikut menyajikan. Sekalipun hanya memasak bubur kacang ijo, kolak, atau membuat es buah misalnya. Semua ini sengaja dibuat untuk berbagi rasa bersama para tetangga dekat.

Salah satu wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu ialah:

وَإِذَا صَنَعْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهُ بِمَعْرُوفٍ

“Apabila engkau memasak masakan berkuah, perbanyaklah airnya. Lalu lihatlah anggota keluarga dari tetanggamu, maka berilah mereka dari menu masakan itu dengan cara yang layak.” (HR. Ahmad no. 21428, dengan sanad yang shahih).

 

2. Berbagi hadiah

Pada momenmomen tertentu ini perlu dilakukan, misal anak baru saja lulus ujian sekolah atau kuliah. Tidak perlu mahal, cukup berbagi menu makanan, jajanan pasar, buahbuahan, kue, atau buku.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ

“Wahai para perempuan muslimah, janganlah sekali-kali seorang tetangga perempuan mencela tetangga perempuan lainnya sekalipun ia hanya memberi menu masakan kambing yang sedikit dagingnya.” (HR. Bukhari no. 2566).

 

3. Berbagi oleh-oleh

Ada saat dimana kita pulang kampung, mengunjungi sanak saudara atau kerabat di daerah lain, dinas keluar kota, merantau di sebrang pulau, atau acara yang lainnya. Jangan lupa membawa oleholeh ketika kembali ke rumah, bukan hanya untuk keluarga sendiri tapi juga untuk tetangga terdekat.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي قَالَ إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا

“Wahai Rasulullah! sesungguhnya aku memiliki dua tetangga, siapa yang paling layak aku beri hadiah?’ Nabi bersabda, ‘Yang paling dekat pintu rumahnya darimu.’” (HR. Bukhari no. 2259).

 

4. Berbagi senyum

Setelah anak dan istri, tetangga adalah orangorang terdekat yang paling sering kita jumpai. Sehingga mengucapkan salam, bertegur sapa, berwajah ceria, menebar senyum menjadi hadiah yang paling sering kita suguhkan. Terlebih ketika mereka adalah seorang muslim.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engkau sekali-kali mencela kebaikan sedikit pun, sekalipun engkau berwajah seri ketika bertemu saudaramu.” (HR. Muslim no. 6857).

 

5. Berbagi cerita

Intensitas bertemu tetangga bisa dikatakan sering, mungkin saat hendak shalat berjamaah di masjid, hendak berangkat atau selepas pulang kerja, saat libur akhir pekan, atau saat ibuibu membeli sayur, menyuapi anakanak, atau mengajaknya bermain di halaman. Ini adalah detikdetik untuk merajut keakraban bersama tetangga. Obrolan ringan, menanyakan kabar, atau berbagi cerita adalah cara untuk menyulamnya. Tentu dengan tetap menjaga adabadabnya, seperti menjauhi ghibah, dusta, menjaga pandangan terhadap lawan jenis, dilakukan seperlunya.

 

6. Berbagi perasaan

Terkadang tetangga kita terkena musibah, seperti sakit, salah satu keluarganya meninggal, usahanya bangkrut, suami tidak bisa bekerja karena kecelakaan, atau kesusahan yang lainnya. Ini adalah momen untuk berempati. Bantulah mereka semampu kita; moril maupun materil. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا آمَنَ بِي مَنْ بَاتَ شَبْعَانًا وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ

“Tidak beriman kepadaku seseorang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangga sedang kelaparan padahal ia mengetahuinya.” (HR. ath-Thabrani no. 750, hadits shahih).

 

SEDIKIT YANG MEREKATKAN

Petuah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, jangan pernah mencela kebaikan sekecil apa pun. Bisa jadi dari halhal di atas, yang kita berikan seolah kecil nilainya, tapi sejatinya sangat besar maknanya.

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Saling bertukar hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad no. 594, hadits hasan). Wallahu A’lam.

(Saed as-Saedy, Lc.)