Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

المؤمن القوي، خيرٌ وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف، وفي كلٍّ خيرٌ، احْرِصْ على ما ينفعك، واسْتَعِنْ بالله ولا تَعْجِزْ، وإن أصابك شيء، فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا، ولكن قل قَدَرُ الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah di dalam melakukannya dan janganlah merasa lemah. Jika sesuatu menimpamu, maka jaganlah kamu mengatakan, “Seandainya aku melakukannya, niscaya akan begini dan begitu,’ akan tetapi ucapkanlah Qadarullahi Wa Maa Sya-a Fa‘ala, (inilah ketentuan dari Allah, dan Dia melakukan apa yang dikehendakiNya), karena kata لو (seandainya) dapat membuka tipu daya setan (HR. Muslim, no. 2664)

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan beberapa petunjuk dalam mewujudkan pilar-pilar penunjang kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satunya yaitu, berusaha dalam mewujudkan segala macam kemaslahatan yang sesuai dengan syara’ (agama islam), dan menjadikannya sebagai puncak harapan yang selalu didengungkan, ungkapan ini tertuang dalam sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam,

احْرِصْ على ما ينفعك

“Bersemangatlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu.”

Semangat Anda di dalam mendapatkan segala macam yang bermanfaat harus mencakup kemaslahatan dunia dan akhirat, dan kemaslahatan itu tidak hanya tercurah kepada Anda saja akan tetapi harus mengalir kepada yang lainnya sehingga keluarga, masyarakat bahkan ummat dapat mengambil manfaat dari diri Anda.

Semangat yang seperti ini mencakup beberapa hal yang sangat penting:

Pertama, bersemangat dalam melakukan segala hal yang bermanfaat bagi dunia Anda, sehingga Anda berusaha mewujudkannya dengan berjalan di dalam koridor hukum Islam, yang paling penting dari hal tersebut adalah

a. Memperbaiki niat di dalam mencari dunia, sehingga semua pekerjaan dan prilaku Anda tidak hanya ditujukkan untuk dunia semata. Jika Anda mencari harta dunia, maka Anda meniatkannya agar tidak menjerumuskan diri Anda ke dalam perbuatan meminta-minta atau ke dalam hal-hal yang diharamkan, Anda juga berniat untuk menjaga kehormatan keluarga dengan memenuhi segala kebutuhannya, dengan demikian semua amal dunia Anda menjadi sebuah ibadah yang merupakan amal berpahala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ

Dan sungguh tidaklah kamu memberikan nafkah dengan tulus karena Allah, kecuali Allah akan memberikan ganjaran padamu, bahkan (sesuap makanan) yang kamu berikan kepada istrimu pun (akan diberi ganjaran) (HR. al-Bukhari dan Muslim)

b. Kemaslahatan tersebut merupakan sarana untuk mengantarkan Anda mencapai kebahagiaan akhirat dan bukan merupakan tujuan utama dari usaha Anda di dalam mencari dunia, harta yang Anda kumpulkan, gerak yang Anda lakukan, pekerjaan yang Anda dapatkan dan kedudukan yang Anda raih, semua itu adalah sebuah jembatan yang mengantarkan Anda kepada kebahagiaan di akhirat, karena dunia adalah sebuah ladang bagi kehidupan di akhirat, apa saja yang Anda tanam, pasti akan dipetik di kehidupan akhirat. Allah ta’ala berfirman, yang artinya, “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia tapi dia tidak mendapat bagian di akhirat.” (Qs. asy-Syura : 20)

c. Usaha Anda harus berada dalam garis-garis yang diberikan oleh syariat, karena itu Anda tidak melakukan sebuah perbuatan dosa atau kemunkaran di dalam usaha Anda. Di dalam mu’amalah, Anda tidak boleh melakukan sebuah kecurangan, kebohongan juga segala macam usaha yang mengandung riba, akan tetapi hendaknya Anda selalu amanah dan jujur. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا ، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

Penjual dan pembeli memiliki hak pilih selama mereka berdua belum berpisah, jika keduanya jujur dan menjelaskan (aib barangnya), maka mereka berdua diberkahi di dalam jual belinya, namun jika keduanya menyembunyikan dan berbohong, maka dihapuslah keberkahan jual beli yang dilakukannya (HR. al-Bukhari dan Muslim)

d. Usaha tersebut tidak menyibukkan Anda sehingga meninggalkan ketaatan dan ibadah kepada Allah ta’ala, sebagaimana hal ini diperingatkan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jaganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Qs. al-Munafiqun : 9)

e. Berusahalah Anda untuk menekuni sebuah usaha karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan umatnya untuk bersemangat dalam berusaha dan hal ini tidak akan terwujud kecuali dengan menekuninya, semakin ditekuni sebuah usaha, maka akan semakin besar kemanfaatannya.

Kedua, sesuatu yang terkadung di dalam makna “bersemangat” di dalam hadits adalah semangat di dalam mendapatkan kebahagiaan di Akhirat. Akhirat adalah tujuan utama dari sebuah kehidupan sedangkan dunia tidak lain hanyalah sebuah kesempatan di dalam mewujudkan ketaatan seorang hamba kepada Allah ta’ala.

Dan perlu diingat bahwa jika Anda menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup dan usaha, maka semua pekerjaan yang Anda lakukan di dunia akan menjadi sebuah amal yang dibalas atau sebagai kebaikan yang akan Anda dapatkan di akhirat kelak walaupun hanya sesuap makanan yang diberikan Anda kepada istri Anda, sebagaimana yang sudah diterangkan.

Ketiga, di antara makna yang terkandung di dalam sabda beliau, “Bersemangatlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu.” adalah bahwa Islam merupakan agama yang sangat menghargai sebuah usaha dan perkerjaan, ia adalah agama yang dinamis, giat dan penuh dengan kesungguhan, terus dan giat dalam
berusaha, hal ini tergambar di dalam beberapa hal berikut ;

a. Motivasi untuk berusaha. Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ . فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (Qs. al-Jumu’ah : 9-10)

b. Sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengutamakan seorang pekerja yang bermanfaat daripada yang lainnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 عَلَى كُلِّ مُسْلِم صَدَقَةْ  فَقَالُوا: يَا نَبِيَّ اللهِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ:  يَعْمَلُ بِيَدِهِ، فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ، وَيَتَصَدَّقُ  قَالُوا: فَإنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ:  يُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ  قَالُوا: فإنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ:  فَلْيَعْمَلْ بِالْمَعْرُوفِ، وَلْيُمْسِكْ عَنِ الشر فَإنَّهَا لَهُ صَدَقَة

“Setiap muslim diwajibkan untuk bersedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Nabiyullah, jika ia tidak mendapatkan sesuatu untuk disedekahkan ?”. Beliau  shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “hendaknya ia bekerja dengan tangannya sendiri, lalu mencukupi dirinya dan bersedekah.” Para sahabat bertanya,”Jika ia tidak bisa melakukannya?” Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,” hendaknya ia membantu orang yang sangat membutuhkan.” Para sahabat bertanya,”Jika ia tidak bisa melakukannya ?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “ Hendaklah ia melakukan kebaikan dan menahan dirinya dari kejelekan, karena hal tersebut merupakan sedekah bagi dirinya.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)

c. Larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada orang yang meminta-minta kepada yang lainnya, baik ia diberi maupun tidak. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ

Sungguh seorang di antara kalian yang mencari seikat kayu bakar dan memanggul di pundaknya (untuk dijual) lebih baik daripada meminta-minta kepada seseorang, baik dibari ataupun tidak (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dari kedua hadiTs ini (yang disebutkan pada poin b dan c) tampak bahwa Islam adalah agama yang mendorong agar penganutnya selalu berusaha dengan penuh semangat dan kesungguhan, bukan agama yang membenarkan sifat bermalas-malasan.

Oleh karena itu, mengakhiri tulisan ini, kami sampaikan kepada seluruh ummat Islam secara umum, para pemuda khususnya, hendaknya menjauhkan diri dari sifat bermalas-malasan agar dapat berusaha di dalam mewujudkan kemaslahatan bagi diri pribadi, keluarga, masyarakat dan ummat secara umum, Sebagaimana Anda pun harus selalu menjauhi segala sesuatu yang dapat melalaikan Anda dalam bekerja, di antaranya, banyak tidur, banyak bermain, mejeng di jalan-jalan dan di pasar-pasar, Di mall-mall, kumpul-kumpul tanpa manfaat, menganggur dan lain sebagainya. Namun, hendaklah Anda mengikuti petunjuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,

احْرِصْ على ما ينفعك

“Bersemangatlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu.”

Semoga Allah ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk bersemangat terhadap segala sesuatu yang bermanfaat bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin

(Redaksi)

Sumber :
Haditsu al-Mukmin al-Qawiy Khaurun Wa Ahabbu Ilallah, Dr. Falih bin Muhammad bin Falih ash-Shughayyir (e.id, 72-96 dengan ringkasan)