ilmu-tauhidDi dalam al-Qur’an Allah ta’ala memerintahkan manusia agar senantiasa berdo`a, dan barangsiapa yang membantah ibadah ini baginya adalah neraka, sebagaimana firman-Nya,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ {60}

 “Dan Rabbmu berfirman, Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perke-nankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Ghafir: 60).

Anda juga akan mendapati dalam kitab Allah, wasiat agar beribadah dan berdo`a kepada-Nya:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ {186}

 “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo`a apabila ia berdo`a kepada-Ku.” (al-Baqarah: 186).

Dan firman Allah ta’ala:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ {60}

 “Dan Rabbmu berfirman, Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Ghafir: 60).

Kita juga mendapati di dalam al-Qur’an sering kali lafazh “Ad- Du’a (do`a) dan al-Ibadah (ibadah) saling bergantian penggunaannya. Kata ad-Du’a di dalam al-Qur’an seringkali digunakan dalam makna al-Ibadah. Demikian pula sebaliknya, kata al-ibadah sering kali dimak-sudkan dengan ibadah yang lebih spesifik yaitu do`a.

Allah mengkabarkan di dalam kitab-Nya bahwa do`a adalah Ad-Din (agama), berdasarkan salah satu dari dua penafsiran pada ayat:

هُوَ الْحَىُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {65}

 “Dialah Yang hidup kekal, tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya.” (Ghafir: 65).

Al Qur’an juga menyebutkan dalam bentuk khithab kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar berdo`a hanya kepada Allah semata dengan ikhlas, sebagaimana firman Allah,

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ {7} وَإِلىَ رَبِّكَ فَارْغَب {8}

 “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendak-nya kamu berharap. (al-Insyirah: 7-8) dan juga pada surat mu’awidzatain.

Di dalam ayat lain Allah juga mengarahkan perintahNya kepada hamba-hamba-Nya agar berdo`a hanya kepadaNya semata dengan ikhlas, seperti disebutkan dalam ayat al-Mukmin di atas dan ayat-ayat lain, seperti al A’raf: 29, 55-56, juga surat Ghafir: 14 dan 60, dan lain sebagainya.

Anda juga akan mendapati di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat do`a, do`a puja dan puji, do`a permohonan dan permintaan yang diucapkan oleh para nabi dan rasul Allah dan para hamba yang shalih. Selain itu, dan lain-lain yang mengisyaratkan betapa mulianya beribadah dengan do`a dan betapa agungnya do`a dalam kehidupan orang muslim.

Di dalam kitab Allah yang agung juga terdapat ayat -ayat yang membentengi ibadah do`a ini dan menjaganya dari penyalah-gunaannya, berupaya mengalihkannya kepada selain Allah ta’ala.

Di antaranya adalah ayat-ayat tentang larangan kepada Nabi-Nya yang maksum, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam  agar tidak berdo`a kepada selain Allah, sebagaimana fiman-Nya:

وَلاَ تَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَالاَيَنفَعُكَ وَلاَيَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ {106}

 “Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Yunus: 106).

Allah melarang seluruh manusia untuk tidak berdo`a kepada selain-Nya:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا {18}

 “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (al-Jin: 18).

Ayat-ayat yang menyinggung do`a kepada selain Allah ta’ala digambarkan dengan bentuk kehinaan, kesesatan akal, agama dan dunia:

قُلْ أَنَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَالاَيَنْفَعُنَا وَلاَيَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي اْلأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابُُ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ {71}

 “Katakanlah, Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikem-balikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): Marilah ikuti kami. Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Rabb semesta alam.” (al-An’am: 71).

وَمَنْ أَضلَُّ مِمَّن يَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَن لاَّيَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَآئِهِمْ غَافِلُونَ {5} وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَآءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ {6}

 “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan mereka itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” (al-Ahqaf: 5-6).

لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَيَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَىْءٍ إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَآءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَاهُوَ بِبَالِغِهِ وَمَادُعَآءُ الْكَافِرِينَ إِلاَّ فِي ضَلاَلٍ {14}

 “Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat mem-perkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membu-kakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do’a (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” (ar-Ra’d: 14).

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دًونِهِ لاَيَسْتَطِيعُونَ نَصْرَكُمْ وَلآأَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ {197}

 “Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup meno-longmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri. (al-A’raf: 197).

Di samping itu terdapat ayat-ayat yang menerangkan dengan jelas tentang hukum berdo`a kepada selain Allah ta’ala, ia merupakan perbuatan syirik, kufur dan sesat. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala:

إِن تَدْعُوهُمْ لاَيَسْمَعُوا دُعَآءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَااسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلاَيُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ {14}

 “Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (Fathir: 14).

يَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَالاَيَضُرُّهُ وَمَالاَ يَنفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ {12} يَدْعُوا لَمَن ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِن نَّفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ {13}

 “Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfa’at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfa’atnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan.” (al-Haj: 12-13).

Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba tidak berlaku sombong terhadap do`a. Bila ia bersikap congkak maka baginya adalah neraka, sebagaimana yang telah disebutkan dalam ayat yang telah lalu.

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, dengan edisi indonesia berjudul Koreksi Zikir]