curhatRumah tangga mana pun mempunyai problem, tanpa kecuali, manusia siapa pun memiliki masalah, termasuk Anda. Saat menghadapi masalah, orang terbagi menjadi dua tipe: Tipe penyimpan dan tipe pencerita. Yang pertama cenderung menyimpan masalah dalam diri, bila dia bercerita maka dia akan memilih orang dan tak semua diceritakan. Yang kedua cenderung menguap, membuka masalahnya kepada orang lain, termasuk kepada orang yang mungkin tak membantu, pokoknya asal cerita, plong dan lega, beban berat terbuang sesaat walaupun masalah belum tentu terurai.

Bila Anda adalah istri atau suami dan Anda termasuk tipe yang kedua, maka itu urusan Anda, tetapi ada baiknya Anda memperhatikan apa yang aku tulis berikut:

Dengan curhat, berarti Anda membawa keluar masalah dengan suami atau istri kepada orang lain, berarti si pembawa –minimal- telah menyebarkan aib atau kekurangan pasangannya. Padahal sesama muslim dianjurkan saling menutupi kekurangan masing-masing.

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ .

“Barangsiapa menutupi seorang muslim maka Allah menutupinya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).

Suami atau istri adalah orang yang paling layak kita tutupi kekurangannya. Oleh karena itu Allah mengumpamakan pasangan dengan libas (pakaian) dan salah satu fungsi pakaian adalah menutupi kekurangan badan. Firman Allah,

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ [البقرة : 187]

“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (Al-Baqarah: 187).

Dengan curhat berarti Anda telah mengghibah pasangan, karena Anda tidak mungkin dalam kondisi perselisihan membicarakan kebaikannya, karena yang ada di pikiran anda adalah keburukannya dan orang berbicara apa yang ada di benaknya. Anda mau makan bangkai pasangan Anda sendiri? Firman Allah,

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ [الحجرات : 12]

“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (Al-Hujurat: 12).

Dengan curhat, justru tidak mengurai persoalan, yang ada malah menambah benang kusut. Perselisihan bertambah ruwet dan carut marut dengan campur tangan pihak ketiga. Ketika Anda menyeret pihak ketiga tentunya pihak ketiga ini anda harapkan berada sepihak dengan Anda dan otomatis berseberangan dengan pasangan Anda. Bukankah ini berarti Anda hanya mencari sekutu pendukung? Hal yang sama bisa dilakukan oleh pasangan Anda bukan? Tambah kusut. Di samping itu teman curhat Anda bisa jadi adalah ember, menampung apa saja, akan tetapi karena ember itu mulutnya lebar maka ia bisa melebar kemana-mana. Artinya keluh kesah Anda yang Anda bisikkan kepadanya malah dia umbar kemana-mana? Anda mau aib anda dan pasangan menjadi biang gosip?

Perselisihan Anda dengan pasangan adalah persoalan berdua, cukup Anda berdua yang mengalami dan mengetahui setelah Allah. Kalaupun perselisihan tersebut benar-benar tidak bisa Anda selesaikan maka Anda dengan pasangan bisa memakai mediator yang terpercaya sebagaimana yang Allah ajarkan dalam firmanNya,

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا [النساء : 35]

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.”(An-Nisa`: 35).

Bila curhat dilakukan kepada teman lawan jenis, suami curhat kepada teman wanitanya atau istri curhat kepada teman lelakinya, hal seperti ini akan membukan peluang wa la taqrabu az-zina, menyerempet zina, karena bila orang yang dicurhati memposisikan sebagai pendengar yang baik, maka pihak yang curhat akan merasa nyaman, kenyamanan ini merupakan lahan basah setan untuk membujuk keduanya lebih intens lagi bercurhat ria, akhirnya terbentuk majlis-majlis curhat dan akhirnya… Kalaupun tidak sampai pada akhirnya, namun saat seseorang, suami atau istri, sudah merasa enak, nyaman dan nyambung bila duduk semajlis dengan lawan jenis demi curhat, maka itu sama dengan berlindung dari terik matahari di balik api, lari dari satu masalah dan terjerumus ke dalam masalah yang bisa jadi lebih berat. Jadi, hati-hatilah dalam bercurhat. Wallahu a’lam.