Hadits Al-Musnad

Definisi:

Secara Bahasa: al-Musnad adalah isim Maf’ul (objek) dari kata kerja أَسْنَدَ yang berarti menyandarkan atau menisbatkan.

Secara Istilah: Apa-apa (hadits) yang bersambung sanadnya, marfu’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini adalah definisi yang dipilih oleh Imam al-Hakim, dan disebutkan secara tegas oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Nukhbatul Fikar, dan masih ada definisi-definisi yang lain untuk hadits al-Musnad ini.

Contohnya

Apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah, dia berkata:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إذا شَرِبَ الكلبُ في إناء أحدِكم فلْيَغْسِلْه سبعًا (البخاري باب الماء الذي يغسل به)

”Telah emngabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, dari Malik, dari Abu az-Zinnaad dari al-A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Apabila seekor anjing meminum di dalam bejana salah seorang di antara kalian, maka hendaklah dia mencucinya tujuh kali.”(HR. al-Bukhari Bab al-Maa’u alladzi Yughsalu Bihi)

Maka hadits ini bersambung sanadnya dari awal sampai penghujungnya (akhirnya), dan ia marfu’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadits Al-Muttashil

Definisi:

Secara Bahasa: Isim Fa’il (pelaku) dari katar kerja اتَّصَلَ (bersambung) lawan dari kata kerja انْقَطَعَ (terputus) dan jenis ini dinamakan juga dengan المَوْصُوْل

Secara Istilah: Apa-apa (hadits) yang bersambung sanadnya dari awal sampai penghujungnya (akhirnya), baik hadits tersebut Marfu’ (sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) atau Mauquf (yang berhenti pada Shahabat radhiyallahu ‘anhum).

Contohnya

Contoh al-Muttashil al-Marfu’

مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَاب عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:كَذاَ…

”(Imam) Malik dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdillah dari bapaknya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:”Seperti ini…”

Contoh al-Muttashil al-Mauquf

مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أنَهُ قَالَ: كَذَا…

”(Imam) Malik dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar (radhiyallahu ‘anhu), bahwasanya dia berkata:”Seperti ini…”

Apakah Perkataan Tabi’in Dinamakan Muttashil?

Imam Al-‘Iraqiy rahimahullah berkata:”Dan adapun perkataan-perkataan Tabi’in –jika sanadnya bersambung kepada mereka- maka dinamakan Muttashil secara mutlak tanpa ada batasan, adapun jika disertai dengan pembatasan (Taqyiid) maka boleh. Dan yang seperti itu (pemakaian kata Muttashil untuk ucapan Tabi’in) ada dalam ucapan-ucapan mereka. Seperti ucapan mereka:’Ini adalah Muttashil sampai ke Sa’id bin al-Musayyib atau ke az-Zuhri atau ke Malik dan yang lainnya.’ Ada yang mengatakan:’Dan yang tepat dalam masalah ini adalah adalah menamakannya dengan Maqaathi’. Dan pemberian nama Muttashil untuk hal tersebut (ucapan Tabi’in) adalah seperti menyifati satu hal dengan lawan katanya secara bahasa.’”

(Sumber:تيسير مصطلح الحديث karya Dr. Mahmud ath-Thahhan, Maktabah al-Ma’arif hal 135-137. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)