tasJumlah biji-bijian tasbeh

Pada awal mulanya, terdapat benang-benang yang dibuat untuk merangkai manik dari biji-bijian yang berwarna-warni yang digosok hingga berwarna hitam dan putih untuk menghitung bacaan dzikir yang telah disyariatkan oleh syara’ ataupun dzikir secara mutlak. Oleh karena itu, biji-bijian tasbeh tersebut jumlahnya berdasarkan tahapan jumlah berikut ini:

1. Tasbeh yang terdiri dari 33 butir manik, dinamakan dengan ‘as-subhah ats-tsulatsiyyah’ (tasbeh sebangsa tigaan);

2. Tasbeh yang terdiri dari 99 butir manik; dan

3. Tasbeh yang terdiri dari 1000 butir manik, dinamakan dengan ‘as-subhah al-alfiyyah’ (tasbeh sebangsa ribuan).

Bentuk manik-manik itu pun sangat bervariasi, mulai dari yang berbentuk seperti mata belalang hingga yang berbentuk bulat telur (oval). Selanjutnya pada masing-masing aliran tarekat mempunyai satu jenis, jumlah, dan cara penggunaan tasbeh tersendiri. Di sana, ada manik-manik tasbeh yang ditulisi nama-nama Allah (asmaul husna)yang berjumlah 99 nama, atau nama yang dijadikan bacaan dzikir oleh sebagian kalangan tarekat, seperti “al-Lathif”, “Hayy”, atau “Allah” dan lain sebagainya.

Kesemuanya itu dapat kita saksikan sekarang, saya mencatat tulisan ini pada tahun 1418 H. Pada tahun ini pula, kaum muhtasibun (orang-orang yang ikhlas beribadah karena Allah ta’ala) bersama bebe-rapa penduduk yang berasal dari berbagai golongan di kota Riyadh telah menemukan sebuah tasbeh berukuran dua puluh meter, salah satu maniknya berbentuk oval (bulat telur).

Peranan tasbeh bagi sebagian kaum muslimin yang menggunakannya

Mengacu pada penjelasan di atas, maka saya paparkan di sini beberapa tujuan-tujuan keagamaan tasbeh sebagai berikut:

1. Menggunakan tasbeh sebagai syi’ar bagi kalangan tarekat sufi ‘Ahlullah’ untuk menghitung bacaan dzikir dan pendidikan agama.

2. Menggunakan tasbeh sebagai perlindungan diri dan jimat.

3. Menggunakannya untuk menghindari kedengkian dan mara bahaya.

4. Mengalungkannya di leher untuk menghindari berbagai penyakit.

5. Menggunakannya untuk mengetahui nasib keberuntungan.

6. Membasuhnya dengan air lalu meminumnya untuk memohon hujan (istisqa).

7. Beristikharah (menentukan pilihan) dengan tasbeh yang dinamakan dengan ‘istikharah tasbîh’. Hal itu, karena jika seseorang sakit, maka dipakaikan kepadanya sebuah tasbeh sebelum membutuhkan dokter: apakah dia membutuhkan dokter? Apakah obatnya manjur? Atau, apakah dokter dipanggil?? hingga tujuan-tujuan lainnya.

8. Untuk meregangkan otot-otot dan ketenangan jiwa.

Julukan-julukan tasbeh

Berkaitan dengan hal ini, kaum muslimin membuat sekumpulan julukan bagi tasbeh, di antaranya:

(1) Pengingat kepada Allah ta’ala (al-muzakkirat billah);

(2) Penghubung hati (rabithat al-qulub);

(3) Tali penyambung (habl al-washl); dan

(4) Cambuk setan (sauth asy-syaithan).

Bahkan, ada tasbeh seseorang yang mempunyai nama khusus, di antaranya apa yang telah disebutkan oleh as-Suyuthi rahimahullah ketika beliau berkata: “Syaikh al-Imam al-‘Arif ‘Umar al-Bazzar pernah berkata, Tasbeh kepunyaan Syaikh Abul Wafa “Kakisy” (dalam bahasa Arab, berarti: Abdurrahman), yang diberikan kepada Syaikh Muhyiddin Abdulqadir al-Jailani -semoga Allah ta’ala menyucikan arwahnya-, jika beliau letakkan di atas tanah maka butiran-butirannya akan berputar satu persatu.”

Coba lihatlah, bagaimana setan telah menyerupakan diri kepada mereka dalam wujud tasbeh, sehingga ruh pun ditiupkan di dalamnya?!

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul Haq Jakarta]