Harapan adalah senangnya hati untuk menunggu apa yang dicintainya. Dan, hati seorang hamba, tentunya memiliki harapan kepada Allah Azza wa Jalla Dzat yang dicintainya. Hatinya sudah barang tentu senang untuk menunggu sesuatu yang dicintainya dari Dzat yang dicintainya.  Di antara harapan seorang hamba kepada-Nya yang telah kita sebutkan pada dua edisi sebelumnya, yaitu :

  1. Pejumpaan dengan-Nya
  2. Rahmat-Nya
  3. Pahala dan Balasan-Nya
  4. Ampunan-Nya
  5. Ridha-Nya
  6. Diterimanya Amal Oleh-Nya

Itulah enam poin dari harapan seorang hamba kepada-Nya yang telah kita sebutkan sebelumnya. Nah, berikut ini adalah harapan seorang hamba yang lainnya kepada-Nya, Dzat yang dicintainya, Dzat yang hatinya senang untuk menunggu apa yang dicintainya dari-Nya.

  1. Dimasukkan Ke Dalam Surga-Nya

Tentu, ini adalah termasuk harapan seorang hamba kepada-Nya. Bahkan, termasuk harapannya yang sangat besar kepada-Nya.  Bagaimana tidak, sementara seorang hamba yakin bahwa Surga itu telah dipersiapkan untuk hamba-hamba-Nya. Dan, di dalamnya terdapat beragam kenikmatan yang belum pernah diperlihatkan kepadanya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِيْنَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ فَاقْرَءُوْا إِنْ شِئْتُمْ{فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ }

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku telah siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah pula didengar telinga, dan belum pernah pula terlintas dalam hati seseorang. Maka, bacalah oleh kalian, jika kalian mau, (firman-Nya),

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Qs. as-Sajdah : 17) (HR. al-Bukhari, no. 3244). Yakni, maka tidak seorang pun mengetahui keagungan sesuatu yang Allah sembunyikan untuk mereka di dalam Surga-surga berupa kenikmatan dan kesenangan yang kekal dan kelezatan-kelezatan yang belum pernah seorang pun melihat yang semisalnya. (Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, 6/365)

Maknanya, bahwa Allah ta’ala telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Nya yang shaleh di dalam Surga beragam kenikmatan selain kenikmatan sesuatu yang telah Allah perlihatkan kepadanya (di dunia) dan telah dikabarkannya kepada mereka. (Tathriiz Riyadhu ash-Shalihin, 3/38)

Apalagi ketika seorang hamba yakin bahwa keberadaan dirinya nantinya di Surga -sembari menikmati segala kenikmatan dan kesenangan serta kelezatan yang kekal itu- bakal kekal abadi untuk selama-lamanya, sebagaimana yang difirmankan Allah Azza wa Jalla,

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيْهَا نَعِيْمٌ مُقِيْمٌ. خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ

“Tuhan menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhaan dan Surga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh di sisi Allah terdapat pahala yang besar.” (Qs. at-Taubah : 21-22). Maka, hal ini semakin melecutkan harapannya agar dirinya dimasukkan ke dalam Surga yang telah dipersiapkan-Nya itu.

Apalagi, ketika dikabarkan  bahwa segala yang diinginkan oleh orang-orang yang telah dimasukkan oleh Allah Azza wa Jalla ke dalam Surga-Nya tersebut bakal terpenuhi, sebagaimana firman-Nya,

وَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ. نُزُلًا مِنْ غَفُوْرٍ رَحِيْمٍ

“Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Qs. Fushshilat : 31-32). Yakni, “Di Surga, kalian mendapatkan apa yang diinginkan oleh jiwa kalian dari apa-apa yang kalian pilih, mata (dan jiwa) kalian tenang kepadanya. Apa pun yang kalian minta, niscaya kalian mendapatkannya di depan kalian sebagai karunia dan kenikmatan untuk kalian dari Allah yang Maha Pengampun terhadap dosa-dosa kalian dan Maha Penyayang kepada kalian. (at-Tafsir al-Muyassar, 8/401)

Untuk itu, seorang hamba yang memiliki harapan kepada-Nya  agar Allah Azza wa Jalla memasukkan dirinya ke dalam Surga-Nya, ia bersungguh-sungguh di dalam meminta kepada-Nya agar dirinya benar-benar dimasukkan ke dalam Surga-Nya dan agar diberikan kesungguhan pula untuk berucap dan beramal yang akan semakin mendekatkannya ke Surga-Nya, seraya berdoa dengan penggalan doa yang pernah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada istrinya tercinta ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha putri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu,

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ

“…Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu (dimasukkan ke dalam) Surga dan (kesungguhan untuk melakukan) sesuatu yang akan mendekatkan kepadanya berupa perkataan atau perbuatan…” (HR. Ibnu Majah, no. 3846)

  1. Selamat dari Hukuman, Azab dan Siksa-Nya

Sebagaimana seorang hamba mempunyai harapan kepada Rabbnya agar dirinya dimasukkan ke dalam Surga-Nya, seorang hamba juga mempunyai harapan kepada-Nya agar dirinya selamat dari hukuman-Nya, adzab-Nya dan siksa-Nya, baik di dunia apalagi di akhirat.

Bukan tanpa alasan seorang hamba berharap kepada-Nya agar selamat dari siksa-Nya. Justru karena alasan itulah seorang hamba sangat mengharapkan hal itu kepada-Nya. Jika demikian, lalu apa alasannya ? Alasannya cukup banyak, di antaranya, yaitu :

  1. Karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang Maha Kuat, Perkasa lagi mempunyai hukuman. Sebagaimana yang difirmankan-Nya,

مَا قَدَرُوْا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ

“Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Qs. al-Hajj : 74).

Dia Maha Kuat, tidak ada sesuatu pun yang melemahkan-Nya, tidak ada yang dapat mengalahkan-Nya, tidak ada yang dapat menolak takdir-Nya, semua perintah dan takdir-Nya berlaku pada semua makhluk. (Fiqhu Asma-ul Husna, hal.155).

Dia Azza wa Jalla juga berfirman,

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَاللَّهُ عَزِيْزٌ ذُوْ انْتِقَامٍ

“Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh azab yang berat. Allah Maha Perkasa lagi mempunyai hukuman.” (Qs. Ali Imran : 4). Dia Azza wa Jalla mempunyai hukuman terhadap siapa saja yang menentang-Nya. (Tafsir as-Sa’diy, 1/121)

  1. Karena hukuman-Nya keras, azab-Nya dan Siksa-Nya sangat pedih dan sangat berat. Sebagaimana firman-Nya,

وَاتَّقُوْا اللَّهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Qs. al-Baqarah : 196)

Dia Azza wa Jalla juga berfirman,

كَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيْمٌ شَدِيْدٌ

“Dan begitulah siksa Tuhan-mu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat.” (Qs. Huud : 102)

Dia Azza wa Jalla juga berfirman,

وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ

“…Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sungguh azab-Ku sangat berat.” (Qs. Ibrahim : 7)

Dia Azza wa Jalla juga berfirman,

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيْمُ

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” (Qs. al-Hijr : 49-50)

  1. Dan, karena, siapa saja yang mendapatkan hukuman-Nya, azab-Nya dan siksa-Nya niscaya hal itu menjadikannya binasa.

Itulah sebagian alasan sehingga seorang hamba sedemikian berharap kepada Allah Azza wa Jalla agar dirinya selamat dari hukuman, siksa dan azab-Nya.

  • Neraka adalah Hukuman-Nya yang Terkeras, Azab-Nya dan Siksa-Nya yang Terpedih dan Terberat

Dan, di antara hukuman-Nya yang sangat keras, siksa dan azab-Nya yang sangat pedih dan sangat berat itu di akhirat kelak yang seorang hamba sangat berharap kepada-Nya agar selamat darinya adalah “Neraka-Nya”, yang telah disiapkan-Nya bagi orang-orang kafir kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَاتَّقُوْا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ

“Dan peliharalah dirimu dari api Neraka, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Qs. Ali Imran : 131).

Dalam hadis Qudsi disebutkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَحَاجَّتْ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَقَالَتْ النَّارُ : أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِيْنَ وَالْمُتَجَبِّرِيْنَ. وَقَالَتْ الْجَنَّةُ : مَا لِي لَا يَدْخُلُنِي إِلَّا ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَسَقَطُهُمْ. قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْجَنَّةِ : أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي. وَقَالَ لِلنَّارِ : إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي. وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا مِلْؤُهَا

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Surga dan Neraka saling berargumentasi. Neraka mengatakan : aku dikhususkan untuk al-Mutakabbirun (orang-orang yang menyombongkan diri) dan al-Mutajabbirun (orang-orang yang angkuh). Dan, Surga mengatakan :  mengapa aku tidak akan dimasuki kecuali oleh orang-orang yang lemah dan orang-orang yang dianggap hina oleh pandangan mata mereka. Allah تَبَارَكَ وَتَعَالَى berfirman kepada Surga, “Engkau adalah rahmat-Ku, Aku menyayangi dengan-mu siapa saja orang yang Aku kehendaki di antara hamba-hamba-Ku. Dan, Allah berfirman kepada Neraka, “Sesungguhnya engkau hanyalah azab-Ku, Aku mengazab dengan-mu siapa saja orang yang Aku kehendaki di antara hamba-hamba-Ku, dan untuk masing-masing keduanya akan ada orang-orang yang memenuhinya.(HR. al-Bukhari, no. 4850)

Dan, di antara hal yang menunjukkan kerasnya hukuman-Nya, pedih dan beratnya siksa dan azab-Nya tersebut adalah berita tentang panasnya api Neraka yang berlipat-lipat yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,

نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِيْنَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ. قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً. قَالَ : فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّيْنَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا

“Api kalian (yang dinyalakan oleh anak Adam) merupakan satu bagian dari 70 bagian dari Api Neraka Jahannam. Dikatakan (kepada Rasullah),’Wahai Rasulullah !, jika demikian (satu bagian saja) niscaya cukup (untuk menyiksa penduduk Neraka). Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “(Api Neraka tersebut) ditambahkan atasnya (panas api dunia) dengan 69 kali lipat yang sama panasnya.” (HR. al-Bukhari, no. 3265)

Lebih jelas lagi, apa yang digambarkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya tentang siksa yang bakal ditimpakan kepada orang-orang kafir di dalamnya,

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوْا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

“Sungguh, orang-orang yang kafir, kelak Kami masukkan ke dalam Neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Qs. an-Nisa : 56)

Oleh karena itu, ‘Ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih), orang-orang yang memiliki harapan kepada-Nya agar diselamatkan dari hukuman, azab dan siksa-Nya, ia  sangat berharap agar dirinya dipalingkan dan dijauhkan darinya, melalui doanya,

رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا. إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

“Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahannam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal,” Sungguh, Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (Qs. al-Furqan : 65-66).

Dan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedemikian menganjurkan ummatnya, yang memiliki harapan kepada-Nya agar dirinya selamat dari hukuman, siksa dan azab-Nya untuk berlindung kepada-Nya dari Neraka dan dari perkataan atau perbuatan yang dapat mendekatkannya ke Neraka, seraya mengatakan,

وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ

“Dan aku berlindung kepada-Mu dari (siksa) Neraka dan apa yang dapat mendekatkan kepadanya berupa perkataan ataupun perbuatan.” (HR. Ibnu Majah, no. 3846, al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad, no. 639, Ibnu Hibban, no. 869, dan Ahmad, no. 25137).

Terlebih dalam aktivitasnya yang merupakan amal terbaiknya, yaitu shalat, tidak sepatutnya melewatkan doa agar ia terlindungi dari siksa-Nya tersebut,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- : إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ, يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian telah usai bertasyahhud (sebelum salam) maka hendaknya ia memohon perlindungan kepada Allah dari empat hal ; hendaknya ia mengucapkan, “Ya Allah !, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan fitnah al-Masih Dajjal.” (HR. Muslim, no. 1352)

Akhirnya, semoga kita mendapatkan apa yang kita harapkan ini, yaitu, dimasukkan ke dalam Surga-Nya dan diselamatkan dari siksa-Nya. Kita terbimbing untuk berucap dan bertindak yang akan mendekatkan kita ke Surga-Nya, dan kita terlindungi dari perkataan atau perbuatan yang akan mendekatkan kita ke Neraka-Nya. Amin

Wallah A’lam (Redaksi)

Referensi :

  1. Al-Adab Al-Mufrad, Muhammad bin Ismail al-Bukhariy
  2. Al-Musnad, al-Imam Ahmad bin Hanbal
  3. At-Tafsir Al-Muyassar, Sekumpulan Pakar Tafsir di bawah Bimbingan Abdullah bin Abdil Muhsin at-Turkiy
  4. Fiqhu Asma-ul Husna, Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr
  5. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhariy
  6. Shahih Ibnu Hibban, Muhammad bin Hibban al-Bustiy
  7. Shahih Muslim, Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburiy
  8. Sunan Ibni Majah, Muhammad bin Yazid al-Qazwainiy
  9. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, Ismail bin Umar bin Katsir ad-Dimasyqiy
  10. Tafsir As-Sa’diy, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy
  11. Tathriiz Riyadhu ash-Shalihin, Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak