Sungguh, nikmat yang Allah azza wa jalla karuniakan kepada kita begitu banyak, baik nikmat yang terlihat maupun nikmat yang tidak terlihat namun bisa dirasakan, meskipun seringkali manusia tidak menyadarinya. Allah azza wa jalla berfirman,

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيْرٍ

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.” (Qs. Luqman : 20)

Di antara nikmat lahiriyah, yang terlihat dan bisa dirasakan adalah “hujan”, air yang Allah turunkan dari langit yang penuh manfaat untuk kehidupan. Dia azza wa jalla berfirman,

وَاللَّهُ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُوْنَ

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (Qs. an-Nahl : 65)

Dia azza wa jalla juga berfirman,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ. يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ

“Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu.

Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berfikir.” (Qs. an-Nahl : 10-12)

Air Hujan “Bersih” dan “Berkah”

Allah azza wa jalla mensifati air hujan, nikmat yang satu ini, dengan bahwa ia adalah air yang sangat bersih. Allah azza wa jalla berfirman,

وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُوْرًا

“Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih.” (Qs. al-Furqan : 48). Yang dengannya dapat digunakan untuk bersuci, sebagaimana firman-Nya,

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu.” (Qs. al-Anfal : 11). Juga, dapat digunakan untuk hal lainnya, seperti diminum, sebagaimana firman-Nya,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ

“Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman …” (Qs. an-Nahl : 10)

Dan, masih banyak lagi kegunaan dari air hujan ini untuk kehidupan. Ia menjadi bagian dari sumber kehidupan. Maka, ini merupakan salah satu rahasia Allah yang juga mensifati air hujan ini dengan “air yang mubarak”, air yang memberikan keberkahan, sebagaimana firman-Nya,

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيْدِ. وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيْدٌ. رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوْجُ

Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, (sebagai) rizki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur).” (Qs. Qaaf : 9-11)

Nikmat Lebih Terasa Ketika Sangat Dibutuhkan

Telah sejak lama nikmat Allah yang satu ini dinantikan dan ditunggu-tunggu kedatangannya. Ini menunjukkan betapa kita, makhluk-Nya, sedemikian membutuhkannya. Bahkan, tidak jarang di antara manusia yang mengeluhkan lamanya tidak turun hujan, karena banyak hal dari aktivitas kehidupan mereka menjadi terkendala karena telah menipisnya cadangan air tanah di sumur-sumur rumah mereka, bahkan ada sebagiannya yang telah kering kerontang, tidak didapatkan setetes air pun ketika mereka menyalakan alat untuk mengambil air dari dalam sumur mereka. Banyak ragam ungkapan kata yang keluar dari mulut manusia ketika itu, yang menunjukkan keluh kesah mereka. Maka, ketika hujan turun membasahi tanah mereka, sedemikian kentara kegembiraan terlihat pada wajah mereka karenanya. Begitulah kadang nikmat itu lebih terasa ketika nikmat itu sangat dibutuhkan.

Allah azza wa jalla berfirman,

وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوْا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيْدُ

Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.” (Qs. asy-Syura : 28).

Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa, yakni, setelah mereka berputus asa dari turunnya hujan, Allah menurunkan hujan tersebut kepada mereka pada waktu mereka sedemikian memerlukan dan membutuhkannya. Seperti firman-Nya,

وَإِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلِ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمُبْلِسِيْنَ

“Padahal walaupun sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. (Qs. Ruum : 49).

dan (Dia) menyebarkan rahmat-Nya, yakni, Dia-azza wa jalla- dengan rahmat-Nya tersebut menjadikan sesuatu yang ada (yakni, hujan) merata menyebar kepada penduduk di segala penjuru yang ada di daerah tersebut.

Dan Dialah al-Waliy, Maha Terpuji,  yakni, Dialah Dzat yang mengatur hal itu untuk makhluk-Nya, dengan sesuatu yang akan memberikan kemanfaatan kepada mereka dalam urusan dunia mereka dan urusan akhirat mereka. Dan Dia yang terpuji dalam semua perkara yang ditentukan-Nya dan yang diperbuat-Nya. (Tafsir al-Qur’an al-Azhim, 7/206)

Gembira Kala Baru Mendapat Nikmat Merupakan Tabiat

Demikianlah tabiat manusia, mereka gembira dengan hadirnya nikmat yang telah lama mereka rindukan kedatangannya dan nikmat tersebut sangat mereka butuhkan. Allah azza wa jalla sebutkan isyarat tabiat mereka ini dalam firman-Nya,

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ

“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan kelur dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka gembira.” (Qs. ar-Ruum : 48). Saking gembiranya mereka, sebagian di antara mereka saling memberikan kabar gembira kepada yang lainnya dengan turunnya hujan tersebut. Hal itu karena saking butuh dan memerlukannya mereka terhadap air hujan tersebut. (Taisir al-Karim ar-Rahman Fii Tafsiri Kalami al-Mannan, 1/644)

Pembagian Nikmat yang Penuh Hikmah

Namun, bisa jadi, sebagian orang belum saja terlihat gembira pada wajah mereka, karena ternyata di daerahnya belum saja turun hujan, kebutuhan mereka terhadap air hujan belum saja terpenuhi, sementara di tempat lain, hujan telah diturunkan, kebutuhan mereka terhadap air tersebut telah terpenuhi. Begitulah bagian dari perkara yang menunjukkan kekuasaan Allah azza wa jalla, Dialah Dzat menurunkan hujan itu dan mengaturnya sesuai yang dikehendaki-Nya, Dia menurunkannya untuk suatu daerah dan tidak menurunkannya untuk daerah yang lainnya.  Allah azza wa jalla berfirman,

أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ

Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki...”(Qs. ar-Ruum : 48)

Tidak diragukan bahwa ini merupakan pembagian nikmat-Nya yang penuh hikmah, karena Dia adalah al-‘Alim, Dzat yang Maha Mengetahui apa yang lebih maslahat bagi hamba-Nya dan Dia adalah al-Hakim, Dzat yang Maha Bijaksana. Sebagaimana firman-Nya,

 

فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

“Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana (Qs. al-Hujurat : 8). Maka, segala ketentuan dan ketetapan-Nya serta pengaturan-Nya merupakan ketentuan, ketetapan dan pengaturan yang penuh hikmah. Boleh jadi, hikmah tersebut terkadang dikatahui oleh manusia, bisa jadi pula tidak diketahuinya. Sementara, manusia tidaklah dituntut untuk mengetahuinya.

Hikmah Terpenting

Boleh jadi, di antara hikmah terpenting dari pengaturan Allah menurunkan hujan di suatu daerah dan tidak menurunkannya di daerah lainnya, adalah :

  1. Agar manusia yang mendapatkan curahan nikmat Allah azza wa jalla tersebut bersyukur kepada-Nya.

Allah azza wa jalla berfirman,

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُوْنَ.أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ. لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ

“Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum ? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan ? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur ? (Qs. al-Waqi’ah : 68-70).

  1. Agar manusia yang mendapatkan curahan nikmat-Nya tersebut menyadari sepenuhnya bahwa itu adalah karunia dari Allah semata dan merupakan curahan rahmat-Nya, sehingga ia menisbatkan kenikmatan itu kepada-Nya dan memohon kepada-Nya agar menjadikannya sebagai hujan yang bermanfaat, sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, di mana beliau mengucapkan :

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ، اَللَّهُمَّ صَيِّبَا نَافِعًا

“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah. Ya Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat.”

  1. Agar manusia yang belum mendapatkan curahan nikmat-Nya tersebut bersabar, dengan mengekang dirinya dari berkeluh kesah dan dari berburuk sangka kepada-Nya.
  2. Agar manusia yang belum mendapatkan curahan nikmat-Nya tersebut menyadari kebutuhannya kepada-Nya, sehingga terus mengemis kepada-Nya untuk mendapatkan sesuatu yang sedemikian diperlukannya.

Wallahu A’lam (Redaksi)

Referensi :

  1. Nikmatu al-Mathar Wa Kaifiyatu Takawwunihi Wa Nuzulihi Ilaa al-Ardhi, Dr. Shaleh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan
  2. Taisir al-Karim ar-Rahman Fii Tafsiri Kalami al-Mannan, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy
  3. Tafsir al-Qur’an al-Azhim, al-Fida Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurosyi ad-Damsyiqiy