uluran tanganIbadah sosial dengan memberikan manfaat kepada orang-orang yang membutuhkan, manfaat harta dan tenaga, atau menunjukkan kepada siapa yang berkenan memberi manfaat. Ini adalah lahan kebaikan yang luas, pahalanya besar.

Rasulullah rela menyisihkan dirinya yang mulia dan waktunya untuk menunaikan hajat orang-orang lemah dan orang-orang miskin, sekalipun beliau sendiri sibuk dengan perkara-perkara besar dan tugas-tugas penting, dari Abdullah bin Abu Aufa berkata, “Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tidak menolak dan tidak menyombongkan diri untuk berjalan bersama janda dan orang miskin lalu beliau menunaikan hajat keduanya.” Diriwayatkan oleh an-Nasa`i.

Dari Anas bin Malik bahwa seorang wanita yang pada akalnya terjadi sesuatu, dia berkata kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai keperluan denganmu.” Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab, “Lihatlah di gang mana kamu ingin sehingga aku bisa menunaikan hajatmu.” Lalu beliau berangkat bersamanya di sebagian jalan sehingga beliau menyelesaikan hajatnya. Diriwayatkan oleh Muslim.

Setiap hari Abu Wail berkeliling di antara wanita-wanita dan nenek-nenek di lingkungannya, lalu dia membelikan apa yang mereka perlukan.

Mujahid berkata, “Aku menyertai Ibnu Umar di perjalanan agar aku bisa melayaninya, tetapi justru dia lebih sering melayaniku.”

Ketika Ali bin Husain wafat, mereka menemukan di pundaknya bekas memanggul kantong gandum di malam hari ke rumah-rumah para janda.

Jika malam sedang hujan, Zaid bin Haris membawa obor dan berkeliling kepada wanita-wanita tua di lingkungannya, dia berkata, “Apakah rumah kalian bocor? Apakah kalian butuh api?” Jika pagi tiba dia kembali berkeliling dan berkata, “Apakah keperluan kalian di pasar? Apakah kalian perlu sesuatu?”

Hakim bin Hizam bersedih jika di hari itu dia tidak menemukan seorang yang memerlukan bantuannya, dia berkata, “Aku tidak mendapatkan pagi hari sementara di pintu rumahku tidak ada orang yang memerlukan bantuanku kecuali aku menyadari bahwa itu termasuk musibah yang aku memohon pahala kepada Allah karenanya.”

Sahal bin Bisyr berkata, “Ibrahim bin Adham datang kepadaku pada saat aku sedang membelah kayu bakar yang membuatku ngos-ngosan.” Dia berkata, “Wahai Muhammad kamu lelah?” Aku menjawab, “Ya.” Dia berkata, “Bagaimana bila aku mengurusinya?” Aku menjawab, “Nih.” Dia berkata, “Sekalian kapaknya.” Aku menjawab, “Ambil.”

Lalu dia memanggul kayu itu dengan menenteng kapak, dia berlalu. Belum berapa lama dari itu ternyata pintu rumah telah dibuka, kayu-kayu yang telah terbelah diletakkan begitu pula kapak, lalu dia menutup pintu dan berlalu.” Sahal berkata, “Selesai shalat isya Ibrahim mengetuk rumah-rumah dan memanggil, “Siapa yang ingin digilingkan?” Lalu seorang nenek tua dan kakek tua mendatanginya dan menyodorkan biji-bijian, maka Ibrahim menyiapkan gilingan di depannya. Dia tidak tidur sebelum menggiling tanpa bayaran. Wallahu a’lam.