istrishalihahImam adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala` buku pertama berkata, Thalhah bin Ubaidillah menikah dengan Ummu Kultsum binti ash-Shiddiq, suatu hari Thalhah mendapatkan uang dari Hadramaut sebesar tujuh ratus ribu dirham, uang sebesar ini membuat Thalhah tidak tidur malam itu. Istrinya bertanya, “Ada apa denganmu?” Thalhah menjawab, “Aku berpikir sejak tadi, apa dugaan seseorang kepada Tuhannya, dia bermalam sementara harta sebesar ini ada di rumahnya?” Istrinya berkata, “Apakah kamu lupa terhadap sahabat-sahabat dekatmu, esok hari siapkan piring dan nampan, bagikanlah harta tersebut kepada mereka.” Thalhah berkata, “Semoga Allah merahmatimu, kamu memang wanita yang diberi taufik, putri laki-laki yang diberi taufik pula.”

Di pagi hari Thalhah menyiapkan piring-piring dan dengannya dia membagi harta tersebut di kalangan orang-orang Muhajirin dan Anshar, Thalhah memberi Ali satu piring. Tiba-tiba istrinya berkata, “Abu Muhammad, apakah kami tidak memiliki bagian dari harta tersebut?” Thalhah menjawab, ”Di mana saja kamu sejak hari ini? Sisanya itu menjadi urusanmu.” Harta yang tersisa di kantong adalah seribu dirham.

Pelajaran

Salaf shalih tidak menikah karena harta, akan tetapi karena keshalihan, bagaimana Abu Bakar memilih Thalhah bin Ubaidullah sebagai menantu, bagaimana Ummu Kultsum binti Abu Bakar bersedia meraih kebaikan dengan menikah dengan sahabat bapaknya yang shalih.

Istri tidak hanya shalihah, tetapi muwaffaqah, tahu bagaimana menghadapi suami yang merasa dalam problem, memiliki perhatian terhadap apa yang membuat suami gundah, Ummu Kultsum bertanya, “Ada apa denganmu?” Pertanyaan yang mengisyaratkan perhatian.

Istri shalihah yang juga muwaffaqah, mengajak suami berbuat baik dan membuka pintu kebaikan bagi suaminya, “Apakah kamu lupa terhadap sahabat-sahabat dekatmu, esok hari siapkan piring dan nampan, bagikanlah harta tersebut kepada mereka.”

Istri shalihah yang juga muwaffaqah tidak tersilaukan oleh harta, keinginan dan hasrat belanjanya tidak tergugah oleh banyaknya harta, bandingkan dengan istri zaman ini yang ada uang abang sayang, tahu suami pegang duit, langsung, “Mas, kita beli rumah, kita beli mobil, kita beli tanah, kita beli ini dan itu….

Istri shalihah yang juga muwaffaqah tidak melupakan haknya dari suaminya, dia menuntutnya dengan cara yang baik, Ummu Kultsum berkata, “Abu Muhammad, apakah kami tidak memiliki bagian dari harta tersebut?” Wallahu a’lam.