Oleh Redaksi Buletin An-Nur.

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda sambil memegang lisannya (dan berkata-red),

كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا

“Jagalah olehmu ini!”  (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh al-Albani).

Ya, Jagalah olehmu ini!, inilah pesan Nabi Muhammad kepada seorang sahabat mulia Muadz bin Jabal yang berarti pula pesan beliau untuk kita ummatnya. Seakan-akan beliau berpesan, “Wahai ummat Muhammad, wahai kaum muslimin, jagalah lisan-lisan kalian.”

Dari hal apakah lisan harus dijaga?

Dengan memohon pertolongan kepada Allah, kami sebutkan 14 hal menjaga lisan, yaitu;

Pertama, Menyekutukan Allah

Lisan harus dijaga dari ucapan-ucapan yang mengandung unsur menyekutukan Allah. Seperti ucapan seseorang yang terselamatkan dari bahaya kemudian ia berkata kepada orang yang menolongnya, “Kalau bukan karena kamu niscaya aku sudah mati”, “Kalau bukan karena Allah dan karena dirimu niscaya aku sudah mati.”, “aku mendapatkan ini semua adalah karena ilmuku,” “Kalau bukan karena aku, kau tak akan makan nak.” Contoh-contoh tersebut di atas merupakan ucapan yang mengandung unsur menyekutukan Allah.

Ucapan, “Kalau bukan karenamu niscaya aku sudah mati” Atau, “Kalau bukan karena Allah dan karena dirimu niscaya aku sudah mati,” terdapat unsur kesyirikan, karena menyandarkan keselamatan kepada selain Allah. Atau, menyejajarkan Allah dengan makhluk-Nya dalam hal memberikan keselamatan. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُوْلُوْا مَا شَاءَ اللَّه وَ يَشَاءُ فُلاَنٌ وَ لَكِن قُوْلُوْا مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَان

“Janganlah engkau mengatakan atas kehendak Allah dan kehendak fulan, akan tetapi katakanlah atas kehendak Allah kemudian kehendak fulan.” (Syuabul Iman, no. 5222)

Ucapan, “Aku mendapatkan ini semua adalah karena ilmuku” dan, “Kalau bukan karena aku kau tak akan makan nak,” terdapat unsur kesyirikan, yaitu penisbatan yang memberikan rizki terhadap makhluk padahal Allahlah Pemberi Rizki kepada semua Makhluk.

Contoh yang lain, seseorang yang mengatakan, “Allah itu terdiri dari 3 unsur, yaitu; bapa, anak, dan roh Kudus.” Ini adalah ucapan syirik karena manafikkan ke-Esa-an Allah. Bukankan Allah itu Maha Esa?!.

Kedua, Mencela, Menghina, Mengolok-olok Allah, Rasul, Kitab, dan Agama-Nya

Lisan harus dijaga dari ucapan-ucapan yang berisi celaan, hinaan atau olok-olokan baik terhadap Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya, maupun agama-Nya.

Janganlah Anda mengatakan misalnya, “Allah itu tidak adil, kenapa orang Islam diberi rizki sedikit dan susah mendapatkannya, tetapi orang-orang kafir itu rizkinya banyak dan gampang mendapatkannya”, atau “al-Qur’an itu tak relevan lagi dengan zaman modern,” dst. Tidakkah kita takut dengan ancaman Allah,dalam firman-Nya yang artinya, “Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. at-Taubah: 65-66)

Ketiga, Mencaci Maki Sahabat Nabi

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku.”  (HR. al-Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa yang mencela sahabatku, maka baginya laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.”  (HR. ath-Thabrani)

Keempat, Berkata Dusta

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke Neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”  (HR. Abu Dawud)

Kelima, Gosip

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah membenci tiga hal pada kalian, Qila waqola (menyebarkan gosip), menyia-nyiakan harta, dan banyak bertanya.”  (HR. Muslim)

Keenam, Ghibah (menggunjing) dan Namimah (Adu Domba)

Hendaklah lisan dijaga jangan sampai membicarakan saudara kita dengan sesuatu yang dia benci dan jangan pula mengadu dombanya dengan orang lain. Allah berfirman, artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain” (QS. al-Hujurat: 12).

Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk Surga orang yang suka mengadu domba” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ketujuh, Menghina dan Mengejek Kaum Muslimin

Allah berfirman, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”(QS. al-Hujurat: 11)

Artinya, “Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela.”  (QS. al-Humazah: 1)

Kedelapan, Berbicara Kotor

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah murka terhadap orang yang berbuat keji dan berbicara kotor” (HR. Ahmad)

Kesembilan, Mengucapkan Sesuatu yang Sia-Sia

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ حُسْنِ إسْلامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لا يَعْنِيهِ

“Di antara baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya” (HR.at-Tirmidzi)

Kesepuluh, Mengungkit-ungkit Pemberian

Allah berfirman, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).”  (QS. al-Baqarah: 264)

Kesebelas, Mencaci Orang yang Sudah Meninggal Dunia

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencaci maki orang mati, kerena mereka telah sampai kepada apa yang mereka lakukan dahulu.”  (HR. Abu Dawud)

Keduabelas, Berlebih-lebihan dalam Ucapan

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam ucapan mereka.” (beliau mengucapkannya tiga kali) (HR.Muslim)

Ketigabelas, Mengucapkan “Seandainya” Saat Tertimpa Sesuatu

Rasulullah bersabda, “Jika kamu tertimpa sesuatu, maka janganlah kamu mengucapkan, ‘seandainya aku melakukan demikian, niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi, ucapkanlah, kehendak Allah, dan apa yang dikehendakinya-Nya pasti terjadi. Karena kata, ‘seandainya’ itu membuka pekerjaan setan” (HR. Muslim)

Keempatbelas, Berkata Dusta Agar Orang Tertawa

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta, untuk membuat orang tertawa karenanya. Celakalah dia, celakalah dia.”  (HR. Ahmad)

Saudaraku…

Demikianlah 14 perkara yang selayaknya kita jaga lisan darinya. Semoga bermanfaat. Amien.

Kita akhiri tulisan ini dengan memanjatkan doa kepada Allah,

“Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan telinga kami (pendengaran kami), dan dari kejahatan mata kami (penglihatan penglihatan kami), dan dari kejahatan lisan kami, dan dari kejahatan hati kami, dan dari kejahatan keinginan-keinginan kami.”

Ya, Allah…Kabulkanlah doa kami.

[Sumber: Disadur dari kitab “Hasha’id al-Alsun”, karya: Husain al-Awayisyah. Edisi Indonesia: Manajemen Lisan, Saat Diam Saat Bicara, Penerbit Darul Haq, Jakarta]