allah (1)Seorang laki-laki mengucapkan satu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya, dia rajin beribadah, beramar ma’ruf dan bernahi mungkar, sayangnya dia telah berani bersumpah mendahului Allah, manakala melihat temannya berbuat dosa, bahwa Allah tidak mengampuninya. Memang teman laki-laki itu banyak berbuat dosa, dan dia sudah sering melarangnya, tetapi tak dihiraukan, jengkel maka sumpahnya itu terucap dan membuat Tuhannya marah, karena rahmat Allah luas. Dia selalu mengampuni makhluk-Nya sebesar apa pun dosanya. Allah mengampuni pelaku dosa dan memasukkannya ke dalam surga.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Jundab bahwa Rasulullah menyampaikan bahwa seorang laki-laki berkata, “Demi Allah, Allah tidak mengampuni fulan.” Dan bahwa Allah berfirman, “Siapakah gerangan yang bersumpah mendahului Aku bahwa Aku tidak mengampuni fulan. Aku telah mengampuni fulan dan membatalkan amalmu.”

Abu Dawud meriwayatkan dalam Sunannya dari Abu Hurairah berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Di kalangan Bani Israil terdapat dua orang laki-laki yang bersaudara. Salah seorang dari keduanya berbuat dosa. Sementara yang lain bersungguh-sungguh dalam beribadah. Orang yang bersungguh-sungguh melihat kawannya selalu melakukan dosa, dia berkata kepadanya, ‘Berhentilah’.

Suatu hari dia melihat temannya berbuat dosa, dia berkata kepadanya, ‘Berhentilah’. Dia menjawab, ‘Biarkan diriku. Ini antara aku dengan Tuhanku. Apakah kamu diutus sebagai pengawasku?’ Dia berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak mengampunimu atau Allah tidak memasukkanmu ke dalam Surga’.

Lalu keduanya mati. Keduanya berkumpul di sisi Rabbul alamin. Maka Dia berfirman kepada orang yang bersungguh-sungguh, ‘Apakah kamu mengetahui tentang Aku, atau apakah kamu mampu atas apa yang ada di tangan-Ku?’ Dia berfirman kepada pelaku dosa, ‘Pergilah, masuklah ke dalam Surga dengan rahmat-Ku’. Dan berfirman kepada yang lain, ‘Bawalah orang ini ke Neraka’.”

Abu Hurairah berkata, “Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dia telah mengucapkan satu kalimat yang mencelakai dunia dan Akhiratnya.” Shahih Sunan Abu Dawud nomor 4097.

Rasulullah menyampaikan kepada kita tentang dua orang dari kalangan Bani Israil. Keduanya adalah teman bersaudara. Yang pertama orangnya tekun beribadah, yang kedua lalai menunaikan apa yang menjadi kewajibannya.

Orang yang tekun beribadah melihat rekannya berbuat dosa dan maksiyat, dia mengingkarinya dan melarangnya. Ini adalah sesuatu yang baik yang diperintahkan oleh syariat.Seluruh syariat datang membawa amar ma’ruf dan nahi mungkar. Orang yang berbuat dosa merasa sempit dada jika temannya menegurnya. Manakala dia tidak tahan atas pengingkaran temannya kepadanya, dia berkata, “Ini urusanku dengan Tuhanku, apakah kamu diutus sebagai pengawasku?” Pada saat itu si ahli ibadah ini bersumpah – sumpahnya benar-benar berat – dia berkata, “Demi Allah, Allah tidak mengampunimu atau Dia tidak memasukkanmu ke dalam Surga.”

Tidak patut bagi ahli ibadah ini bersumpah mendahului Allah karena segala urusan adalah milik Allah. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak, maka tidak akan terjadi. Dia memberikan dan menahan kebaikan, mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, juga memberi petunjuk dan kesesatan. Bukan sepatutnya seorang hamba menahan Tuhannya untuk mengampuni fulan atau membatalkan amal fulan. Orang yang perlu dikasihani ini telah berbicara – seperti yang dikatakan oleh Abu Hurairah perawi hadis – dengan satu kalimat yang menghanguskan dunia dan Akhiratnya.

Allah mengambil ruh keduanya. Keduanya berkumpul di sisi-Nya. Allah mencela dan menyalahkan orang yang bersumpah mendahului Allah, “Apakah kamu mengetahui Aku? Ataukah kamu mampu terhadap apa yang ada di tangan-Ku?” Lalu Allah memerintahkan agar dia dimasukkan ke Neraka sementara orang yang berdosa dimasukkan ke Surga.

Kisah di atas mengajarkan kepada kita agar berhati-hati dalam berkata atas nama Allah. Tidak boleh berkata tanpa ilmu, ia termasuk dosa terbesar yang menghanguskan amal pelakunya.

Amal perbuatan adalah dengan khatimahnya, karena itu patut takut terhadap su’ul khatimah. Ahli ibadah ini masuk neraka dan pelaku dosa itu masuk surga, dan keduanya karena khatimahnya. Wallahu a’lam.