kajokt13102013Al-Sofwa – Pada bulan Dzulhijjah 1434 H yang bertepatan dengan bulan Oktober 2013, Masjid Jami’ Al-Sofwa menggelar kajian bulanan dengan 2 tema sekaligus yaitu “Pokok-Pokok Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” dan “Keutamaan Qurban & Tuntunannya”. Seyogyanya, kajian ini akan menghadirkan Ustadz Abu Qatadah dan Ustadz Junaidi Abdullah, tetapi – qadarallah wa masya’a fa’al – Ustadz Junaidi Abdullah berhalangan hadir, karena beliau harus mendampingi ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit –syafahallah -.

Kajian ini dimulai dari pukul 08.30 WIB dan berakhir pada pukul 11.30 WIB. Kajian ini dibagi menjadi 2 session. Pada session pertama, Ustadz Abu Qatadah –hafizhallah– mengupas tentang keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, amal shalih yang bisa dilakukan pada hari-hari tersebut dan hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah qurban. Session pertama ini ditutup dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta kajian yang ditulis dalam lembaran kertas yang telah disediakan oleh panitia kajian.

Pada session kedua, Ustadz Abu Qatadah membuka tema kajian “Pokok-Pokok Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” dengan menegaskan pentingnya seorang muslim untuk mempelajari Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menjadi muslim sunni sejati, bukan muslim murjiah, muslim khawarij, muslim syiah dan faham-faham menyimpang dari aqidah Islam, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Pengasuh Pondok Pesantren Ihya’us Sunnah, Tasikmalaya ini dalam kajiannya mengangkat salah satu topik yang sangat krusial yang menjadi karakteristik Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menjadi pembeda dengan aliran keagamaan lainnya, seperti syiah rafidhah, khawarij, shabi’ah dan yang sepaham dengan mereka. Topik tersebut adalah “Mencintai Ash-habur Rasul (para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam)”, yang dinukil dari kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, karya Imam Ath-Thahawi rahimahullah.

Imam Ath-Thahawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Aqidah Ath-Thahawiyah:

وَنُحِبُّ أَصْحَابَ رسُولِ الله صلى الله عليه وسلم،
وَلاَ نُفْرِطُ في حُبِّ أَحَدٍ مِنْهُم؛
وَلاَ نَتَبَرَّأُ مِنْ أَحَدٍ مِنْهُم،
وَنُبْغِضُ مَنْ يُبْغِضُهُم، وَبِغَيْرِ الخَيْرِ يَذْكُرُهُم،
ولا نُذْكُرُهُم إِلاَّ بِخَيْرٍ,
وَحُبُّهُم دِينٌ وإيمَانٌ وإحْسَانٌ، وَبُغْضُهُم كُفْرٌ ونِفَاقٌ وطُغْيَانٌ.

“Kita mencintai para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
namun tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang di antara mereka,
tidak juga kita bersikap bara’ (berlepas diri, memusuhi, merendahkan) terhadap seorang pun dari mereka.
Kita membenci siapa saja yang membenci mereka dan siapa saja yang menyebutkan mereka dengan kejelekan.
Kita pun hanya menyebut mereka dalam kebaikan.
Mencintai mereka adalah (bagian dari) agama, keimanan dan ihsan.
Sementara membenci mereka adalah kekufuran, kemunafikan dan melampaui batas.“

Akhirnya, session ini pun ditutup dengan tanya jawab. Kajian ini dihadiri kurang lebih 350 orang dari berbagai wilayah di JABODETABEK. (fu)