Kelahiran Seorang Hamba dan Sekaligus Rasul, ‘Isa putera Maryam 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا {16} فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَآ إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا {17} قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَـنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيًّا {18} قَالَ إِنَّمَآ أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لأَهَبَ لَكِ غُلاَمًا زَكِيًّا {19} قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا {20} قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ ءَايَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَّقْضِيًّا {21}* فَحَمَلَتْهُ فَانتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا {22} فَأَجَآءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَالَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا {23} فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَآ أَلاَّ اَتَحْزَنِي قَدْجَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا {24} وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا {25} فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنَا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّا {26} فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَامَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيَّا {27} يَآأُخْتَ هَارُونَ مَاكَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَاكَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا {28} فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نًكَلِّمُ مَن كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا {29} قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا {30} وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَاكُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَادُمْتُ حَيًّا {31} وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا {32} وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا {33} ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ {34} مَاكَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ {35} وَإِنَّ اللهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ {36} فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِن بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِن مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ {37}

”Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang malindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna”. Maryam berkata:”Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertaqwa”. Ia (Jibril) berkata:”Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata:”Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang penzina!”. Jibril berkata:”Demikianlah. Rabbmu berfirman:”Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (besandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata:”Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:”Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:”Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata:”Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina”. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata:”Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan”. Berkata Isa:”Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia manjadikan aku seorang nabi. Dan dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali””. Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka hanya berkata kepadanya:”Jadilah”, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.”
 (QS. Maryam: 16-37)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah ini setelah kisah Zakariya ‘alaihissalam yang mana kisah Zakariya tersebut seolah-olah merupakan prolog sebelum kisah ini. Sebagaimana dalam surat Ali ‘Imraan, AllahSubhanahu wa Ta’ala menggandengkan kedua kisah ini. Sebagaimana juga dalam surat al-Anbiyaa’:


وَزَكَرِيَّآ إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لاَتَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ {89} فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَباًوَكَانُوا لَنَاخَاشِعِينَ {90} وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِن رُّوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَآ ءَايَةً لِّلْعَالَمِينَ {91}

”Dan (ingatlah kisah) Zakariya, tatkala ia menyeru Rabbnya:”Ya Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. .” (QS. Maryam: 89-91)

Telah disampaikan sebelumnya, ketika Maryam ‘alaihassalam dijadikan oleh ibunya sebagai pelayan yang mengurus (merawat) Baitul Maqdis, dan bahwasanya ia diasuh oleh suami saudara perempuannya atau suami bibinya, Nabi pada zaman itu yaitu Zakariya ‘alaihissalam, dan bahwasanya Zakariya membuatkan untuk Maryam mihrab, yaitu tempat mulia di Masjid al-Aqsha, yang tak seorang pun boleh masuk selain dia. Dan bahwasanya pula ketika Maryam dewasa ia bersemangat dalam ibadah, sehingga tidak ada seorang pun yang menyamainya dalam ibadah pada zaman itu. Dan muncul pada dirinya beberapa hal yang membuat Zakariya‘alaihissalam merasa iri. Maryam diajak bicara oleh Malaikat dengan kabar gembira tentang pilihan Allah terhadapnya. Dan bahwasanya pula Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menganugerahkan kepadanya seorang anak yang suci yang akan menjadi Nabi yang mulia, dihormati, dan didukung dengan mukjizat-mukjizat. Maka Maryam pun merasa heran dengan adanya seorang anak tanpa seorang bapak, karena ia tidak bersuami.

Maka Malaikat mengabarkan kepadanya bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mampu atas segala sesuatu, apabila Dia menghendaki sesuatu, maka cukup dengan mengatakan:”Kun” (Jadilah) maka jadilah. Maka ia pun merasa tenang dan mengembalikan urusannya serta pasrah kepada kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ia juga tahu bahwa di dalam hal ini ada ujian yang besar untuknya, karena sesungguhnya manusia akan memperbincangkan dirinya, karena ketidak tahuan mereka hakekat yang sebenarnya, dan mereka hanya melihat perkara secara lahiriyah saja, tanpa melakukan perenungan dan pemikiran yang mendalam.

Maryam keluar dari Masjidil Aqsha ketika haidh saja, atau untuk kebutuhan yang harus dilakukan seperti mencari makanan dan minuman. Lalu ketika ia keluar seorang diri untuk kepentingannya ke arah timur Masjidil Aqsha, saat itulah Allah mengutus Ruhul Amin, Jibril ‘alaihissalam kepadanya:


… فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا {17}

”…Lalu dia (Jibril) menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17)

Ketika dia melihat Jibril ‘alaihissalam:


قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَـنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيًّا {18}

”Maryam berkata:”Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertaqwa.” (QS. Maryam: 18)

Abul ‘Aliyah rahimahullah mengemukakan:”Ia mengetahui bahwa takwa memiliki daya pencegahan (terhadap maksiat)”(Tarikh Dimasyq) Dan ini membantah pendapat yang mengira bahwa ada seorang laki-laki fasik di kalangan Bani Israil yang terkenal dengan kefasikannya, yang bernama Taqiyy. Maka ini adalah pendapat yang batil tanpa ada dalil, dan termasuk pendapat yang paling lemah.


قَالَ إِنَّمَآ أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ … {19}

”Dia (Jibril) berkata:”Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, ….” (QS. Maryam: 19)

Maksudnya Malaikat (Jibril ‘alaihissalam) tersebut mengajaknya berbicara kepadanya dengan berkata:


… إِنَّمَآ أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ …{19}

”…Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu…” (QS. Maryam: 19)

Maksudnya, aku bukanlah seorang manusia, akan tetapi aku adalah Malaikat yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu:


… لأَهَبَ لَكِ غُلاَمًا زَكِيًّا {19}

”…Untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS. Maryam: 19)

Yaitu anak laki-laki yang suci.


قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلاَمٌ … {20}

”Maryam berkata:”Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, …” (QS. Maryam: 20)

Maksudnya, bagaiamana mungkin aku memiliki anak?


… وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا {20}

”…Sedangkan tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku (menggauliku) dan aku bukan (pula) seorang penzina.” (QS. Maryam: 20)

Maksudnya, aku bukanlah wanita yang memiliki suami, dan aku bukan pula seorang wanita yang melakukan perbuatan keji (zina).


قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ … {21}

”Jibril berkata:”Demikianlah. Rabbmu berfirman:”Hal itu adalah mudah bagi-Ku, ….” (QS. Maryam: 21)

Maksudnya, Malaikat Jibril ‘alaihissalam menjawab keheranan Maryam tentang keberadaan seorang anak, padahal kondisinya seperti itu (tanpa suami dan ia bukan pezina) dengan berkata:


قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكِ … {21}

”Jibril berkata:”Demikianlah. Rabbmu berfirman…” (QS. Maryam: 21)

Maksudnya, Dia menjanjikan akan menciptakan darimu seorang laki-laki, padahal engkau tidak memiliki suami dan engkau bukanlah orang yang melakukan perbuatan keji (zina).


… هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ … {21}

”…Hal itu adalah mudah bagi-Ku, …” (QS. Maryam: 21)

Maksudnya, hal itu adalah mudah dan ringan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena sesungguhnya Dia Mahakuasa terhadap segala sesuatu yang Dia kehendaki.

Dan firman-Nya:


… وَلِنَجْعَلَهُ ءَايَةً لِلنَّاسِ … {21}

”…Dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia ….”(QS. Maryam: 21)

Maksudnya, agar Kami menjadikan penciptaannya (anak) dengan kondisi Marayam seperti itu sebagai tanda/bukti akan kesempurnaan kuasa Kami atas berbagai jenis makhluk. Sesungguhnya Dia telah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, menciptakan Hawa dari seorang laki-laki tanpa ada wanita (pasangannya), menciptakan ‘Isa dari seorang wanita tanpa seorang laki-laki dan menciptakan makhluk-makhluk selainnya dari seorang laki-laki dan wanita.

Dan firman-Nya:


…وَرَحْمَةً مِّنَّا … {21}

”…Dan sebagai rahmat dari Kami, …” (QS. Maryam: 21)

Maksudnya, Kami merahmati (mengasihi) para hamba dengan perantara dia, yaitu dengan cara dia (‘Isa) mengajak mereka ke jalan Allah, pada saat ia kecil maupun dewasa. Yaitu agar mereka men-tauhidkan (meng-esa-kan) Allah di dalam ibadah mereka, tidak meyektukan-Nya dengan sesuatu apapun, mensucikan Allah dari kepemilikan isteri, anak, sekutu, lawan dan tandingan.

Dan firman-Nya:


… وَكَانَ أَمْرًا مَّقْضِيًّا {21}

”…Dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” (QS. Maryam: 21)

Dan mungkin saja perkataan ini adalah penyempurna (kelanjutan) dari perkataan Jibril ‘alaihissalam kepadanya. Artinya bahwa perkara ini telah ditakdirkan, digariskan, diputuskan dan ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini adalah makna dari pernyataan Ibnu Ishaq, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah, dan tidak ada yang mengisahkannya selain dia. Wallahu A’lam

Dan mungkin saja firman-Nya:


… وَكَانَ أَمْرًا مَّقْضِيًّا {21}

”…Dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” (QS. Maryam: 21)

merupakan kinayah (kinayah: adalah suatu perkataan yang diucapkan oleh seseorang, akan tetapi maksudnya berbeda dengan teks yang diucapkannya) tentang peniupan Jibril ‘alaihissalam kepadanya, sebagaimana firman-Nya:


وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِى أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا …{12}

” Dan Maryam puteri ‘Imran yang menjaga kemaluannya (dari zina), maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami…” (QS. At-Tahriim: 12). Bersambung Insya Allah…..

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi. Pustaka Imam Syafi’i hal 523-531 dengan sedikit perubahan dari Qashahul Anbiya’ karya Ibnu Katsir rahimahullah. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)