Madinah berguncang karena wafat Abu Bakar ash-Shiddiq, Madinah tidak melihat orang-orang yang menangis dalam jumlah lebih besar sesudah wafat Rasulullah daripada saat Abu Bakar ash-Shiddiq wafat.

Abu Bakar as-SiddiqAli bin Abu Thalib datang bergegas, menangis dan beristirja`. Dia berdiri di depan rumah Abu Bakar, dia berkata, “Semoga Allah merahmatimu wahai Abu Bakar, engkau adalah orang dekat Rasulullah, sahabat karibnya, teman setianya, orang kepercayaannya, pemegang rahasianya, penasihatnya. Engkau adalah orang pertama yang masuk Islam, paling ikhlas keyakinannya, paling kuat keyakinannya kepada Allah, paling takut kepada Allah, paling besar jasanya bagi agama Allah, paling kuat dalam menjaga Rasulullah, paling serius dalam membela Islam, paling baik persahabatannya, paling banyak keutamaannya, paling utama kepeloporannya, paling tinggi derajatnya, paling dekat kedudukannya, paling mirip Rasulullah sikap dan perilakunya, paling mulia kedudukannya, paling tinggi di sisinya, paling mulia baginya. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Abu Bakar atas jasa-jasa baikmu kepada Rasulullah dan Islam. Engkau membenarkan Rasulullah saat manusia mendustakannya, engkau bagi Rasulullah adalah seperti pendengaran dan penglihatan. Allah menamakanmu dalam KitabNya ash-Shiddiq. Allah berfirman,

وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ [الزمر : 33]

Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.’ Az-Zumar: 33. Engkau membantu Rasulullah saat orang-orang menahan diri, engkau berdiri di sisinya menghadapi perlawanan musuh saat orang-orang tetap duduk berpangku tangan, engkau menyertai Rasulullah dalam keadaan sulit dengan penuh kemuliaan, engkau adalah orang kedua di dalam gua, yang ketenangan diturunkan kepadanya, rekannya dalam hijrah, penerusnya dalam agama Allah dan umatnya manakala orang-orang murtad, maka engkau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh seorang penerus nabi, engkau bangkit saat sahabat-sahabatnya melemah, engkau maju saat mereka berpangku tangan, engkau kuat saat mereka melemah, engkau meniti jalan Rasulullah saat mereka mundur, engkau adalah sebagaimana yang Rasulullah sabdakan lemah dari sisi jasmani tetapi kuat dalam agama Allah, bertawadhu’ pada dirimu tetapi agung di sisi Allah, agung di mata manusia dan besar dalam jiwa mereka, tidak seorang pun memiliki celah untuk mencelamu, tidak seorang pun mempunyai peluang merendahkanmu, manusia tidak memiliki pertimbangan di sisimu, orang lemah menurutmu adalah orang yang kuat dan perkasa hingga kamu menunaikan haknya, orang dekat dan jauh di sisimu adalah sama, orang yang paling dekat di sisimu adalah orang yang paling taat kepada Allah dan paling bertakwa. Kehidupanmu adalah kebenaran, kejujuran dan kelembutan. Perkataanmu adalah hukum yang mengikat, keputusanmu adalah ketegasan dan kesantunan, pendapatmu adalah tekad dan pengetahuan, agama menjadi lurus karenamu, iman menjadi kuat karenamu dan agama Allah pun menang. Engkau demi Allah melangkah jauh mendahului kami, engkau sungguh melelahkan orang-orang sesudahmu, engkau meraih kebaikan secara nyata, maka inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Kami ridha kepada keputusan Allah, kami menerima perintahNya. Demi Allah, kaum muslimin tidak bersedih sesudah wafat Rasulullah melebih kesedihan mereka karena wafatmu. Engkau bagi agama adalah penolong, benteng dan pelindung. Allah telah menyusulkanmu dengan Nabimu Muhammad, semoga Allah tidak menghalangi kami dari pahalamu dan tidak menyesatkan kami sesudahmu.” Orang-orang terdiam hingga Ali bin Abu Thalib menyudahi kata-katanya, kemudian mereka menangis hingga suara mereka terdengar. Mereka berkata, “Kamu benar.”

Dalam sebuah riwayat, Ali berkata saat masuk kepada Abu Bakar yang jasadnya terbungkus kain, “Tidak seorang pun yang menghadap kepada Allah membawa catatan amalnya yang lebih aku cintai daripada jenazah yang terbungkus ini.”

Asna al-Mathalib, Muhammad Ali ash-Shallabi.