عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian mencela sahabatku, seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sepenuh gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai pahala satu mud sedekah mereka, tidak pula setengahnya.” (HR. Bukhari no. 3673, Muslim no. 2541, Abu Dawud no. 4658, dan At-Tirmidzi no. 3861).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia terbaik di atas muka bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih dan memuliakan beliau dari sekian banyak Nabi dan Rasul. Maka, sudah sepantasnya pula Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih generasi terbaik di atas muka bumi untuk bersanding bersama beliau, berjuang dan berkorban demi tegaknya agama islam ini, mereka adalah para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sungguh, perjalanan hidup para Sahabat patut ditulis dengan tinta emas, penuh dengan teladan, ilmu, hikmah dan pelajaran. Jika kita membahas keutamaan mereka, tidaklah cukup berjilid-jilid buku dan beratus-ratus lembar. Pada pembahasan yang amat ringkas ini, kita akan menilik sekelumit dari keutamaan mereka, agar kita lebih dekat mengenal mereka, sehingga kecintaan terhadap mereka semakin mendalam.

 

  1. Para Sahabat adalah sebaik-baik generasi di atas muka bumi

Mereka adalah generasi terbaik yang mendampingi Rasul terbaik. Terbaik  dalam hal ilmu, iman, takwa, ibadah, akhlak dan dalam segala segi kebaikan. Mereka mendapatkan rekomendasi langsung dari Rabb Semesta Alam dalam firman-Nya:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

 “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 110).

Rekomendasi ini dinyatakan pula oleh sang Rasul terbaik, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

 “Sebaik-baik manusia adalah generasiku,kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.” )HR. Bukhari no. 3651 dan Muslim no. 2533 dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

 

  1. Para Sahabat adalah generasi yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala

Ridha Sang Khaliq merupakan impian setiap makhluk, seluruh makhluk berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya. Generasi terbaik ini telah mendapat Ridha-Nya, disebabkan keimanan, ketakwaan, dan pengorbanan mereka dalam memperjuangkan agama-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100).

 

  1. Para Sahabat dijanjikan masuk surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Masuk surga adalah cita-cita terbesar setiap muslim dan menjadi motivasi terkuat untuk beramal. Para sahabat telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dengan janji surga, baik secara umum maupun secara khusus. Di antaranya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjanjikan sepuluh orang sahabat utama dengan surga dalam sabdanya:

 

أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ

 

“Abu Bakar di surga, Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, dan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (HR. At-Tirmidzi no. 3747, dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

 

  1. Para Sahabat memiliki hati yang paling bersih

Mari kita simak bersama penuturan salah seorang Sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu saat menjelaskan bagaimana kondisi hati para Sahabat:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mendapati hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala mendapati hati para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala . Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad, 1/379, no. 3600. Syaikh Ahmad Syakir mengatakan bahwa sanadnya shahih).

 

  1. Para sahabat memiliki akhlak dan ibadah yang terbaik

Merekalah pemilik akhlak, ilmu, dan amal ibadah yang terbaik. Saling mengasihi sesama mereka, namun berani terhadap musuh-musuh mereka. Amal ibadah mereka adalah yang terbaik, jauh dari penyimpangan, karena dididik langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka dan menyebutkan sebagian gambaran sifat mereka dalam firman-Nya:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ

 “Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil.” (QS. Al-Fath: 29).

 

  1. Dilarang mencela para Sahabat

Setelah mengetahui keutamaan mereka, sudah sepatutnya kita memuji, berterima kasih, dan mendo’akan mereka, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam pun memuji mereka. Maka sangat tidak pantas untuk mencela mereka. Para ulama telah sepakat, bahwa mencela para Sahabat diharamkan, sebagaimana dalam hadits yang disebutkan dalam awal pembahasan ini. Dan celaan terhadap mereka merupakan kekufuran dan kemunafikan. Sungguh terlaknat kaum Syi’ah Rafidhah, yang menjadikan celaan terhadap para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bagian dari agama dan akidah mereka, wal ‘iyadzu billah.

Saudaraku, inilah sekelumit di antara kemuliaan dan keutamaan para Sahabat. Dengan mengetahui hal ini, semoga kecintaan kita terhadap mereka semakin tulus dan mendalam, karena kecintaan terhadap para Sahabat adalah bagian dari iman. Setelah itu, kita berusaha sebaik mungkin mengikuti ilmu, takwa dan amal ibadah mereka, serta meniti jejak mereka, agar kita bisa meraih Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam. (Abu Hasan Agus Dwiyanto, Lc.).

 

 Referensi:

  1. Kitab Fadha`il Ash-Shahabah, Imam Ahmad.
  2. Makanah Ash-Shahabah fi Al-Islam, Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali.
  3. Ash-Shahih Al-Musnad min Fadha`il Ash-Shahabah, Syaikh Musthafa Al-‘Adawi, dll.