Pemberani sejati tanpa kenal takut adalah Rasulullah, suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh sebuah suara, orang-orang bergegas menuju sumber suara, namun di tengan jalan, Rasulullah saw menyambut mereka, beliau telah kembali dari sumber suara tersebut, beliau telah mendahului mereka, beliau telah mengecek berita sementara beliau duduk di atas punggung kuda milik Abu Thalhah tanpa pelana dengan pedang yang terhunus di pundaknya, beliau bersabda, “Jangan takut, jangan takut.”

Keberanian luar biasa, di mana beliau bergegas menuju sumber bahaya sendirian sebelum orang-orang bergerak, ini adalah sesuatu yang paling sulit bahkan atas jiwa para pemberani sekali pun.

Di hari Khandaq, pasukan sekutu bersatu padu datang dari segala penjuru, urusannya gawat dan kesulitan besar menimpa, hati naik ke kerongkongan, orang-orang mukmin diguncang dengan hebatnya, namun Nabi saw berdiri shalat, berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah, sehingga Rabbnya memberikan pertolongan kepadanya, menolak makar musuhnya, menghinakan lawannya, mengirimkan angin kencang dan bala tentara, akhirnya musuh-musuh tersebut pulang dengan tangan hampa dan kerugian.

Beliau tidak pernah gentar di jalan Allah Azza wa Jalla oleh celaan orang yang mencela, beliau tidak pernah takut kecuali kepada Allah Azza wa Jalla, beliau berjihad dengan jiwa dan hartanya untuk menegakkan kalimat Allah Ta’ala, agar kalimat Allah adalah yang tinggi, agar kebenaran menang dan kebatilan tersungkur dan menepi, maka beliau meraih apa yang beliau inginkan, Allah Azza wa Jalla memberikan kemenangan kepadanya, meninggikan namanya dan kedudukannya, memenangkan agamanya di atas seluruh agama.

Jika keberanian disinggung maka nama Rasulullah saw pasti ikut disinggung di urutan pertama, jika kepahlawanan disebut-sebut maka nama Rasulullah saw selalu mengiringinya.

Kekuatan fisik beliau besar, mencapai tiga puluh orang, dari Abu Qatadah berkata, Anas bin Malik, “Kami membicarakannya bahwa beliau diberi kekuatan tiga pulug orang.”

Seorang laki-laki bernama Rukanah, tidak seorang pun mampu mengalahkannya dalam adu sumo sebelum Rasulullah saw datang, sebagaimana yang dia katakan tentang dirinya, suatu hari di sebuah bukit Makkah, dia hanya berdua dengan Rasulullah saw, Rasulullah saw berkata kepadanya, “Wahai Rukanah, mengapa kamu tidak takut kepada Allah dan menerima dakwahku?” Dia menjawab, “Seandainya aku mengetahui bahwa apa yang kamu serukan itu benar niscaya aku mengikutimu.” Nabi saw bersabda, “Bagaimana kalau aku mengalahkanmu, apakah kamu akan yakin bahwa apa yang aku serukan benar?” Dia menjawab, “Ya.” Nabi saw bersabda, “Bangkitlah, kita adu kekuatan.”

Maka Rukanah bangkit, keduanya berduel dan ketika Nabi saw mengalahkannya, membuatnya terkapar di tanah sehingga dia tidak bisa melakukan apa pun, dia berkata, “Kita ulangi wahai Muhammad.” Maka keduanya kembali beradu kekuatan, namun Nabi saw kembali mengalahkannya, Rukanah berkata, “Wahai Muhammad, keajaiban, kamu berhasil mengalahkanku.”

Nabi saw mengalahkannya tiga kali, setiap kali dengan taruhan seratus ekor kambing, di kali ketiga, Rukanah berkata, “Wahai Muhammad, tidak seorang pun berhasil meletakkan punggungku di tanah sebelummu, tidak ada orang yang paling aku benci daripada dirimu, aku berskasi bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah dan bahwa Muhammad engkau adalah utusan Allah.” Rasulullah saw bangkit dan memulangkan kambing-kambingnya.

Dengan keberanian yang luar biasa ini, kekuatan yang besar tersebut, di mana ia merupakan sifat beliau, namun ia bukan keberanian tanpa perhitungan, bukan kekuatan yang ngawur, akan tetapi keberanian yang terkendali oleh akal, kekuatan yang diliputi oleh kasih sayang, dan beliau tidak menggunakannya sekalipun kecuali di medan perang, medan jihad di jalan Allah demi meninggikan kalimat Allah.

Beliau tidak membalas untuk dirinya, beliau tidak memukul dengan tangannya kecuali di jalan Allah, dari Aisyah berkata, “Rasulullah saw tidak membalas untuk dirinya, kecuali jika rambu-rambu Allah dilanggar, maka beliau akan membalas untuk Allah Ta’ala.”

Aisyah berkata, “Rasulullah saw tidak pernah memukul pelayan atau istri, beliau tidak pernah memukul sesuatu sekali pun kecuali jika beliau berjihad di jalan Allah.”

Maha benar Allah, “Sesungguhnya kamu benar-benar di atas akhlak yang agung.” Wallahu a’lam.
(Izzudin Karimi)