Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam adalah manusia paling dermawan, beliau tidak menunggu sehingga seseorang datang meminta lalu beliau memberinya, akan tetapi beliau memberi sebelum diminta setiap kali beliau mempunyai harta, bahkan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tidak pernah tenang jika beliau mempunyai harta namun belum ada kesempatan untuk menginfakkannya.

Dari Ummu Salamah berkata, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam datang kepadaku dengan wajah yang kusut, aku mengira hal itu karena beliau sakit, aku berkata, “Ya Nabiyullah, mengapa engkau berwajah kusut?” Beliau menjawab, “Karena tujuh keping dinar yang aku terima kemarin dan sampai saat ini aku belum membaginya, ia ada di lipatan kain tempat tidur.”

Dari Abu Sirwa’ah Uqbah bin al-Harits berkata, “Aku shalat Ashar di Madinah di belakang Nabi, selesai salam beliau langsung bangkit bergegas melangkahi pundak orang-orang ke kamar sebagian istri beliau, orang-orang terkejut melihat kecepatan beliau, lalu beliau kembali dan melihat mereka yang masih terkejut, maka beliau bersabda, “Aku teringat sebagian emas yang ada pada kami, aku tidak ingin ia menahanku, maka aku memerintahkan agar segera dibagi.”

Dari Jubair bin Muth’im bahwa saat itu dia sedang bersama Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam diiringi orang-orang pulang dari Hunain, tiba-tiba orang-orang Arab pedalaman mengerumuni beliau, mereka meminta harta kepada beliau sampai mereka mendesak beliau ke sebuah pohon Samurah sehingga kain baju beliau tersangkut padanya, maka Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam berdiri dan bersabda, “Ambilkan kainku untukku, seandainya aku mempunyai unta sebanyak pohon-pohon Idhah ini niscaya aku akan membagi-bagikannya di antara kalian, kemudian kalian tidak mendapatkanku sebagai orang yang bakhil, pendusta dan penakut.”

Ini adalah sebagian dari kemurahan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, makanan beliau tersaji untuk siapa pun yang datang, rumah beliau adalah kiblat untuk siapa pun yang datang, beliau memuliakan tamu dan berinfak, memberikan makanannya kepada orang lapar, mendahulukan apa yang ada di tangannya untuk orang yang memerlukan, menjalin hubungan baik dengan orang dekat dengan apa yang dimiliki, menghibur orang yang membutuhkan dengan apa yang ada pada beliau, mendahulukan orang asing atas diri sendiri.

Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam adalah ikon dalam kedermawanan dan kemurahan hati, merelakan dengan hati yang lapang dengan kerelaan orang yang merasakan bahwa jiwa, harta dan segala apa yang dimilikinya adalah ringan demi Rabb dan Tuhannya Azza wa Jalla, beliau adalah manusia paling terbuka telapak tangannya, paling dermawan tangannya, kebaikan, kemuliaan, kedermawanan, kemurahan hati dan karunianya melimpah merata kepada seluruh sahabatnya dan orang-orang dekatnya bahkan musuhnya.

Orang-orang Yahudi makan di tempat makan beliau, orang-orang Arab pedalaman duduk di depan makanannya, orang-orang munafik berkeliling di sekitar kantong bekalnya, belum pernah Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bermuka masam kepada tamu atau merasa kesal kepada peminta atau merasa sumpek dengan penuntut, bahkan seorang Arab pedalaman menarik jubahnya sehingga membekas di lehernya sambil berkata, “Beri aku dari harta Allah yang ada padamu bukan dari harta leluhurmu.” Maka Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam menengok, tersenyum dan memberi.

Dengan kedermawanan ini dan pemberian terhadap apa yang ada di tangan beliau, tidak sebatas itu, kemurahan hati beliau tidak tertandingi di bidang kedermawanan, pengorbanan, kelapangan jiwa, kebaikan bergaul dan kebenaran cinta kasih, maka sudah menjadi tabiat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tersenyum dan berseri-seri kepada siapa pun yang bergaul dengan beliau sehingga yang bersangkutan mengira bahwa dia adalah sahabatnya yang paling beliau cintai.

Kebaikan beliau mencakup semua manusia, makanannya dibagi-bagikan, telapak tangannya rajin memberi, dadanya lapang, akhlak mudah dan wajahnya selalu tersenyum.

Anas pelayan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam berkata menjelaskan sebagian dari sifat-sifat beliau yang agung dan akhlak-akhlak beliau yang luhur di mana ia sulit didapati pada seorang laki-laki atau jarang terkumpul pada diri seseorang, Anas berkata, “Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut, seseorang tidak bertanya kepada beliau, kecuali beliau menyimaknya dengan baik, Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tidak akan meninggalkan tempat sebelum penanya meninggalkan tempat, seseorang tidak meminta tangan beliau sekali pun kecuali beliau memberikannya kepadanya, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tidak akan melepaskan tangannya sehingga orang tersebut yang melepaskan tangannya.”

Adakah kemurahan hati dan kedermawanan yang menandingi kemurahan hati dan kedermawanan ini? Maha benar Allah,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya kamu benar-benar di atas akhlak yang agung”(Qs. al Qolam : 4) Wallahu a’lam. (Izzudin Karimi)