Inilah perumpamaan seorang muslim -yang beriman dengan keimanan yang benar- yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ، حَدِّثُونِي مَا هِيَ ؟

Sungguh di antara pepohonan ada sebuah pohon yang daunnya tidak gugur, pohon tersebut merupakan perumpamaan seorang muslim, maka kabarkanlah kepadaku pohon apakah itu ? (Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata), maka orang-orang menyebutkan berbagai macam jenis pepohonan yang biasanya terdapat di perkampungan. Ibnu umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, ‘terbesit dalam pikiranku bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma. Namun, aku merasa malu untuk mengungkapkannya. Kemudian, mereka berujar, ‘beritahukanlah kepada kami wahai Rasulullah ! pohon apakah yang Anda maksudkan itu ? maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab, pohon tersebut adalah pohon kurma… (HR. Muslim, 4/2164).

  • Isyarat Keistimewaan

Pembaca yang budiman, pohon kurma yang dijadikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai permisalan seorang muslim merupakan pohon yang paling utama dan paling baik serta paling banyak faedahnya. Ia adalah pohon yang istimewa. Di antara isyarat yang menunjukkan hal tersebut bahwa :

a. Pohon ini memberikan buahnya sepanjang musim dan dedaunannya tidak berguguran. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ تُشْبِهُ ، أَوْ كَالرَّجُلِ الْمُسْلِمِ ، لَا يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا ، وَلَا ، وَلَا ، وَلَا تُؤْتِي أُكْلَهَا كُلَّ حِينٍ

Beritahukan kepadaku tentang sebuah pohon yang menyerupai atau seperti seorang muslim, tidak berguguran dedaunannya, tidak demikian, dan tidak demikian dan tidak demikian. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim (dengan seizin Tuhannya) (HR. al-Bukhari, 3/246 dan Muslim, 4/2166)

b. Akar pohon ini kokoh menghujam di dalam bumi dan cabangnya menjulang ke langit. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ يُخْبِرُنِي عَنْ شَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الْمُؤْمِنِ ، أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ ؟

Siapakah yang dapat mengkhabarkan kepadaku tentang sebuah pohon, perumpamaannya semisal seorang mukmin, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit? (HR. Ibnu Hibban, no.243 )

c. Pada pohon ini terkandung keberkahan pada setiap bagiannya. Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ

Sesungguhnya di antara pepohonan ada yang keberkahannya seperti keberkahan seorang muslim. (HR. al-Bukhari, 3/444)

d. Pohon kurma beserta buahnya sangat bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ مَثَلُ النَّخْلَةِ , مَا أَخَذْتَ مِنْهَا مِنْ شَيْءٍ نَفَعَكَ

Perumpamaan seorang mukmin seperti pohon kurma, bagian mana pun dari pohon tersebut yang engkau ambil niscaya memberikan kemanfaatan kepadamu (HR. ath-Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13514)

  • Beberapa Sisi Keserupaan

Beberapa hal yang disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai isyarat keistimewaan pohon kurma juga menunjukkan atau mengisyaratkan sisi-sisi keserupaan karakter antara seorang muslim -yang beriman dengan keimanan yang benar, yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala- dengan pohon kurma. Dan, tidak diragukan bahwa menggali sisi-sisi keserupaan karakter tersebut dan berupaya untuk memahaminya secara mendalam merupakan perkara yang akan melahirkan banyak manfaat. Oleh karenanya, marilah kita kaji lebih mendalam beberapa sisi keserupaan tersebut dan sisi keserupaan yang lainnya. Semoga lebih banyak lagi manfaat yang dapat kita ambil darinya. Maka, kita dapati, bahwa :

1. Sesungguhnya pohon kurma itu tidak akan eksis hidup melainkan dengan adanya materi yang menyiraminya dan menumbuhkembangkannya. Ia tidak akan hidup tidak pula akan tumbuh berkembang dengan baik melainkan jika disirami dengan air.

Demikian pula halnya orang yang beriman, tidak akan hidup dengan
sebenarnya dan kehidupannya tidak dapat lurus melainkan jika disirami dengan unsur tertentu, yaitu “wahyu” ; firman Allah subhanahu wa ta’ala dan sabda RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena hidupnya hati yang sebenarnya hanyalah dengan hal tersebut. Ketika hal tersebut tidak ada niscaya manusia akan mati meskipun di tengah-tengah manusia termasuk makhluk hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan apakah orang yang sudah mati (hatinya) kemudian ia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu
ia dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang
yang berada dalam kegelapan sehingga ia tidak dapat keluar dari sana Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang yang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan. (Qs. Al-An’am : 122).

Oleh kerena itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Qs. Al-Anfal : 24)

2.Bahwa pohon kurma itu sangat kokoh menancap (akarnya teguh).

Demikian pula kondisi iman ketika tertancap kuat di dalam hati, niscaya ia
akan menjadi sangat kokoh tak dapat digoyahkan oleh apa pun, bahkan akan menjadi kokoh seperti kokohnya gunung yang tertancap. Auza’i pernah ditanya, tentang iman, ‘apakah ia bertambah ? beliau menjawab, ‘Ya, hingga ia menjadi (besar dan kokoh) seperti gunung… (Diriwayatkan al-Laalikaa-iy di dalam Syarah al-I’tiqad, 5/959)

3. Pohon kurma itu terkadang dikelilingi tanaman asing yang boleh jadi akan merusaknya atau memperlambat proses pertumbuhannya, menyainginya dalam hal penyerapan materi yang merupakan unsur pokok sumber kehidupannya.

Maka, dalam kondisi ini pohon kurma membutuhkan perawatan dan pengawasan ekstra dari pemiliknya, dengan cara menghilangkan tanaman-tanaman pengganggunya. Dengan cara ini akan terbantu proses pertumbuhannya secara optimal. Bila mana hal ini disepelekan, maka sangat dikhawatirkan akan mengganggu bahkan melemahkan proses pertumbuhannya.

Demikian pula halnya seorang mukmin, tidak diragukan dalam kehidupannya sering kali berbenturan dengan banyak hal yang boleh jadi akan melemahkan keimanan dan keyakinannya, bahkan memporak porandakan pondasi keimanan yang ada di dalam hatinya. Oleh karena itu, seorang yang beriman harus mengevaluasi dirinya dalam setiap waktu dan kondisi, hendaknya ia bersungguh-sunggah dalam upaya menepis atau menghilangkan segala hal yang buruk yang menghampiri hatinya, menjauhkan diri dari segala perkara yang akan dapat mengurangi kualitas keimanannya, seperti was-was yang dihembuskan oleh setan, atau hawa nafsu yang selalu memerintakan kepada keburukan. Ataupun, berupa dunia dengan fitnah dan kesenangannya yang melalaikan, dan lain sebagainya.

4. Pohon kurma memberikan buahnya pada setiap musim (dengan seizin Rabbnya), baik malam, siang, musim panas ataupun musim dingin.

Adh-Dhahak berkata, (makna) “memberikan buahnya pada setiap musim”, yakni, mengeluarkan buahnya pada setiap musim, ini adalah permisalan orang yang beriman, di mana ia melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala di setiap waktu baik siang hari maupun malam hari, baik di musim dingin maupun di musim panas (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di dalam tafsirnya, 8/208)

Ibnu Hajar juga berkata, “keberkahan pohon kurma ada pada semua bagiannya, keberkahan tersebut terus saja dapat dinikmati pada seluruh keadaannya, semenjak mulai muncul hingga ia mengering dapat dimakan dalam berbagai bentuknya. Kemudian, setelah itu dapat dimanfaatkan seluruh bagiannya sampai pun dalam bentuk bijinya dapat diperuntukan sebagai makanan binatang ternak, serabutnya dapat dimanfaatkan untuk dibuat tali, dan yang lainnya. Begitu pula halnya keberkahan seorang muslim (yang beriman dengan keimanan yang benar) dalam semua keadaan, dan manfaatnya tidak sebatas dirinya namun merembah kepada yang lainnya, sampai pun sepeninggalnya. (Fathul Baariy, 1/145-146)

5. Pohon kurma, sebagai mana dikatakan, ”tidak berguguran dedaunannya”.

Penyerupaan karakter seorang muslim dengan pohon kurma dari sisi ini, lebih diperjelas oleh riwayat al-Haris bin Abi Salam yang lain, di mana Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, ‘ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari, Beliau bersabda, “sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin seperti sebuah pohon yang dedaunannya tidak berjatuhan sedikitpun, tahukah kalian apakah pohon itu ? para sahabat menjawab,” tidak”. (kami tidak tahu). Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

هِيَ النَّخْلَة، لَا تَسْقُط لَهَا أُنْمُلَة، وَلَا تَسْقُط لِمُؤْمِنٍ دَعْوَة

Pohon tersebut adalah pohon kurma, dedaunannya tak berguguran sedikit pun, dan demikian pula dakwah (mengajak orang kepada kebaikan yang disyariatkan oleh Allah dan RasulNya) juga tidak berhenti dilakukan oleh seorang mukmin (lihat, Fathul baari, 1/145)

6. Pohon kurma, semakin tua umurnya semakin bertambah kebaikannya dan semakin berkualitas buahnya.

Demikian pula seorang mukmin jika panjang umurnya, bertambah kebaikannya dan semakin bagus amalnya. Abdullah bin Busr meriwayatkan bahwa ada seorang Arob berkata, ‘wahai Rasulullah, ‘siapakah gerangan manusia yang terbaik ? Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُه

orang yang panjang umurnya dan baik amalnya (HR. at-Tirmidzi, 4/565)

7. Buah dari pohon kurma termasuk jenis buah yang paling bermanfaat di dunia, keumuman manfaatnya merupakan perkara yang tidak tersembunyi.

Demikian pula halnya seorang mukmin, keimanan yang benar yang melekat pada dirinya membuahkan beragam manfaat dan kebaikan.

Wallahu a’lam

(Redaksi)