Rasulullah bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara…. Al-Hadits. Rasulullah juga bersabda, “Gunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukumu dan hidupmu sebelum matimu.”

Lima perkara, barangsiapa memilikinya maka hidupnya sempurna: Badan yang sehat, rizki yang lapang, rasa aman, rekan akrab yang baik dan ketenangan.

Al-Ahnaf berkata, “Negeri yang kosong dari lima perkara tak patut ditinggali: Pemimpin yang kuat, hakim yang adil, pasar yang ramai, tabib yang mahir dan sungai yang mengalir.”

Lima, melayani mereka tidak membuat malu: Pemimpin, orang tua, anak, ulama, tamu dan kendaraan.

Lima yang buruk pada lima: Cepat marah pada pemimpin, sedikit malu pada orang terhormat, kikir pada orang kaya, merasa muda pada orang tua renta dan ambisi kepada harta pada ulama.”

Umar bin al-Khatthab berkata, “Barangsiapa tidak memiliki lima perkara maka jangan mengharapkannya untuk urusan dunia dan akhirat: Kemuliaan asal-usul, kedermawanan tabiat, kemudahan bermuamalah, keluhuran jiwa dan ketakutan kepada Tuhannya.”

Lima tabiat orang bodoh: Marah tanpa alasan, memberi bukan pada haknya, melelahkan badan dalam kebatilan, tidak memperdulikan siapa kawan dan siapa lawan dan membeberkan rahasia.

Lima perkara sia-sia: Lampu di bawah sinar matahari, hujan deras di tanah bergaram, wanita cantik bersuamikan laki-laki impoten, makanan lezat dihidangkan kepada orang mabuk atau kenyang dan kebaikan yang kamu lakukan kepada orang yang tak kenal terima kasih.

Lima tak pernah kenyang dari lima: Telinga dari berita, mata dari melihat, perempuan dari laki-laki, tanah dari hujan dan ulama dari atsar.

Al-Ahnaf berkata, “Lima tidak ada pada lima: Tidak ada ketenangan bagi orang hasad, tidak ada muru`ah bagi orang kikir, tidak ada persaudaraan bagi pendusta, tidak ada kepercayaan bagi orang yang gemar mengulur-ulur dan tidak ada kemuliaan bagi orang yang berakhlak buruk.”

Al-Auza’i berkata, “Lima perkara dipegang oleh sahabat Muhammad dan para tabi’in: Berpegang kepada jamaah, mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca al-Qur`an dan jihad di jalan Allah.”

Wabrah bin Khidasy berkata, “Ibnu Abbas berwasiat kepadaku lima perkara, ia lebih aku cintai daripada kuda-kuda yang diwakafkan di jalan Allah: Jangan berbicara tidak penting atau bukan pada tempatnya, karena banyak orang yang berbicara tidak penting atau bukan pada tempatnya celaka, jangan berdebat dengan seorang fakih atau safih (orang bodoh), karena fakih mengalahkanmu dan safih menyakitimu, sebutlah saudaramu di belakangnya seperti kamu ingin dia menyebutmu, tinggalkan darinya apa yang kamu ingin dia meninggalkan darimu, berbuatlah dengan keyakinan bahwa kamu akan dibalas atas kebaikan dan dihukum atas kejahatan.”

Bahjatul Majalis, al-Hafizh Ibnu Abdul Bar.