quranLafazh yang bersifat umum (العام) terbagi menjadi tiga macam, yaitu;

Pertama; Umum yang tetap dalam keumumannya (albaqi ‘ala ‘umumihi). Al-Qadhi Jalaluddin Al-Balqini mengatakan, “Umum yang seperti ini jarang ditemukan, sebab tidak ada satu pun lafazh ‘am (umum) kecuali di dalamnya terdapat takhsis (pengkhususan).” Tetapi Az-Zarkasyi dalam Al-Burhan mengemukakan, “Umum yang demikian banyak terdapat dalam Al-Qur’an.” Lalu ia mengajukan beberapa contoh, antara lain dalam “Qallahu bikulli syay’in ‘alim” (An-Nisaa’: 176), “Wala yazhlimu Rabbuka ahada” (Al-Kahfi: 49), dan Hurrimat ‘alaikum Ummahatukum” (An-Nisaa’: 23). Umum dalam ayat-ayat ini tidak mengandung kekhususan.

Kedua; Umum tetapi yang dimaksud adalah khusus (al-‘am ala-murad bihi al-khushush). Misalnya firman Allah dalam “Alladzina qala lahumun nasu innan-nasa qad jama’u lakum fakhsyauhum” (Ali Imran: 173). Yang dimaksud dengan “an-Nas” yang pertama adalah Nu’aim bin Mas’ud, dan “an-nas” yang kedua adala Abu Sufyan. Kedua lafazh tersebut tidak dimaksudkan untuk makna umum. Kesimpulan ini ditunjukkan lanjutan ayat sesudahnya (innama dzalikum asy-syaithan), sebab isyarah dengan (dzalikum) hanya menunjuk kepada satu orang tertentu. Seandainya yang dimaksud adalah banyak orang, jama, tentulah akan dikatakan (innama ulaikum asy-syaithan). Demikian juga dalam “Fanathul malaa’ikatu wahuwa qaa’imun yushalli fil mihrab” (Ali Imran: 39). Yang memanggil Maryam di sini adalah Jibril sebagaimana terlihat dalam qira’ah Ibnu Mas’ud. Juga ayat “Tsumma afidhu min haitsu afadhan-nas” (Al-Baqarah: 99). Sebab, yang dimaksud dengan “an-nas” adalah Ibrahim atau orang Arab selain Quraisy.

Ketiga; Umum yang dikhususkan (al-‘am al-makhshush). Umum seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an sebagaimana akan dikemukakan nanti. Di antaranya adalah ayat “Wa kulu wasyrabu hatta yatabayyana lakumul khaithul abyadhu minal khaithil aswadi minal fajr” (Al-Baqarah: 187), dan “Walillahi ‘alan-nasi hijjul baiti manistatha’a ilaihi sabila” (Ali Imran: 97)

 

]Sumber: Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an/Syaikh manna’ Al-Qaththan/Pustaka al-Kautsar/hal: 276