اَلْحَقُّ – اَلْمُبِيْنُ

Mahabenar, Maha Menjelaskan Segala Sesuatu Sesuai Hakikat Kebenaran

(Serial Nama-nama Allah, bag.35)

 

Adapun nama Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, “ اَلْحَقُّ ” (al-Haq) telah disebutkan di dalam al-Qur’an pada sepuluh tempat. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ 

“Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kalian yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran).” (Qs. Yunus : 32).

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Qs. Al-Hajj : 62)

فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ 

Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia. (Qs. Al-Mukminun : 116).

Sedangkan nama-Nya “  اَلْمُبِيْنُ” (al-Mubiin) disebutkan pada satu tempat secara bersamaan dengan “ الْحَقُّ ”.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ

“Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).” (Qs. an-Nuur : 25).

 

Makna “الْحَقُّ”

Makna “ الْحَقُّ ” adalah Yang tidak ada kerancuan dan keraguan pada-Nya, tidak pada Dzat-Nya, tidak pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan tidak pula pada uluhiyah-Nya. Dia adalah sesembahan yang haq, tidak ada sesembahan yang haq selain dari-Nya, maka Dia adalah Maha Haq, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, seluruh perbuatan dan perkataan-Nya adalah haq, agama dan syariat-Nya juga haq, seluruh kabar-Nya adalah haq, dan berjumpa dengan-Nya adalah haq.

Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  membuka shalat malamnya dengan pengakuan akan makna-makna tersebut. Sebagaimana pada hadits Ibnu Abbas -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- ia berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَتَهَجَّدُ قَالَ :  اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ . وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ . وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ . وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ . وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ .اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Nabi -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dahulu apabila bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat tahajjud beliau berdoa,

‘Ya Allah bagi-Mu semata segala pujian, Engkau Maha terus-menerus mengurus langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya. 

Bagi-Mu semata segala pujian, hanya milik-Mu kekuasaan di langit dan di bumi serta apa yang ada pada keduanya. Bagi-Mu semata segala pujian, Engkau adalah cahaya bagi langit dan bumi. 

Bagi-Mu semata segala pujian, Engkau Maha menguasai langit dan bumi.

Bagi-Mu semata segala pujian, Engkau adalah Haq, janji-Mu adalah haq, pertemuan dengan-Mu adalah haq, firman-Mu adalah haq, surga itu haq, neraka juga haq, para nabi adalah haq, dan Muhammad – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– adalah haq, hari Kiamat adalah haq.

Ya Allah, hanya kepada-Mu semata aku berserah diri, dan hanya kepada-Mu pula aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu semata aku kembali, kepada-Mu pula aku berdebat, kepada-Mu semata aku berhukum, maka ampunilah diriku atas segala yang telah aku perbuat sebelumnya dan setelahnya, apa yang aku rahasiakan dan aku perbuat dengan terang-terangan, Engkau Maha mendahulukan dan Maha mengakhirkan, tiada ilah (sesembahan) yang hak kecuali Engkau’.” (Muttafaq ‘Alaih). (Lihat, Tafsir Ibni Katsir, juz 8, hlm. 393).

 

Makna “اَلْمُبِيْنُ

Sedangkan makna اَلْمُبِيْنُ adalah Yang Maha Menjelaskan bagi para hamba-Nya jalan petunjuk, menerangkan kepada mereka amalan-amalan shalih yang dengannya mereka bisa mendapatkan pahala, serta amalan-amalan buruk yang karenanya mereka bisa diganjar dengan hukuman.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

يُرِيدُ اللَّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisa : 26).

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – juga berfirman,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّى يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. at-Taubah : 115).

Di antara makna “ اَلْمُبِيْنُ “ adalah, Yang jelas perkara-Nya dalam hal keesaan, maka Dia adalah ilah (sesembahan) yang haq lagi jelas, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menyebutkan dalam kitab-Nya aneka ragam dalil, bukti, argumen dan penjelasan bahwa Dia adalah Ilah (sesembahan) yang haq, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa uluhiyah-Nya dari selain-Nya adalah batil dan sesat, menyimpang dan pasti akan lenyap. Firman-Nya,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Qs. Al-Hajj : 62).

Firman-Nya, “ ذَلِكَ “ “(Kuasa Allah) yang demikian itu”, yaitu yang telah dijelaskan kepada kalian yang berupa keagungan dan sifat-sifat-Nya, adalah karena “ هُوَ الْحَقُّ ” “Dialah (Tuhan) Yang Haq”, Dia sesembahan yang haq, tiada sesembahan yang Haq selain dari-Nya, Yang Maha sempurna Dzat, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, agama-Nya adalah haq, para rasul-Nya adalah haq, janji-Nya adalah haq, dan ancaman-Nya juga haq, perjumpaan dengan-Nya adalah haq dan beribadah kepada-Nya adalah haq.

Firman-Nya,

وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ

“Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil.”

Yakni, batil pada zatnya, peribadatannya juga batil, baik berupa patung-patung dan sekutu-sekutu lainnya yang berupa hewan-hewan maupun benda mati, karena sesungguhnya semua itu akan berkurang dan musnah, semuanya tidak memiliki bagi dirinya sendiri mudharat dan manfaat, kematian, kehidupan, dan kebangkitan, apalagi ia memiliki sedikit dari semua itu untuk selainnya. Andai saja Allah tidak menciptakannya dan tidak memberi pertolongan kepadanya, niscaya tidak akan ada, maka peribadatan orang yang seperti ini kondisinya adalah sebatil-batilnya kebatilan dan sesesat-sesatnya kesesatan.

Di antara aneka ragam bukti dan hujjah yang Allah sebutkan dalam al-Qur’an ketika menjelaskan bahwa diri-Nya adalah sesembahan yang haq, tiada sesembahan yang haq selain-Nya adalah sebagai berikut :

(1) Keesaan-Nya -تَبَارَكَ وَتَعَالَى- dalam rububiyah, tiada sekutu bagi-Nya.

Dia –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– adalah satu-satunya Maha Pencipta, Maha Pemberi rizki, Maha Pelimpah kenikmatan, dan satu-satunya Maha Pengatur alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya sedikitpun pada itu semua. Dia adalah satu-satunya Rabb al-Haq, tiada sekutu bagi-Nya.

Di antara konsekuensi pengetahuan dan pengakuan tentang hal itu bahwa Allah wajib diesakan dalam beribadah, kepatuhan dan ketaatan khusus ditujukan kepada-Nya semata.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ . ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ . أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَتُصْبِحُ الْأَرْضُ مُخْضَرَّةً إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ . لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ .   أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ . وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ

Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan bahwasanya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia.

Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.” (Qs. al-Hajj : 61-66).

Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ . فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ

Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?(Qs. Yunus : 31-32).

(2) Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyebutkan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, yang menunjukkan akan kesempurnaan, kemuliaan, dan keagungan-Nya, dan bahwasanya Dia satu-satunya yang berhak diibadahi, bukan selain-Nya.

Di antara contohnya adalah ayat kursi yang memurnikan penjelasan tauhid dan menetapkannya, yang disebutkan di dalamnya lima nama dari nama-nama Allah yang indah, dan disebutkan dua puluh lebih dari sifat-sifat-Nya yang agung.

(3) Allah –تَبَارَكَ وَتَعَالَى- menyebutkan bermacam-macam kenikmatan yang dilimpahkan kepada para hamba dan datangnya berbagai karunia-Nya secara terus-menerus.

Surat an-Nahl (lebah) yang sebagian ulama menyebutnya dengan surat an-Ni’am (aneka ragam kenikmatan) lantaran banyaknya kenikmatan yang Dia –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – sebutkan di dalamnya bagi hamba-hamba-Nya merupakan saksi terbesar yang menyatakan bahwa Dia adalah sesembahan yang Haq. Oleh karena itu, surat tersebut ditutup dengan firman-Nya,

كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ . فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya). Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Qs. an-Nahl : 81-82)

(4) Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyebutkan bahwasanya Dia memperkenankan doa orang-orang yang sedang dalam kesulitan dan menyingkap kesusahan orang-orang yang tertimpa musibah. Tidak ada seorang pun yang sanggup melakukan hal itu, kecuali Dia.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ 

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (Qs. an-Naml : 62).

(5) Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah mengabarkan tentang diri-Nya bahwasanya hanya Dia yang dapat memberikan manfaat dan mudharat, yang dapat memberi dan mencegah (tidak memberi), dan bahwasanya siapa saja selain dari diri-Nya tidak memiliki sedikitpun dari semua itu untuk dirinya atau untuk selainnya.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ 

Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku. Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (Qs. az-Zumar : 38).

(6) Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menceritakan ketelitian-Nya dalam menciptakan seluruh makhluk dan keindahan hasil ciptaan-Nya dari segenap alam semesta.

Firman-Nya,

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. al-Ghafir : 64).

(7) Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga telah menjelaskan kehinaan dan kelemahan berhala-berhala dan bahwasanya semua itu tidak memiliki apa-apa sedikitpun.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ . مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Qs. al-Hajj : 73-74).

Selain itu, bukti-bukti yang jelas serta hujjah-hujjah terang lainnya yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an seraya menjelaskan bahwa Allah Ilah (sesembahan) yang Haq, Yang Maha Menjelaskan segala sesuatu sesuai dengan hakikat kebenaran, dan bahwasanya uluhiyahnya siapa saja selain diri-Nya adalah kufur, aniaya, sesat dan dusta. Wallahu A’lam.

 

(Redaksi)

 

Sumber :

 

Fikih Asma’ul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad Al-Badr.