Kesetiaan adalah menjaga kebaikan dengan orang yang berbuat baik dan membalasnya dengan kebaikan. Ini adalah sifat luhur yang dimiliki oleh orang-orang mulia, tidak melupakan jasa baik orang lain, berusaha menjaganya dan membalasnya dengan sebaik-baiknya.

Selepas Fathu Makkah, orang-orang Anshar melihat perlakuan mulia Nabi kepada Quraisy, beliau memaafkan mereka padahal dulu mereka adalah orang-orang yang memusuhi beliau dan berusaha keras membunuh beliau manakala ada peluang dan kesempatan. Namun saat beliau menang, unggul atas mereka dan mereka tunduk, beliau memaafkan mereka. Orang-orang Anshar khawatir sikap beliau ini berlanjut dengan memilih menetap di Makkah untuk seterusnya dan tidak berkenan lagi pulang ke Madinah. Kekhawatiran yang beralasan, karena Makkah adalah negeri beliau, keluarga besar dan kabilah beliau ada di sana. Namun beliau adalah orang yang setia, tidak mungkin melupakan jasa baik Anshar yang telah membantu, mendukung dan beriman kepada beliau, mereka telah mempersilakan beliau pindah ke negeri mereka dan mereka membela beliau seperti mereka membela diri dan keluarga mereka, sebuah jasa besar yang layak dibalas sesuai dengan kebesarannya.

Manakala beliau mendengar kekhawatiran mereka, beliau berkata, “Na’udzubillah, hidup adalah hidup kalian dan mati adalah mati kalian.”

Peristiwa lainnya, dari Abu Said al-Khudri berkata, “Manakala Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam membagi-bagikan harta pemberian kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah Arab dan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tidak memberikannya kepada orang-orang Anshar, maka orang-orang Anshar merasa tersinggung, sehingga muncul ucapan-ucapan di kalangan mereka sampai-sampai di antara mereka ada yang berkata, ‘Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam telah bertemu dengan kaumnya.’

Saad bin Ubadah menemui Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, Saad berkata, ‘Ya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, orang-orang Anshar merasa tersinggung dengan apa yang telah engkau lakukan terhadap harta fai` itu, engkau telah membagi-bagikan harta ini kepada kaummu, engkau memberikannya kepada kabilah-kabilah Arab dalam jumlah yang sangat besar, namun engkau tidak memberi apa pun kepada orang-orang Anshar.’ Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Kalau kamu sendiri bagaimana?’ Saad menjawab, ‘Ya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, aku ini hanyalah seorang laki-laki yang menjadi bagian dari kaumku, sekalipun dalam hal ini aku tidak seperti mereka.’ Maka Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, ‘Kumpulkan kaummu di tempat itu.’

Manakala orang-orang Anshar sudah berkumpul, Saad menemui Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, dia berkata, ‘Ya Rasulullah, orang-orang Anshar sudah berkumpul untukmu.’ Maka Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menemui mereka, beliau memuji Allah, menyanjungNya sesuai dengan keagunganNya, kemudian beliau bersabda, ‘Wahai orang-orang Anshar, perkataan apa yang aku dengar dari kalian dan perasaan tersinggung yang bagaimana yang ada dalam diri kalian? Bukankah sebelum ini kalian adalah orang-orang yang tersesat lalu Allah memberikan petunjuk kepada kalian? Bukanlah kalian sebelum ini miskin lalu Allah memberikan kecukupan kepada kalian? Bukanlah kalian sebelum ini adalah orang-orang yang saling bermusuhan lalu Allah menyatukan hati kalian?’ Mereka menjawab, ‘Benar ya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam. Allah dan RasulNya lebih besar anugerahnya dan lebih utama.’

Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Mengapa kalian tidak menjawabku wahai orang-orang Anshar?’ Mereka berkata, ‘Dengan apa kami menjawabmu ya Rasulullah sementara nikmat dan keutamaan adalah dari Allah dan RasulNya?’

Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Demi Allah wahai orang-orang Ashar, kalau kalian berkenan niscaya kalian bisa mengatakan, dan jika kalian mengatakan niscaya kalian benar dan dibenarkan, ‘Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan lalu kami membenarkanmu, engkau datang kepada kami dalam keadaan terlunta-lunta lalu kami menolongmu, engkau datang kepada kami dalam keadaan terusir lalu kami memberimu tempat dan engkau datang kepada kami dalam keadaan miskin lalu kami membantumu.’

Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam meneruskan, “Wahai Anshar, apakah kalian tersinggung hanya gara-gara harta dunia yang tidak berharga yang dengannya aku membujuk hati suatu kaum agar mereka masuk Islam, sedangkan untuk kalian, maka aku menyerahkan kalian kepada keislaman kalian. Apakah kalian tidak rela wahai orang-orang Anshar, orang-orang pulang membawa kambing dan unta sementara kalian pulang membawa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam ke kota kalian? Demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalau bukan karena hijrah niscaya aku adalah laki-laki dari Anshar, seandainya orang-orang mengambil jalan di sebuah bukit lalu orang-orang Anshar mengambil jalan di bukit yang lain niscaya aku akan mengambil jalan orang-orang Anshar. Ya Allah rahmatilah orang-orang Anshar, anak-anak Anshar dan cucu-cucu Anshar.” Abu Said berkata, maka orang-orang menangis sehingga air mata mereka membasahi jenggot mereka, mereka berkata, “Kami ridha dengan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam sebagai bagian dan pemberian.” Kemudian Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam beranjak dari tempatnya dan mereka bubar. Wallahu a’lam.