Nama dan nasabnya

Beliau adalah Ma’ruf bin Fairuz dan ada yang mengatakan Fairazan.

Fitrahnya yang lurus

Imam Ma’ruf al-Kharkhi adalah seorang yang lurus fitrahnya, dan ini bisa dilihat dari kemantapan keyakinan beliau. Dikisahkan bahwa bapaknya adalah seorang pemeluk agama Shabi’ah(penyembah bintang), namun diriwayat lain dikatakan bahwa kedua orang tuanya beragama Nasrani. Kedua orang tuanya menyerahkannya kepada seorang guru, yang mana guru tersebut berkata: “Katakanlah dia adalah Tuhan dari tiga Tuhan (trinitas)”, maka Ma’ruf berkata: “Tidak, tetapi dia adalah esa”. Lalu iapun memukulnya, kemudian Ma’rufpun melarikan diri. Orang tuanya berkata : “Ia akan kembali”, setelah kejadian kedua orang tuanya memeluk Islam.

Perkataan hikmahnya

Lantunan kata yang penuh dengan hikmah akan senantiasa mengalir dari lisan-lisan para ulama bak air sejuk yang terus mengalir membasahi tanah-tanah yang gersang, ini semua adalah sebagai bentuk nasehat mereka kepada umat dan sebagai bentuk andil mereka dalam mendakwahkan kebenaran. Mari kita mendengarkan beberapa hikmah yang terlantun dari Imam Ma’ruf al-kharkhi.

1. Diriwayatkan dari Ma’ruf ia berkata: “Jika Allah menginginkan keburukan bagi seorang hamba, dia akan menutup baginya pintu untuk beramal, dan membukakan baginya pintu perdebatan”.

2. Ahmad ad-Dauraqi meriwayatkan dari Ma’ruf, dia berkata: “Jika engkau tidak memperbaiki rasa takutmu engkau akan memakan riba, jika engkau bertemu dengan wanita dan tidak menundukkan pandanganmu darinya, engkau hanya meletakan pedangmu pada pinggangmu. Hingga akhirnya beliau berkata: “seharusnya kita takut akan mejelisku ini, sebagai fitnah bagi yang diikuti dan kehinaan bagi yang mengikuti”.

3. Diriwayatkan dari Ma’ruf, ia berkata: “Barangsiapa yang menyombongkan diri kepada Allah, maka Allah akan mengalahkannya, barangsiapa yang menentangNya maka Allah akan membinasakannya, barangsiapa yang membuat makar terhadap Allah maka Allah akan menipunya (dengan makarnya -red), barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan melindunginya, barangsiapa yang bertawadu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah maka Ia akan mengangkat (derajat)nya, perkataan seorang hamba yang tidak ada manfaatnya adalah sebuah kehinaan dari Allah”.

4. Diriwayatkan bahwa ada seseorang yang menggunjing orang lain di hadapan Ma’ruf, maka ia berkata: “Ingatlah jika kapas diletakan di kedua matamu

5. Diriwayatkan darinya, bahwa ia berkata: “Orang yang menjelekan pemimpinnya akan jauh dari keadilan

Ibadah beliau

Beliau adalah seorang alim yang mengamalkan ilmunya, beliau banyak berpuasa, bershadaqah, dan mengerjakan amalan ibadah lainnya, sehingga tidak jarang banyak orang yang datang kepadanya hanya sekedar bertanya tentang ibadahnya. Namun setiap pertanyaan yang diajukan kepada beliau, yang mana pertanyaan itu berhubungan dengan ibadahnya, maka ia berusaha untuk menghindar dari menjawabnya. Banyaknya ibadah yang dia lakukan, tidak membuat beliau menjadi ujub dan sombong, justru dengan banyaknya ibadah tersebut menjadikan beliau takut akan hilangnya keikhlasan pada apa yang beliau lakukan. Berikut ini beberapa riwayat yang menceritakan tentang ibadahnya:

1. Diriwayatkan bahwa beliau ditanya: “Bagaimana anda berpuasa?”, maka beliau menyalahkan si penanya (tentang apa yang ditanyakanya), kemudian beliau berkata: “Puasa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam seperti ini dan seperti ini, dan puasa Nabi Daud seperti ini dan seperti ini”. maka orang tersebut bersikeras (memaksanya untuk memberitahu tentang puasanya -red), maka iapun berkata: “Aku menjadikan waktuku (hari-hariku -red) dengan berpuasa, jika ada yang mengundangku, maka akupun makan, tanpa mengatakan aku sedang berpuasa”.

2. Diriwayatkan bahwa ada seseorang datang membawa sepuluh dinar untuk Ma’ruf, kemudian lewatlah seorang pengemis, kemudian ia memberikan uang itu semua kepadnya, kemudian ia berkata: “Wahai jiwa! Betapa banyak engkau menangis, berusahalah ikhlas maka engkau akan ikhlas”.

3. Diriwayatkan dari Abul Abbas bin Masruq, dari Muhammad bin Mansur ath-Thusi, dia berkata: “Aku pernah bersama Ma’ruf, ketika aku menemuinya ,(aku melihat -red) ada bekas sesuatu di wajahnya, maka ia ditanya tentang hal tersebut, ia berkata: “Tanyakanlah sesuatu yang lebih bermanfaat bagimu, semoga Allah mengampunimu”, kemudian orang tersebut bersumpah, maka berubah raut wajah beliau, kemudian berkata: “Aku melaksanakan shalat tadi malam, kemudian aku melaksanakan mengelilingi Ka’bah (tawaf),(setelah selesai -red) aku pergi untuk meminum air zamzam, akan tetapi aku terpeleset (tersungkur), dan menimpa wajahku”.

4. Diriwayatkan dari Ubaid bin Muhammad al-Waraq berkata: “Ma’ruf lewat di dekat orang yang memberi minum, sedangkan dia dalam keadaan berpuasa, orang (yang memberi minum –red): “Semoga Allah merahmati orang yang minum”. Maka iapun ikut minum, demi mengharap rahmat Allah”.

Sanjungan ulama baginya

Tidak sedikit para ulama yang bertemu langsung dengannya kagum dengan keilmuan dan sifat beliau. berikut ini akan kita dengar beberapa sanjungan yang terucap dari lisan-lisan para ulama, diantaranya adalah

1. apa yang dikatakan imam adz-Dzahabi di dalam kitabnya, beliau berkata: “(Ma’ruf) adalah seorang yang berilmu yang zuhud dan yang diberkahi

2. Diriwayatkan dari Ismail bin Syadad, ia berkata: Sufyan bin Uyainah telah berkata: “Apa yang dilakukan orang alim yang ada bersama kalian di Bagdad”, kami bertanya kepadanya: “Siapa (yang engkau maksud)?”, maka beliau (Sufyan) berkata: “Abu Mahfudh Ma’ruf”, maka kami berkata: “Baik”, maka beliau berkata: “ Peduduk kota itu Akan senantiasa dalam keadaan baik selama dia bersama mereka”.

3. Diriwayatkan bahwa ada seseorang yang berbicara tentang Ma’ruf di hadapan Imam Ahmad, bahwa ilmunya sedikit, maka beliau (Imam Ahmad) berkata: “Tahan (ucapanmu), tidaklah yang diinginkan dari ilmu kecuali beliau telah memilikinya”.

Wafat beliau

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang tahun wafat beliau, Diriwayatkan dari Abu Ja’far bin al-Munadi ia berkata: “Ma’ruf wafat pada tahun 200H”.

Al-Khatib berkata: “Ini pendapat yang benar”.

Diriwayatkan dari Yahya bin Abi Thalib: “Beliau wafat pada tahun 204H”.

Semoga Allah memberikan rahmat kepada beliau dan kita semua, Amiin.

[Sumber: Siyar A’lami Nubala, jilid 9/339-345, dan Rihlah ulama fi Thalabul ‘Ilmi. Diposting oleh Sufiyani dengan sedikit penambahan dan pengurangan]