kerandaMaut adalah telaga yang didatangi, semua yang hidup, selama apa pun umurnya, pasti akan mendatanginya tanpa ragu, suka atau terpaksa.

Kematian adalah telaga yang harus didatangi
Rasanya pahit dan minumannya tidak enak.

Maut adalah gelas yang diminum, semua yang hidup meneguknya, tegukan yang pedih dan menyakitkan.

Kematian adalah gelas yang digilir kepada semua manusia
Tidak ada yang tersisa tanpa maut kecuali sang Pencipta.

Maut adalah penghancur kenikmatan dan pemecah kebersamaan. Maut adalah pintu yang terbuka, semua manusia pasti memasukinya.

Maut adalah pintu, semua manusia memasukinya
Duhai gerangan, rumah apa sesudah pintu itu?
Seandainya aku tahu orang yang tahu lalu dia
Memberitahuku, surga tempat kita atau neraka?

Maut, dengan nama apa ia disebut, dengan panggilan apa dia diseru, dengan julukan apa dia dicap, ia tetap maut, semua jalan dan semua rel menuju ke sana, semua saluran dan jaringan bermuara di sana, cepat atau lambat.

Jalan maut adalah akhir hidup semua yang hidup
Penyerunya selalu memanggil penduduk bumi.

Yang lebih ajaib adalah manusia, sepertinya dia merasakan maut lambat bila tidak kunjung datang dan menyangkanya masih jauh, padahal ia selalu mengubernya atau dia yang melangkah kepadanya.

Bila maut menerkamkan kuku-kukunya
Maka kamu tahu semua tamimah tiada lagi berguna.

Terkadang seseorang berusaha pada sesuatu yang justru menjadi kematiannya. Terkadang kematian seseorang ada pada apa yang diharapkan. Berapa banyak orang mengambil sebuah jalan, ternyata ujungnya adalah kematiannya.

Seandainya kita bisa, andaikata kita sanggup, tentulah kita berani dan dengan suka rela menebusnya dengan segala apa yang kita punyai, jangankan yang remeh, yang paling mahal pun siap, bahkan dengan nyawa pun siap, asalkan nyawa tersebut diganti dengan nyawa yang baru.

Seandainya maut ini menerima tebusan
Niscaya kami menebusnya dengan harta dan jiwa kami.

Maut adalah pedang tajam terhunus, tidak gentar di depan keberanian pemberani, alih-alih oleh kepandiran orang penakut, raja terhormat di dunia tak selamat darinya, sebagaimana si miskin papa juga tak lolos darinya.

Barangsiapa tidak mati oleh pedang maka akan mati dengan selainnya.
Banyak sebab kematian, tetapi kematian adalah kematian.

Hidup kita adalah ajal yang ditentukan, tidak maju dan tidak mundur, bila ajal tiba, maka habislah segala harapan. “Bila ajal mereka telah datang, maka mereka tidak menundanya sesaat dan tidak memajukannya.” An-Nahl: 61. Ajal itu adalah maut.

Maut lebih berat daripada sebelumnya, namun dengan sesudahnya ia lebih ringan.

Ia adalah maut, tak ada tempat selamat dari maut dan yang
Kita takutkan sesudah maut adalah lebih menyeramkan dan menakutkan.

Sesudah maut adalah kebangkitan, pengumpulan dan perjumpaan
Hari di mana saat itu pendosa diberi baju kehinaan.

Hari yang sulit, penderitaannya merata, ratapan penyesalan keluar dari para penjahat, bila tidak demikian niscaya maut menjadi tujuan bagi setiap manusia manakala merasa sumpek hidup di dunia.

Seandainya bila kita telah mati, kita dibiarkan
Niscaya maut adalah istirahat bagi setiap yang hidup
Namun bila kita mati, kita dibangkitkan
Untuk ditanya sesudahnya tentang segala hal.

Barangsiapa meyakini maut, dia bersiap menyambutnya. Barangsiapa merindukan surga, dia bergegas kepada kebaikan, barangsiapa takut neraka, dia berlari dari kejahatan. Barangsiapa terbuka baginya pintu kebaikan, hendaknya memanfaatkannya, karena dia tak tahu kapan ia akan ditutup di depan kedua matanya, tak ada peluang beramal sesudah mati, tak ada tempat kembali sesudah dunia selain surga atau neraka.

Wahai orang yang ingin berlari ke depan
Itulah maut, sadarilah ia pasti menyusulmu. Wallahu a’lam.