ayatPertanyaan :

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya ingin minta penjelasan kepada pengasuh rubrik konsultasi, tentang terjemahan ayat Al Qur’an dalam surat An Nur ayat 22. “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. AL-NUUR: 22)

Dalam tafsir al-Bahr al-Muhith, Abu Hayyan, dijelaskan di sana ada huruf yang dihilangkan yakni Laa (tidak). Sehingga maknanya menjadi (agar mereka tidak memberikan). Ayat tersebut turun berkenaan dengan sikap Abu Bakar al-Shiddiq _Radhiyallahu ‘Anhu_ saat ia bersumpah untuk tidak memberi nafkah (bantuan) kepada Misthah bin Utsasah setelah ia ikut-ikutan sebut Aisyah serong. Setelah turun ayat yang membebaskan Ummul mukminin dari segala tuduhan, maka tenteramlah hati kaum muslimin. Allah memberi taubat terhadap kaum mukminin yang sudah terlanjur berbicara negative terhadap Aisyah. Ada sebagian lain yang ditegakkan had atasnya. Misthah ini kerabat Abu Bakar al-Shiddiq yang miskin. Abu Bakar biasa mencukupkan kebutuhannya. Karena marah atas kesalahan Misthah ini, Al-Shiddiq bersumpah untuk tidak memberikan bantuan lagi. Lalu Allah tegur agar dirinya memaafkan kesalahan saudaranya tersebut dan berlapang dada dengan tetap memberikan bantuan. Dengan ini Allah berikan balasan berupa ampunan dan rahmat. Yang saya ingin minta penjelasan adalah tambahan kata “tidak” yang ada dalam kurung itu, bagaimana asalnya apa benar seperti keterangan di atas? Apakah terjemah ayat tersebut benar demikian (ditambah kata tidak)? kalau baca teks arabnya saya tidak menemukan kata Laa (tidak) tersebut. Karena dalam pikiran saya, setelah ditambah kata “tidak” maka arti dari ayat tersebut berubah 180 derajat, yaitu menjadi sebaliknya.
Berkaitan dengan penghilangan huruf Laa tersebut. Apakah hal ini biasa terjadi dalam tata bahasa atau sastra Arab? Apakah ada tujuan penghilangan huruf tersebut? Dan apakah ada orang kafir yang menuduh bahwa huruf Al Quran ada yang hilang, atau Al Quran memiliki makna yang tidak pas? Jika ada bagaimanakah menjawabnya? Atau jika anak saya bertanya bagaimanakah saya menjelaskannya? Maaf saya membutuhkan kefahaman akan hal ini, dalam membantu saya dan juga keluarga saya dalam menghayati makna-makna atau isi dari Al Quran untuk menjadi pedoman hidup kami. Karena beberapa kali saya menemukan ayat-ayat yang dalam penerjemahan maknanya berubah menjadi sebaliknya, sehingga saya merasa bingung. Kiranya dapat dijelaskan karena saya belum faham. Terimakasih atas penjelasannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jawaban :

Wa’alaikumussalam Warohmatullohi Wabarokatuh.

Tambahan kata “tidak” yang ada dalam kurung (dalam edisi terjemahan indonesia) itu adalah berdasarkan penafsiran ahli tafsir terhadap makna firman Allah, seperti al-Qurthubiy di dalam tafsirnya Al-Jami’ Li Ahkami Al-Qur’an. Ia mengatakan, Firman Allah ta’ala, “An ya’tuu,” yakni (maknanya) tidak akan memberi. Dan ada contoh yang lainnya di dalam al-Qur’an, yaitu firman Alloh ta’ala, “Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu (tidak) sesat.” (Qs. an
Nisa : 176). Yakni, agar kamu tidak sesat atau khawatir kalian akan sesat. Hal yang senada juga dikatakan oleh ahli tafsir yang lainnya yaitu Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar bin Abdul Qodir al-Jankiy asy Syinqithi dalam kitab tafsirnya, Adh-wa-ul bayan Fii Iidhohi al-Qur’an bil Qur’an, beliau mengatakan, firman Allah, yakni “Laa Yahlifuu an Laa Ya’tuu” (janganlah mereka bersumpah untuk tidak akan memberi). Jadi, keterangan di atas benar demikian. Maknanya benar, ini bisa difahami dari sebab turunnya ayat tersebut, di mana Abu Bakar bersumpah untuk tidak akan lagi memberi, lalu Allah menurunkan ayat tersebut sebagai teguran bagi beliau agar beliau tidak melakukannya. Ya, terjemahan ayat tersebut adalah benar demikian, yakni ditambah kata “tidak”. Kalau Anda baca teks arabnya tidak akan Anda temukan kata Laa (tidak) tersebut. Jadi, demikian itu bunyi ayatnya, hanya saja makna dari ayat tersebut adalah sebagaimana yang telah saya sebutkan dari penafsiran ahli tafsir. Dan dalam bahasa arab atau perkataan orang arab ada yang modelnya seperti itu. Wallohu a’lam.

Semoga sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.