عَن أَبِي هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila manusia telah meninggal dunia amalnya terputus kecuali tiga; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan (kedua orang tua)nya.”

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi di dalam Sunannya, no. 1376, ini adalah redaksi miliknya, dan Syaikh al-Albani menilainya shahih. Juga diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad, no. 38, Muslim di dalam Shahihnya, no.1631, dll.

Penjelasan

Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana menciptakan kehidupan juga menciptakan kematian. Itulah dua hal yang berpasangan. Kematian adalah keniscayaan bagi setiap insan bahkan hal tersebut berlaku bagi setiap yang bernyawa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).

Dunia adalah ladang akhirat, maknanya bahwa siapa yang beramal di dunia ini dia akan memetik buah dari amalnya tersebut di akhirat, baik ataupun buruk. Jika demikian halnya, maka orang yang beramal baik di dunia -sepanjang beriman, ikhlas dalam beramal dan mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam – sungguh ia akan memetik buah yang baik pula di Akhirat.

Dan, dua diantara amal baik tersebut -sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas- yaitu, sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat yang diajarkan atau ditulis. Bahkan, faidah kedua amal tersebut berupa balasan yang baik dan pahala yang melimpah akan terus didapatkan sekalipun pelakunya telah meninggalkan dunia. Maka, ini merupakan kenikmatan yang agung dan merupakan salah satu bentuk kemurahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mari Kita Cetak Generasi Rabbani !

Pembaca yang budiman, tak kalah agung dan tentu merupakan kemurahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pula manakala orang tua dikaruniai anak-anak yang shalih dan shalihah. Karena mereka akan memberikan kebaikan kepada keduanya sebagai bentuk ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam yang mensyariatkan kepada setiap anak manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra: 23).

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang harus aku berbakti kepadanya?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu!’ Orang itu kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ beliau menjawab, ‘Ibumu!’ Orang itu kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu!’ Orang itu kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi,’ Beliau menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

Mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua, baik semasa keduanya masih hidup ataupun setelah keduanya meninggal dunia merupakan bentuk kebaikan seorang anak kepada orang tuanya dan sekaligus menjadi salah satu tanda keshalihannya. Maka, seorang anak yang shalih dan shalihah ia pandai berterima kasih kepada orang tuanya. Ia tidak melupakan jasa baik keduanya kepada dirinya yang tak akan terbalaskan, berbakti kepada keduanya sepanjang hayatnya dan setelah keduanya tiada, dan memanjatkan doa kepada rabbnya, Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Ia juga memohonkan ampun untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, yang karena doa itu derajat keduanya terangkat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

“Sesungguhnya akan diangkat derajat seorang hamba di dalam Surga. Maka ia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, dari manakah aku mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Dari istighfar (permohonan ampun) anakmu untukmu.’” (HR. Ibnu Majah, no.3660).

Adapun sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Dan anak shalih yang mendoakan (kedua orang tua)nya,” Ibnul Malik mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membatasi sifat seorang anak dengan sifat shalih karena pahala tersebut tidak akan diperoleh bila dilakukan oleh selain anak yang shalih. Dan disebutkannya doa hanya merupakan bentuk motivasi kepada seorang anak agar mendoakan kedua orang tuanya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 4/522).

Kiat Mencetak Generasi Rabbani

Anak-anak yang shalih dan shalihah merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang agung bagi setiap orang tua. Dan, tentu setiap orang tua mengharapkannya. Maka, marilah kita cetak generasi rabbani seperti itu! Ini harus diupayakan dengan sungguh-sungguh oleh setiap orang tua. Lalu, upaya apa sajakah yang hendaknya dilakukan oleh setiap orang tua untuk dapat mencetak generasi rabbani?

Penulis berharap 11 kiat berikut ini akan dapat membantu para orang tua untuk mewujudkan harapannya.

1. Ajarkan kepada anak Anda aqidah yang benar.

2. Ajarkan kepada anak Anda sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

3. Tumbuhkan pada diri anak Anda kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

4. Biasakan anak Anda untuk beradab dengan adab yang baik dalam kesehariannya.

5. Perintahkan anak Anda untuk shalat di awal waktu dan ajaklah mereka -yang laki-laki- untuk shalat fardhu dengan berjama’ah di masjid.

6. Ajarilah anak Anda tata cara beribadah yang benar seperti wudhu, shalat, dan bentuk ibadah yang lainnya.

7. Latih dan didiklah anak Anda untuk banyak berdzikir, selalu merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selalu tumbuh rasa takut kepada-Nya.

8. Arahkan anak Anda agar berteman dengan teman yang baik.

9. Berilah anak Anda nafkah yang baik, yang bersumber dari yang baik, dengan cara yang baik pula.

10. Mohonlah selalu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan keshalihan kepada anak Anda, seperti yang diteladankan oleh orang yang baik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan di dalam al-Qur’an, di mana yang satu berdoa:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai; dan berikanlah keshalihan kepadaku (dan juga memberikan keshalihan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaf: 15).

Sedangkan yang lain berdoa:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40).

11. Berikan kepada anak Anda keteladan yang baik dari Anda dalam berkata dan beramal.

Sebenarnya masih banyak kiat yang lainnya, namun 11 kiat di ataslah yang ingin penulis sajikan dalam tulisan ini.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita generasi penerus yang rabbani, yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, berbakti kepada kedua orang tuanya, bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Amiin. Wallahu a’lam. (Abu Umair).

Referensi:

1. Al-Jami’ Ash-Shahih, Muhammad bin ‘Isa at Tirmidzi

2. Tuhfatul Ahwadzi, Muhammad al-Mubarakfuri.

3. 100 Kiat Bagi Orang Tua Agar Anak -Insya Allah- Jadi Shalih dan Shalihah, Najmi bin Umar Bakkar, dll.