Termasuk sifat hamba yang bertakwa (muttaqin) yaitu, beriman kepada yang ghaib. Allah ta”ala berfirman, artinya, “Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. al-Baqarah: 2-3).

Perkara ghaib mencakup setiap yang ghaib dari pandangan kita dan juga yang dikabarkan oleh Allah ta”ala dan Rasul-Nya shalallahu “alaihi wa sallam  seperti nama dan sifat Allah ta”ala, berita tentang umat sebelum Islam, perkara-perkara yang akan terjadi, dan juga berita tentang hari Kiamat.

Di antara perkara ghaib pada hari akhir yang dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu “alaihi wa sallam adalah tentang telaga beliau shalallahu “alaihi wa sallam (khaudh). Beriman dengan keberadaan telaga Rasulullah shalallahu “alaihi wa sallam adalah kewajiban bagi setiap hamba.

Khaudh atau telaga adalah sumber air yang sangat besar yang akan didatangi umat Muhammad shalallahu “alaihi wa sallam yang senantiasa mengikuti petunjuk Nabi shalallahu “alaihi wa sallam dan tidak mengubah (ajarannya shalallahu “alaihi wa sallam) atau menggantinya.

Keberadaan telaga Rasulullah shalallahu “alaihi wa sallam telah ditetapkan oleh beliau shalallahu “alaihi wa sallam dalam beberapa haditsnya. Di antara dalilnya, sabda Rasul shalallahu “alaihi wa sallam,

[sc:BUKA ]أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ[sc:TUTUP ]

Saya akan mendahului kalian menuju telaga.” (Muttafaq alaih).

Rasulullah shalallahu “alaihi wa sallam juga bersabda,

 

[sc:BUKA ]لَيَرِدَنَّ عَلَىَّ الْحَوْضَ رِجَالٌ مِمَّنْ صَاحَبَنِى[sc:TUTUP ]

 

“Sungguh akan mendatangi telagaku, orang-orang yang pernah menemaniku…” (HR. Muslim, no. 6136).

 

Anas radhiyallahu “anhu berkata,

 

[sc:BUKA ]وَلَقَد أَدرَكتُ عَجَائِزَ بِالمَدِينَةِ لاَ يُصَلِيَنَّ صَلَاةَ إِلاَّ سَألْنَ اللَّهُ تَعَالَى أَن يُورِدَهنَّ حَوضَ مُحَمَّد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ[sc:TUTUP ]

 

Saya telah menjumpai orang-orang tua di kota Madinah, tidaklah mereka shalat kecuali berdoa dalam shalatnya agar bisa mendatangi telaga Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam.”

Demikianlah bahwa keberadaan telaga Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam telah dinyatakan dalam hadits yang shahih, maka tidak layak kita mengingkarinya.

Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam pernah mengajarkan kepada para shahabatnya pada suatu hari,

 [sc:BUKA ]إِنِّي فَرَطٌ لَكُمْ وَأَنَا شَهِيدٌ عَلَيْكُمْ وَإِنِّي وَاللهِ لَأَنْظُرُ إِلَى حَوْضِي الْآنَ[sc:TUTUP ]

 “Sesungguhnya aku akan mendahului kalian di telaga. Aku sebagai saksi atas kalian dan sesungguhnya aku-demi Allah-sedang memandang telagaku sekarang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Uqbah bin Amir radhiyallahu “anhu).

Setiap Nabi Memiliki Telaga

Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam bersabda,

 [sc:BUKA ]إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً ، وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً[sc:TUTUP ]

 “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki telaga. Dan mereka saling membanggakan siapakah yang telaganya paling banyak dikunjungi. Aku berharap telagakulah yang paling banyak pengunjungnya.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2443).

Telaga Nabi Telah Ada Wujudnya Saat Ini.

Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam juga bersabda:

[sc:BUKA ]مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي[sc:TUTUP ]

 “Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas telagaku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sifat Telaga Nabi

Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam bersabda,

[sc:BUKA ] حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلَا يَظْمَأُ أَبَدًا[sc:TUTUP ]

 “Telagaku sebesar jarak perjalanan sebulan, airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih wangi daripada minyak misk, gelasnya sebanyak bintang di langit, siapa yang meminumnya tidak akan haus selamanya.” (Muttafaq Alaih).

Dalam riwayat lain,

[sc:BUKA ] وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ[sc:TUTUP ]

 “Lebih manis daripada madu.

Airnya berasal dari telaga al-Kautsar,

[sc:BUKA ] وَيُفْتَحُ نَهَرٌ مِنَ الْكَوْثَرِ إِلَى الْحَوْضِ[sc:TUTUP ]

 “Dan dibukakan pintu sungai al-Kautsar menuju telaga.” (HR. Ahmad, no. 3786).

[sc:BUKA ] يَغُتُّ فِيهِ مِيزَابَانِ يَمُدَّانِهِ مِنَ الْجَنَّةِ أَحَدُهُمَا مِنْ ذَهَبٍ وَالآخَرُ مِنْ mobile casino وَرِقٍ[sc:TUTUP ]

 “Air mengalir dengan deras ke dalamnya melalui dua pancuran dari Surga. Salah satunya terbuat dari emas dan yang kedua dari perak.” (HR. Muslim, no. 6130).

Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam juga bersabda,

[sc:BUKA ] وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ وَكَوَاكِبِهَا[sc:TUTUP ]

 “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bejananya lebih banyak daripada jumlah bintang dan planet di langit.” (HR. Muslim, no. 6129).

 Mendatangi Telaga

Siapakah mereka yang beruntung bisa mendatangi telaga Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam di hari Kiamat kelak?

[sc:BUKA ] أَوَّلُ النَّاسِ وُرُودًا عَلَيْهِ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ، الشُّعْثُ رُءُوسًا ، الدُّنْسُ ثِيَابًا الَّذِينَ لاَ يَنْكِحُونَ الْمُتَنَعِّمَاتِ وَلاَ تُفْتَحُ لَهُمُ أَبْوَابُ السُّدَدِ[sc:TUTUP ]

“Orang-orang pertama yang mendatangi- nya adalah orang-orang fakir Muhajirin, yang berambut kusut, berbaju lusuh yang tidak menikahi wanita-wanita berharta, dan pintu-pintu rumah tertutup untuk mereka, tidak dibukakan bagi mereka.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2444).

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Mereka yang akan mendatangi telaga Rasul Shalallahu “alaihi wa sallam adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Shalallahu “alaihi wa sallam, yang senantiasa mengikuti syariatnya. Sedangkan siapa yang enggan mengikuti syariat Rasul Shalallahu “alaihi wa sallam dan berlaku sombong, maka mereka akan diusir dari telaga Rasul Shalallahu “alaihi wa sallam.” (Majmu’ Fatawa Wa Rasa’il Ibnu Utsaimin).

Imam al-Qurtubi menambahkan, “Maka setiap yang murtad dari agama Allah ta”ala, ataupun membuat sesuatu yang baru (dalam syariat) yang tidak diridhai dan tidak diizinkan oleh Allah ta”ala, mereka adalah orang-orang yang terusir dari telaga Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam dan dijauhkan darinya. Dan orang yang paling berat pengusirannya adalah mereka yang menyelisihi jama’ah kaum muslimin, dan memisahkan diri dari jalan kaum muslimin seperti kaum Khawarij, Rafidhah dan Mu’tazilah….”

Dalam hadits yang diriwayatkan Anas radhiyallahu “anhu , bahwa Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam bersabda,

[sc:BUKA ] إِنِّى عَلَى الْحَوْضِ حَتَّى أَنْظُرَ مَنْ يَرِدُ عَلَىَّ مِنْكُمْ وَسَيُؤْخَذُ أُنَاسٌ دُونِى فَأَقُولُ يَا رَبِّ مِنِّى وَمِنْ أُمَّتِى. فَيُقَالُ أَمَا شَعَرْتَ مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ وَاللَّهِ مَا بَرِحُوا بَعْدَكَ يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ[sc:TUTUP ]

“Sesungguhnya aku akan berdiri di atas Telaga (al-Haudh) sehingga aku melihat orang yang akan datang kepadaku di antara kalian, dan beberapa manusia dihalau dariku, lalu aku berkata, “Ya Rabb, mereka dariku, dari ummatku.” Kemudian akan dikatakan, “Apakah kamu mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah berbalik ke belakang (murtad).” (Muttafaq ‘alaih).

[sc:BUKA ] لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ… فَأَقُولُ إِنَّهُمْ مِنِّي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي[sc:TUTUP ]

 “Akan datang ke (telaga) ku orang-orang yang kukenal dan mereka mengenaliku, namun kemudian mereka terhalang dariku…”

Akupun berkata, “Mereka adalah bagian dariku!”. Dijawab, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelah engkau (meninggal dunia)”. Aku berkata, “Menjauhlah orang-orang yang mengubah-ubah (agamaku) sesudahku!”. (HR. al-Bukhari, no. 7050).

Alangkah bahagianya orang-orang yang diperkenankan untuk merasakan telaga Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam, semoga kita termasuk golongan yang beruntung itu. Dan alangkah sedihnya orang yang terhalang untuk menikmatinya, semoga kita dijauhkan dari golongan yang malang tersebut.

[Sumber: Al-Mabakhis Mukhtasharah fi Khaudi an-Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam, Isa bin Abdurrahman al-Utaibi, Maktabah Syamilah]