Mukjizat para Rasul menunjukkan rububiyah Allah, karena bila mukjizat menetapkan kenabian, maka kita memastikan bahwa ada pihak yang mengutus nabi tersebut, yaitu Allah.

Allah Ta’ala, karena keadilan, rahmat, kebaikan, hikmahNya yang sempurna dan bahwa Dia menerima alasan sebelum ditegakkannya hujjah, tidak mengutus seorang nabi kecuali Dia memberinya mukjizat yang membuktikan kebenarannya dalam apa yang dia beritakan. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (Al-Hadid: 25).

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rasul sebelumku membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan.” (Ali Imran: 183).

Allah Ta’ala berfirman, “Jika mereka mendustakanmu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelummu juga telah didustakan pula, mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata…” (Ali Imran: 184).

Dan mukjizat para rasul yang paling samar adalah mukjizat Hud, sehingga kaumnya berkata, “Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata.” (Hud: 53), sekalipun demikian keterangannya termasuk keterangan yang paling jelas bagi siapa yang dibimbing oleh Allah untuk meresapinya, dan Allah Ta’ala telah mengisyaratkan hal itu dengan firmanNya, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selainNya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56).

Dan ini termasuk mukjizat paling besar, seorang laki-laki berbicara kepada satu umat yang besar secara utuh dengan kata-kata tersebut tanpa dihinggapi kelemahan, ketakutan dan kecemasan, sebaliknya dia yakin dengan apa yang dikatakannya dan memastikannya, pertama kali dia menjadikan Allah sebagai saksi atas kebebasannya dari agama mereka dan keyakinan yang mereka anut dengan kesaksian orang yang penuh keyakinan kepadaNya, bersandar kepadaNya, memberitahukan kepada kaumnya bahwa Dia adalah wali mereka, penolong mereka, tidak menguasakan mereka atasnya, kemudian dia mengambil kesaksian kaumnya dengan kesaksian yang terbuka bahwa dirinya menyelisihi agama mereka, berlepas diri dari ajaran mereka dan sesembahan-sesembahan mereka, di mana karenanya mereka berkawan dan memusuhi, mengorbankan darah dan harta mereka demi menolongnya, kemudian dia menegaskan bahwa dirinya merendahkan, meremehkan dan menghina mereka, seandainya mereka semuanya sepakat untuk mecelakakannya demi membalasa kemarahan dalam dada mereka yang menggelegak, kemudian mereka segera melaksanakan rencana mereka tanpa menunda-nunda, niscaya mereka tidak akan mampu untuk melakukannya kecuali apa yang telah Allah tulis atasnya.

Kemudian dia menetapkan dakwahnya kepada mereka dengan sebaik-baiknya, dia menjelaskan bahwa Tuhannya dan Tuhan mereka di mana ubun-ubun mereka ada di tangannya adalah Allah, wali mereka, penjaga mereka yang akan menolong dan mendukungnya, dan bahwa dia di atas jalan yang lurus, Allah tidak akan membiarkan orang yang bertawakal kepadaNya dan mengakuiNya dan tidak pula membahagiakan musuh-musuhnya dengannya.

Mukjizat dan bukti mana lagi yang lebih bagus daripada mukjizat-mukjizat para nabi? Ia adalah kesaksian dari Allah untuk mereka, Dia menjelaskannya bagi hamba-hambaNya dengan sejelas-jelasnya, akan tetapi orang-orang zhalim itu menolak kecuali kekufuran. Wallahu a’lam.