Diriwayatkan tentang Amirul Mukimin Umar bin Abdul Aziz -semoga Allah meridhainya- bahwa ia pernah menangis pada suatu hari ditengah-tengah kerumunan teman-temannya, lalu ditanyakan kepadanya tentang hal itu, ia pun mengatakan :

فَكَّرْتُ فِي الدُّنْيَا وَلَذَّاتِهَا وَشَهَوَاتِهَا، فَاعْتَبَرْتُ مِنْهَا بِهَا. مَا تَكَادُ شَهَوَاتُنَا تَنْقَضِي حَتَّى تُكَدِّرُهَا مَرَارَتُهَا، وَلَئِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهَا عِبْرَةٌ لِمَنْ اعْتَبَرَ إِنَّ فِيْهَا مَوَاعِظَ لِمَنِ ادْكَرَ

Aku berfikir tentang dunia, kelezatannya dan syahwat-syahwatnya, lalu aku mengambil pelajaran darinya. Hampir-hampir saja syahwat-syahwat kita tidak akan pernah berhenti sebelum rasa pahit dunia mengeruhkannya, dan sungguh jika pada dunia tidak ada pelajaran, lalu bagi siapa orang yang mau mengambil pelajaran. Sungguh, pada dunia itu terdapat nasehat bagi orang yang mau mengingat.

📚 (Abdul Aziz bin Nashir al-Jalil, “Afalaa Tatakaffakaruun”, 1/26)