15120_image002Abu al-Ash tertawan dalam perang Badar. Istrinya Zaenab binti Rasulullah menebusnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membebaskannya tanpa tebusan atas persetujuan para sahabat dan memulangkan harta tebusan kepada Zaenab.

Sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melepaskan Abu al-Ash beliau meletakkan syarat atasnya agar segera mengirimkan Zaenab kepadanya tanpa menunda-nunda. Maka begitu Abu al-Ash tiba di Makkah, dia langsung memenuhi janjinya. Dia meminta istrinya untuk bersiap-siap, dia mengatakan kepadanya bahwa orang-orang utusan ayahandanya menunggunya di suatu tempat yang tidak jauh dari Makkah, dia menyiapkan kendaraan dan perbekalan dan meminta saudaranya Amru bin ar-Rabi’ agar menyertainya dan menyerahkannya kepada utusan ayahandanya secara langsung.

Zenab bertemu dengan utusan Rasulullah yang menyambutnya di luar Makkah yang kemudian membawanya kepada ayahandanya di Madinah, sekaligus berpisah dengan suaminya, Abu al-Ash.

Abu al-Ash tinggal di Makkah setelah berpisah dengan istrinya untuk beberapa tahun, sampai menjelang Fathu Hudaibiyah dia berangkat ke Syam dalam sebuah perjalanan dagang, manakala dia pulang ke Makkah dengan membawa rombongannya yang terdiri dari seratus ekor unta dan pengawalnya yang berjumlah kurang lebih dua ratus tujuh puluh orang, namun sebuah pasukan yang dikirim oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencegatnya di sebuah tempat di dekat Madinah, pasukan ini menguasai kafilah dagang dan menawan pengawalnya, namun Abu al-Ash berhasil lolos dari sergapan pasukan.

Malam tiba, Abu al-Ash memanfaatkan kegelapannya untuk menyusup ke Madinah, dia masuk dalam keadaan takut dan waspada, dia menyusup sampai di rumah Zaenab, dia meminta perlindungan Zaenab dan Zaenab melindunginya.

Manakala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat untuk menunaikan shalat Shubuh, beliau berdiri di mihrab, beliau mengucapkan takbiratul ihram yang diikuti oleh para sahabat, Zaenab berteriak dari barisan kaum wanita, “Wahai manusia, aku adalah Zaenab putri Muhammad, sungguh aku telah melindungi Abu al-Ash maka berilah dia keamanan.”

Manakala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam salam dari shalat, beliau memandang hadirin dan berkata, “Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi dzat yang jiwaku ada di tanganNya, aku tidak mengetahui apa pun sebelum aku mendengar apa yang aku dengar, orang paling rendah dari kaum muslimin berhak memberikan perlindungan.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dan berkata kepada putrinya, “Perlakukanlah dia dengan baik, namun kamu harus tahu bahwa kamu tidak halal baginya.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengundang anggota pasukan yang telah mencegat kafilah dagang Abu al-Ash dan menawan para pengawalnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang itu adalah bagian dari kami seperti yang kalian ketahui, kalian telah mengambil hartanya, jika kalian berkenan untuk berbuat baik dan mengembalikan hartanya maka itulah yang kami harapkan, namun jika kalian menolak maka ia adalah fai` yang diberikan Allah kepada kalian, kalian lebih berhak atasnya.” Mereka menjawab, “Kami mengembalikannya, ya Rasulullah.”

Manakala Abu al-Ash menemui mereka untuk mengambil hartanya, mereka berkata kepadanya, “Wahai Abu al-Ash, sesungguhnya kamu adalah orang terpandang di lingkungan Quraisy, kamu adalah sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menantunya, maukah kamu masuk Islam dan kami menyerahkan semua harta ini kepadamu selanjutnya kami menikmati seluruh harta orang-orang Makkah dan tinggal bersama kami di Madinah?” Dia menjawab, “Seburuk-buruk usulan, kalian memintaku memulai agama baruku dengan pengkhianatan.”

Abu al-Ash membawa kafilah dagangnya ke Makkah, di sana dia menyerahkan seluruh harta kafilah kepada pemiliknya, kemudian dia berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, adakah seseorang di antara kalian yang belum menerima hartanya?” Mereka menjawab, “Tidak, dan semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, kami melihatmu sebagai orang yang mulai dan jujur.”

Abu al-Ash berkata, “Karena aku sudah menunaikan hak-hak kalian maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Demi Allah aku tidak masuk Islam di depan Muhammad di Madinah karena aku takut kalian menuduhku hendak memakan harta kalian. Manakala Allah sudah menunaikan harta tersebut kepada kalian, aku pun sudah menyelesaikan tugasku, maka aku masuk Islam.”

Kemudian Abu al-Ash berangkat ke Madinah sehingga dia datang di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menyambutnya dengan baik dan mengembalikan Zaenab kepadanya, beliau bersabda, “Dia berbicara kepadaku dan dia jujur, berjanji kepadaku dan memenuhi.

Pasangan setia, sekali pun sudah berpisah beberapa tahun, akhirnya keduanya bersatu kembali. Wallahu a’lam.