Jika sebuah Isim (kata benda) disebutkan dua kali, maka ia memiliki empat macam keadaan. Karena, bisa jadi keduanya adalah sama-sama Ma’rifah, atau keduanya Nakirah, atau yang pertama Nakirah dan yang kedua Ma’rifah, atau sebaliknya (pertama Ma’rifah dan yang kedua Nakirah).

  1. Jika keduanya Ma’rifah maka kebanyakan kata yang kedua adalah kata yang pertama. Contohnya, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ {6} صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ … {7{

“ Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; …(QS. Al-Fatihah: 6-7)

 

  1. Jika keduanya Nakirah maka kebanyakan kata yang kedua adalah bukan kata yang pertama. Contohnya, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

اللهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً… {54}

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) itu sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban….” (QS. Ar-Ruum: 54)

Maka yang dimaksud dengan ضَعْفٍ yang pertama adalah an-nuthfah (air mani), yang kedua adalah ath-thufuliyyah (masa kanak-kanak) dan yang ketiga adalah asy-Syaikhuhah (masa tua).

Dan kedua jenis di atas (keduanya Ma’rifah dan keduanya Nakirah) terkumpul dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا {5} إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا {6}

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh atau Alam Nasyrah: 5-6)

(Kata الْعُسْر diulang dua kali dengan Ma’rifah, sedangkan kata يُسْرًا dengan Nakirah).

Oleh sebab itu diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma (dalam tafsir ayat tersebut):

“لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ “

“Satu kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”

Karena الْعُسْرُ (kesulitan) yang kedua adalah الْعُسْرُ (kesulitan) yang pertama. Dan karena   اليُسْرُ  (kemudahan) yang keduan bukanlah اليُسْرُ  (kemudahan) yang pertama maka dia (yang kedua) tidak diberi ال

  1. Jika yang pertama adalah Nakirah dan yang kedua adalah Ma’rifah, maka yang kedua adalah yang pertama, dalam rangka membawa kata benda yang kedua kepada makna yang sudah diketahui. Sebagaimana firman-Nya:

  كَمَآأَرْسَلْنَآ إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولاً {15} فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ … {16}

“….Sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rasul tersebut, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. (QS. Al-Muzzammil: 15-16)

Maka الرَّسُولَ yang kedua adalah رَسُولا yang pertama.

  1. Dan jika Isim yang pertama adalah Ma’rifah dan yang kedua adalah Nakirah, maka maksud dari kata yang kedua tergantung dari Qara’in (indikasi-indikasi), maka terkadang indikasi itu menunjukkan bahwa ada perbedaan antara makna kata benda yang kedua dengan yang pertama, seperti firman-Nya:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَالَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ … {55}

Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpah orang-orang yang berdosa; “mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).” (QS. Ar-Ruum: 55)

Dan terkadang indikasi itu menunjukkan kesatuan maksud (bahwa yang kedua adalah kata yang pertama), seperti firman-Nya:

وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْءَانِ مِن كُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ {27} قُرْءاَناً عَرَبِيًّا {28}

Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam al-Qur’an setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) al-Qur’an dalam bahasa Arab … (QS. Az-Zumar: 27-28)

(Sumber: مباحث في علوم القرآن karya Syaikh Manna’ al-Qaththan rahimahullah, cetakan Maktabah al-Ma’arif Riyadh, hal:204. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)