ttaBerbagai sumber/referensi pengetahuan menyebutkan bahwasanya tasbîh ini merupakan simbol religi bagi para pemeluk agama Brahmana (Hindu), Nasrani dan kalangan non Arab (‘Ajam) lainnya. Di dalam penggunaan tasbîh ini mereka mempunyai beberapa tujuan keagamaan yang berbeda-beda menurut perbedaan agama mereka, di antaranya:

1. Menggunakannya untuk menghitung sembahyang.
2. Menggunakannya sebagai perlindungan diri dan jimat.
3. Menggunakannya untuk mencegah mara bahaya dan penyakit.
4. Menggunakannya untuk mengetahui nasib keberuntungan.

Adapun mengenai jumlah biji-bijiannya menurut kaum Nasrani telah disebutkan pada pembahasan terdahulu tentang sejarahnya.

6. Sejarah ‘as-subhah’ (tasbeh) pada orang-orang Arab 

Ketahuilah, bahwa orang-orang Arab tidak mengenal kata ‘as-subhah’ dalam bahasa mereka, juga dalam sembahyang mereka di masa Jahiliyah, demikian pula dalam tradisi mainan mereka. Karena itu, Anda tidak akan mendapati kata ini disebut-sebut di dalam perkataan mereka, baik itu di dalam puisi ataupun sya’ir.

Dan ini merupakan perhatian Tuhan bagi bangsa yang melahir-kan nabi dan rasul terakhir ini. Oleh karena itu, para ulama bahasa Arab telah menetapkan, bahwa lafazh“as-subhah” ini adalah kata yang diadopsi (muwalladah), dan bahwasanya, dengan makna seperti ini tidak pernah ada di dalam ucapan seorang pun yang ke-Araban

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul Haq Jakarta]