mukhamAllah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) agar beliau menjadi pemberi peringatan bagi semesta alam, kemudian Dia Subhanahu wa Ta’ala menggariskan untuk para makhluk-Nya akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus di dalam ayat-ayatnya yang jelas dan terang rambu-rambunya. Hal itu adalah termasuk karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia, yang mana Dia Subhanahu wa Ta’ala meyempurnakan dan mematenkan untuk mereka Ushuluddin (dasar-dasar agama), agar selamat aqidah mereka dan nampak jelas jelas di hadapan mereka ash-Shirath al-Mustaqim (jalan yang lurus). Ayat-ayat tersebut adalah Ummul Kitab (induk/inti dari al-Kitab/al-Qur’an), yang tidak ada perbedaan pendapat di dalam memahaminya, dalam rangka menyelamatkan persatuan ummat, dan menjaga eksistensinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


كِتَابٌ فُصِّلَتْ ءَايَاتُهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَعْلَمُونَ {3}

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.” (QS. Fushilat: 3)

Dan terkadang dasar-dasar agama ini datang dalam banyak tempat di dalam al-Qur’an dengan perbedaan lafazh, ungkapan dan gaya/susunan bahasa, hanya saja maknanya satu. Sehingga sebagiannya mirip dengan sebagian yang lain, dan mencocokinya dalam segi makna tanpa ada kontradiksi.

Adapun selain dasar-dasar agama tersebut berupa furu’ ad-diin (cabang-cabang agama), maka di dalam ayat-ayatnya terdapat sesuatu yang umum (global) dan Isytibah (samar/tidak tegas) yang membuka peluang bagi para Mujtahid (ulama ahli Ijtihad) yang kokoh dalam ilmu untuk berijtijad, sehingga mereka mengembalikannya kepada yang Muhkam (jelas/gamblang) dengan cara membangun cabang-cabang tersebut di atas dasar-dasar yang disebutkan di atas, dan yang parsial (juz’i) di atas yang global –sekalipun hati-hati para pengekor hawa nafsu condong kepadanya (ayat-ayat yang mutasyabih/samar)-.

Dengan kesempurnaan (kemantapan) di dalam dasar-dasar agama dan keumumuan dalam cabang-cabangnya inilah Islam menjadi agama yang manusiawi (cocok untuk manusia), dan abadi yang menjamin kebaikan dunia dan akhirat sepanjang masa dan zaman.

Al-Ihkam Al-‘Aam (Muhkam Secara Umum) Dan At-Tasyabuh Al’Aam (Mutasyaabih Secara Umum)

Al-Ihkam Al-‘Aam (Muhkam Secara Umum)

Al-Muhkam secara bahasa diambil dari kata حكمت الدابة وأحكمت yang berarti aku mencegahnya. Dan kata الحكم (al-Hukmu) adalah memisahkan antara dua hal, maka seorang Hakim adalah orang yang menghalangi/mencegah seorang yang zhalim dan memisahkan antara dua orang yang berseteru, dan membedakan antara yang haq/benar dengan yang batil, yang jujur dan yang dusta.

Dan dikatakan حكمت السفيه وأحكمته: Jika engkau mencegahnya. Dan حكمت الدابة وأحكمتها: Jika engkau membuatkab untuknya al-hakamah (tali kekang), yaitu apa yng mengelilingi mulutnya berupa tali kendali/kekang, karena ia mencegah/menghalangi kuda dari bergerak liar. Termasuk juga kata al-hikmah, karena ia mencegah/menghalangi pemilikinya dari (berbuat) sesuatu yang tidak pantas. Dan إحكام الشيء adalah menyempurnakan atau mengokohkan, المحكم maknanya adalah yang sempurna atau kokoh.

Maka kata إحكام الكلام maknanya adalah menyempurnakan (mengokohkannya) dengan cara memisahkan yang jujur/benar dari yang dusta di dalam berita-beritanya dan yang berisi petunjuk dari yang sesat di dalam perintah-perintahnya. المحكم منه adalah yang seperti itu keadaannya.

Normal
0

false
false
false

MicrosoftInternetExplorer4

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyifati al-Qur’an secara keseluruhan bahwasanya dia Muhkam dengan makna ini. Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}


الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ ءايَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِن لَّدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ {1}

” Alif Laam Raa’,(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Huud: 1)

Dan firman-Nya:


الرَ تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ {1}

” Alif Laam Raa’. Inilah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung hikmah.” (QS. Yunus: 1)

Maka al-Qur’an semuanya muhkam, maksudnya bahwasanya ia adalah sebuah ucapan yang sempurna, fasih, memisahkan antara yang haq dan bathil, dan jujur dan dusta. Dan ini adalah Al-Ihkam Al-‘Aam (Muhkam Secara Umum).

At-Tasyaabuh Al’Aam (Mutasyaabih Secara Umum)

Al-Mutasyabbih secara bahasa diambil dari kata Tasyaabuh yaitu satu bagian dari dua hal menyerupai bagian yang lainnya. Kata asy-Syubhah adalah tidak terbedakannya sesuatu dari yang lainnya, dikarenakan keduanya memiliki sisi kemiripan baik secara dzat maupun makna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


…وَأُتُوا بِهِ مُتُشَابِهًا … {25}

” …Mereka diberi buah-buahan yang serupa …. .” (QS. Al-Baqarah: 25)

Maksudnya adalah sebagiannya menyerupai (mirip) dengan yang lainnya daei sisi warna, bukan dari sisi rasa dan hakekatnya. Ada yang mengatakan:” Serupa/mirip dalam ucapan dan kebaikan kwalitas.”

Dan Tasyaabuh al-Kalam adalah menyerupainya, dan mencocokinya, yang mana sebagiannya membenarkan sebagian yang lain. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyifati al-Qur’an secara keseluruhan bahwasanya ia Mutsyaabih menurut artian ini. Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ … {23}

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang…. .” (QS. Az-Zumar: 23)

Maka al-Qur’an semuanya Mutsyaabih, maksudnya sebagiannya menyerupai sebagian yang lain di dalam kesempurnaan dan keindahan, sebagiannya membenarkan sebagian yang lain di dalam makna. Dan ini adalah Tasyaabuh al-‘Aam. Wallahu A’lam

(Sumber:مباحث في علوم القرآن, Syaikh Manna’ al-Qaththan Maktbah Wahbah, hal. 205-206. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)