images (5)Seorang pemuda bujangan atau gadis perawan yang masih sendiri, sudah barang tentu perhatian utamanya adalah untuk dirinya sendiri, tetapi sesudah menikah, tidak lagi bisa demikian, karena di sisinya ada belahan jiwanya, suami atau istrinya, dan Anda pun kudu berbagi perhatian. Tak jarang ada istri yang mengeluhkan suaminya yang lebih perhatian terhadap dirinya sendiri daripada terhadap istrinya. Sebaliknya juga ada, suami merasakan perhatian istrinya terhadapnya lebih kecil dibanding perhatian istri terhadap dirinya sendiri. Bila posisi Anda adalah korban, maka bersabarlah, barang kali dia masih terbawa oleh keadaannya sebelum menikah. Bila posisi Anda adalah pelaku, maka sudah saatnya Anda memotong kue perhatian dan membaginya secara adil dan berimbang.

Siapa yang tidak ingin diperhatikan? Bahkan bila perlu dicari sekalian, maka ada istilah caper. Hampir semua orang suka diperhatikan, istri atau suami. Istri akan suka bila suaminya perhatian kepadanya. Suami pun juga demikian. Dari sini, maka siapa pun Anda, suami atau istri, dituntut memberikan perhatiannya kepada pasangannya dalam rangka membahagiakannya. Ini satu sisi. Sisi lain, Anda sebagai suami atau istri juga punya dunia sendiri, punya wilayah sebagai diri Anda yang juga menuntut perhatian. Suami dengan pekerjaannya mencari nafkah keluarga dan istri juga dengan pekerjaannya atau dengan posisinya sebagai istri Aisyah ibu di rumah, ini adalah dunia yang juga menuntut perhatian.

Kedua sisi di atas saling tarik ulur, manakah di antara keduanya yang lebih Anda perhatikan? Diri Anda sendiri dengan dunia Anda, atau pasangan Anda? Lebih memperhatikan diri sendiri bisa mengakibatkan pasangan melengos, menuduh Anda egois. Lebih memperhatikan pasangan, bisa membuat urusan dan tanggung jawab Anda tersendat. Tapi dalam hemat saya, Anda tak perlu cemas dan khawatir, sepintas memang dua perhatian ini saling bertentangan, tetapi sebenarnya tidak total, masih bisa diselaraskan.

Saya berpendapat tidak dua-duanya, maksudku hendaknya perhatian suami terhadap dirinya tidak lebih besar dibanding perhatiannya terhadap istrinya, sebagaimana perhatiannya terhadap pasangannya juga tidak lebih besar daripada perhatiannya terhadap dirinya. Seimbang sajalah, khairul umuri ausathuha, sebaik-baik urusan adalah yang tengah. Alasannya, melebihkan salah satunya berarti mengurangi yang lain, padahal dalam pertimbangan saya keduanya secara umum seimbang.

Walaupun seimbang dan jalan tengah dalam masalah ini adalah baik, tetapi penerapannya tidak otomatis kaku dan baku, karena di samping sulit, juga kurang bijak. Terkadang Anda perlu lebih memperhatikan diri sendiri bila hajat dan maslahat mengharuskan demikian. Di saat lain, Anda perlu mengendur dengan mengalah, memberikan perhatian kepada pasangan dalam porsi lebih dibanding porsi untuk diri sendiri. Dan asas dari semua ini adalah maslahat, kebaikan bersama.

Salman berkata kepada Abu ad-Darda`, “… Sesungguhnya dirimu punya hak atasmu dan keluargamu punya hak atasmu. Berikanlah hak kepada pemiliknya.” Rasulullah bersabda, “Salman benar.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari. Wallahu a’lam.