perhitunganAl-Mughirah bin Syu’bah dan seorang pemuda, keduanya sama-sama melamar seorang wanita. Pemuda itu sangat tampan dan menawan. Wanita yang dilamar mengirim balasan kepada keduanya, “Kalian berdua melamarku. Aku tidak menerima salah satu dari kalian sebelum aku melihat dan mendengar perkataannya. Oleh karena itu, kalian berdua harus datang.”

Keduanya datang dan dipersilakan duduk di tempat di mana wanita itu bisa melihat keduanya dan mendengar ucapan mereka berdua. Ketika Mughirah melihat pemuda saingannya, dia mengetahui ketampanannya, penampilannya dan dia masih muda. Maka dia merasa kalah bersaing. Dia yakin tidak mungkin wanita itu memilihnya.

Al-Mughirah memandang pemuda itu dan berkata, “Kamu telah dikaruniai ketampanan dan kemampuan berbicara. Apakah kamu masih memiliki yang lain?” Pemuda itu menjawab, “Ya.” Lalu dia menyebutkan kelebihan-kelebihannya. Kemudian dia diam. Al-Mughirah bertanya, “Apa typemu?” Dia menjawab, “Aku adalah orang yang teliti, sangat teliti, tidak ada sesuatu pun yang lepas dariku kecuali aku mencarinya walaupun ia lebih kecil dari semut hitam.” Al-Mughirah berkata, “Kalau aku, aku meletakkan bahan makanan di sudut rumahku, lalu keluargaku membelanjakannya sesuai dengan keinginan mereka. Aku tidak mengetahuinya habis sehingga mereka meminta yang lain kepadaku.”

Wanita itu berkata, “Demi Allah, orang tua ini, yang tidak menuntutku secara detil, lebih aku sukai daripada pemuda ini yang selalu bertanya kepadaku walaupun ia sekecil semut hitam.” Lalu wanita itu menikah dengan al-Mughirah.

Tabiat orang cenderung tidak suka diteliti dan dikorek hingga ke masalah-masalah yang kecil yang semestinya asas toleran dan tasamuh digunakan, tidak patut bagi suami atau istri memeriksa dan menuntut pasangannya hingga ke hal-hal yang membiarkannya demikian justru lebih baik,

La yughadiru shaghirataw wa kabiratan illa ahshaha.” Dari sisi penuntut sendiri, bila dia terus demikian, niscaya dia akan lelah, tidak pernah merasa tenang, berusaha untuk tajassus, memata-matai, bila ternyata apa yang dimata-matainya benar, maka dia mengetahui sesuatu yang sebenarnya tidak mengetahuinya adalah lebih baik, bila tidak maka ia akan melukai perasaan pasangannya yang dimata-matainya, dia merasa suami atau istri tidak menaruh kepercayaan kepadanya.

Sebagian suami, bila dia memberikan nafkah, harian atau mingguan atau bulanan, meminta istri memberikan laporan terperinci tentang pengeluarannya, layaknya antara atasan dalam sebuah instansi atau perusahaan dengan bawahannya, hitam di atas putih, dia tidak menolerir sedikit pun selisih antara apa yang tertulis dengan apa yang terpakai, selisih seribu atau lima ribu, si suami ini menanyakannya dan meminta tanggung jawab istri. Saya berkata, kejujuran memang wajib, tetapi bukan berarti harus mengorek hingga ke wilayah yang sepatutnya disikapi dengan tasamuh dan lapang dada.

Sebagian istri, mencecar suaminya saat dia pulang terlambat 15 hingga 1 jam. Dari mana, ke mana, mengapa? Terlontar dari mulut istri memberondong suami yang lelah sepulang mencari nafkah. Benar-benar tidak bijak dan kekanak-kanakan. Kalau pun memang harus diinterogasi, mengapa tidak ditunda sesaat sesudah es teh manis atau secangkir kopi terhidang, saat lelahnya mulai menghilang dan pikirannya berada di rumah bersama keluarganya? Sebuah masalah terkadang semakin bermasalah bila dipaksakan diselesaikan bukan pada saat yang tepat.

Tidak ada manusia yang sempurna, karena itu tidak perlu mendetil dan njlimet dalam menghisab pasangan, biarkan apa yang semestinya dibiarkan, hisablah apa yang sepatutnya dihisab, itu pun dengan menimbang cara, waktu dan keadaan. Wallahu a’lam.