DATA BUKU:

Judul Asli: AR-RAHIIQ AL-MAKHTUUM: Bahtsun fi as-Siirah an-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhal ash-Shalatu wa as-Salam.
Judul terjemah: PERJALANAN HIDUP RASUL YANG AGUNG MUHAMMAD Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir.
Penulis: Al-Allamah Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri
Penerjemah: Hanif Yahya, Lc. et. all
Muraja’ah: Abu Bakar Muhammad Altway
Penerbit: Pustaka DARUL HAQ, Jakarta
Tebal buku: 732 + XXXii

Ukuran buku:

Kitab asli dari buku ini, ar-Rahiq al-Makhtum, adalah juara pertama loma penulisan sejarah oleh Rabithah al-Alam al-Islami (Organisasi Konfrensi Islam Internasional), di antara 171 karya tulis yang diajukan sebagai peserta lomba.

Naskah yang diajukan sebagai perserta lomba harus memenuhi syarat-syarat ilmiah yang ketat, di antaranya:
1. Penelitian yang dilakukan harus menyeluruh, dengan memperhatikan runtut peristiwa-peristiwa historis berdasarkan urutan kronologisnya.
2. Penelitian harus bermutu ilmiah tinggi dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
3. Penelitian hendaklah menyebutkan semua manuskrip dan rujukan primer yang dijadikan sebagai rujukan.

Dan berkas-berkas naskah yang diajukan diberi penilaian oleh para pakar dalam bidang sirah dan sejarah dari berbagai negara Islam.

Ini semua adalah jaminan ilmiah dari buku kita ini. Dan kitab aslinya termasuk bess seller dunia, yang membuktikan bahwa buku kita ini diterima secara luas oleh masyarakat dunia Islam. Maka jangan sampai Anda tertinggal oleh gerbong kaum muslimin yang mengambil manfaat dan ilmu dari buku sebaik ini.

Lebih dari itu, ini adalah buku sirah atau biografi perjalanan hidup Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa mengenal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah salah satu di antara tiga landasan utama akidah Islam, yaitu: Ma’rifatullah (mengenal Allah), Ma’rifatu an-Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (mengenal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam), dan Ma’rifat ad-Din al-Islami bi al-Adillah (mengenal Agama Islam dengan dalil-dalilnya). Dan Seorang muslim tidak mungkin memiliki syahadat Muhammad Rasulullah dengan baik apabila tidak mengenal beliau secara baik. Karena harus tetap kita ingat bahwa orang yang logis memberikan kesaksian tentang sesuatu, adalah orang yang mengetahui secara pasti tentang sesuatu tersebut, dan orang yang tidak mengetahui secara benar atau mengetahui secara minim, maka hanya sebatas itulah bobot kebenaran dari kesaksiannya. Karena itu, buku ini adalah langkah awal yang baik, Insya` Allah, untuk mengenal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara menyeluruh, sejak kelahiran beliau hingga detik-detik terakhir. Inilah kedudukan penting dan urgensi buku kita ini.

Buku ini diawali dengan penjelesan cukup rinci letak setrategis dan posisi geografis Jazirah Arabia serta keadaan Bangsa Arab umumnya sebelum Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamdiutus, berikut asal-usul bangsa Arab. Sisi lain yang sangat penting diperhatikan adalah kondisi bangsa Arab secara keagamaan, di mana kepada merekalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamdiutus, khususnya kemusyrikan.

Harus kita ingat kembali bahwa berkat dakwah Nabi Ismail ‘alaihi wa sallam, Jazirah Arabia pernah menjadi Jazirah Tauhid; semua penduduknya (dan menurut pendapat lain, mayoritas) beriman dan bertauhid mengikuti millah Nabi Ibrahim ‘alaihi wa sallam yang hanif. Akan tetapi setelah Nabi Ismail wafat, Allah tidak lagi mengutus rasul di Jazirah Arabia. Semua para nabi yang Allah angkat sebagai rasul setelah itu adalah di luar Jazirah Arabia. Karena itulah agama tauhid yang dipeluk oleh Bangsa Arab sedikit demi sedikit mulai memudar. Karena itu, pada dasarnya Agama yang dianut oleh bangsa Arab adalah agama Islam yang dulu didakwahkan oleh Nabi Ismail ‘alaihi wa sallam, karena semua para rasul yang diutus Allah membawa agama yang sama, Islam. Maka dalam masyarakat Jahiliyah yang kemudian didakwahi oleh Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, banyak ajaran nabi Ismail yang masih dipegang teguh oleh bangsa Arab:
1. Dalam catatan buku-buku sejarah, kita dengan mudah bisa mendapatkan bahwa orang Arab jahiliyah bersumpah dengan, “Wallah (demi Allah).” Ini artinya mereka mengenal Allah sebagai tuhan dengan baik.
2. Mereka juga melaksanakan Haji dan Umrah, bahkan talbiyah mereka sama dengan talbiyah kaum muslimin sekarang, kecuali tambahan batil yang telah mereka imbuhkan kepada talbiyah Nabi Ibrahim tersebut.
3. Bahkan dalam al-Qur`an, dalam banyak ayat, Allah menyebutkan bahwa orang-orang Arab jahiliyah meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan alam ini, hanya Allah memberikan mereka rizki, dan seterusnya.

Ini semua adalah bukti bahwa bangsa Arab bukan bangsa yang tidak mengenal Allah, akan tetapi mereka adalah kaum yang telah mengganti tauhid dan mengotorinya dengan berbagai macam syirik, dalam bentuk berdoa, meminta syafa’at dan bertawassul kepada orang-orang yang mereka anggap baik yang mereka lambangkan dengan berhala dan patung.

Di bagian buku kita ini Syaikh Shafiyurrahman menyebutkan secara rinci bentuk-bentuk penyembahan masyarakat jahiliyah terhadap berhala-berhala itu:
1. Mengerumuninya, menyebut-nyebut namanya dan meminta jalan keluar ketika ada kesulitan dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafa’at di sisi Allah bagi mereka.
2. Thawaf mengelilinginya, merendah diri kepadanya, bahkan bersujud kepadanya.
3. Mendekatkan diri kepadanya dengan menyembelih hewan untuknya atau dengan menyebut namanya ketika menyembelih.
4. Mengkhususkan sebagian dari makanan dan minuman mereka untuk mereka persembahkan untunya.
5. Bernadzar menyajikan sebagian hewan atau hasil tanaman untuk berhala-berhala tersebut.
6. Dan lain sebagainya.

Melihat ini, cobalah bandingkan dengan para penyembah kuburan, persis sama. Bahkan para penyembah kuburan kadang lebih sesat dan lebih ekstrim dari orang-orang musyrik Quraisy.

Orang-orang Arab jahiliyah dihukumi jahiliyah dan kafir oleh Allah dan RasulNya bukan karena tidak percaya adanya Allah, tetapi karena menjadikan orang-orang baik –dalam pandangan mereka- yang dilambangkan dengan patung-patung dan berhala-berhala, sebagai perantara antara diri mereka dengan Allah, dan bukan patung-patung itu sendiri.

Nah kepada masyarakat seperti inilah Nabi kita diutus oleh Allah Ta’ala. Maka inilah sebenarnya inti dari dakwah dan sepak terjang beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam yaitu: menegakkan tauhid dan membentuk generasi bertauhid dan memerangi syirik dan penganutnya.

Maka inilah bingkai dasar dari semua rangkaian peristiwa-peristiwa yang membentuk sirah mulia Nabi yang terjadi berikutnya:
– Beliau mengawali dakwah dengan sembunyi-sembunyi, dan itu berlangusng selama tiga tahun, sehingga ajaran yang beliau bawa hanya di dengar oleh orang-orang dekat dan terbatas.
– Allah kemudian memerintahkan beliau untuk berdakwah secara terang-terangan. Dan inilah yang kemudian menjadi awal segala penderitaan dan cobaan dakwah beliau, sejak dari cacian, dituding sebagai pendusta, dianggap gila, dituduh sebagai tukang sihir, disakiti secara fisik, dilempari batu, diblokade secara ekonomi, bahkan direncanakan dibunuh secara keji.
– Beliau hijrah ke Madinah, dan disanalah Islam tegak sebagai sebuah negara Islam yang utuh.
– Dalam pase Madinah ini, banyak peristiwa besar dan perang yang terjadi: Perang Badar, Perang Uhud, Perang Ahzab, Perjanjian Hudaibiyah, Fathu Makkah Perang Khaibar, dan lain sebagainya.

Ini adalah sebagian kecil dari rangkaian peristiwa sirah yang termuat dalam buku kita ini. Dan dalam buku kita ini semua sub sirah perjalanan hidup Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamdiulas secara rinci, urut dan apik berdasarkan riwayat-riwayat yang dapat dipertanggung jawabkan, sehingga ketika membaca rincian Perang Badar misalnya, Anda akan dibawa seakan duduk di tebing Badar dan menyaksikan pertempuran dan hebat tersebut. Maka inilah buku sirah yang akan membawa Anda bisa membayangkan dengan jelas, di mana seolah Anda sedang berada dalam medan sejarah yang tengah dibentuk oleh sepak terjang laki-laki paling agung yang pernah dikenal sejarah itu sendiri.

Dan setelah semua tugas beliau usai, amanah Allah telah beliau tunaikan dengan baik, Islam telah sempurna, hujjah telah tegak dengan Agama yang beliau emban hingga Hari Kiamat, dan setelah menapaki jalan dakwah yang terjal dan bertabur onak dan duri, dalam detik-detik terakhir, pesan beliau yang berulang kali beliau sabdakan dan disaksikan oleh banyak para sahabat beliau adalah, “Laknat Allah pasti menimpa orang-orang yang menjadikan kuburan nabinya sebagai masjid”, yakni: sebagai tempat beribadah dan berdoa. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah rha, beliau mengisahkan, “Ketika Rasulullah didera sakit keras (menjelang wafat), beliau menutup wajah beliau dengan sehelai kain, dan jika belau siuman beliau menyingkapnya dari wajah beliau dan dalam keadaan seperti itu beliau bersabda,

لعْنَة ُ اللّهِ عَلى الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنبيَائِهمْ مَسَاجِدَ.

‘Laknat Allah pasti menimpa kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur para nabi mereka sebagai masjid-masjid’.

(Kata Aisyah yang meriwayatkan hadits ini), (Beliau bersabda demikian) memperingatkan apa yang mereka lakukan itu, dan kalau bukan karena itu, niscaya kubur beliau akan ditampakkan (baca: pastilah beliau dikuburkan di tempat terbuka); hanya saja karena beliau khawatir kubur beliau dijadikan sebagai masjid (tempat ibadah dan doa, maka beliau pertegas keharamannya).”

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa beliau telah mulai menyampaikan peringatan beliau ini sejak lima hari sebelum wafat sebagaimana dalam hadits Jundub bin Abdillah al-Bajali rhu yang diriwayatkan oleh Muslim. Bahkan ini adalah di antara pesan-pesan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling akhir sebelum menghembuskan nafas terakhir sebagaimana dalam hadits Abu Ubaidah Amir bin al-Jarrah rhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Dalam hadits lain, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara manusia yang paling buruk adalah orang yang didapatkan oleh Kiamat ketika masih hidup, dan orang-orang yang menjadikan kubur-kubur sebagai masjid-masjid.”

Hadits-hadits yang semakna ini, sekali lagi, diriwayatkan oleh banyak para sahabat. Dan Ini memberikan isyarat bahwa penyembahan terhadap kuburan adalah fitnah paling besar yang akan menimpa umat beliau dikemudian hari; lagi-lagi syirik. Maka hendaklah setiap kita waspada, karena tidak ada udzur di hadapan Allah nanti dari perbuatan syirik.

Jika demikian, maka kewajiban kita kaum muslimin yang paling pokok setelah mengkaji sirah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah meneladani beliau dalam mendakwahi orang-orang yang mengaku beriman tetapi masih musyrik dengan berdoa kepada selain Allah disamping berdoa kepada Allah, bahkan menegakkan jihad terhadap mereka, dengan kalimat, harta, jiwa dan raga.

Inilah inti pesan dari mengkaji sirah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang sering dilupakan oleh banyak kalangan. Hal lain yang juga tidak boleh dilupakan adalah bahwa perjalanan hidup Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah merupakan realisasi utuh dan menyeluruh dari pesan-pesan al-Qur`an; dan karena itu dengan mempelajari sirah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kita dapat membayangkan sosok manusia Qur`ani yang utuh pada diri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sosok peribadi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah potret Syari’at utuh yang hidup. Lebih dari itu, pada diri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersandang segala sifat-sifat dan akhlak mulia, dan ini tentu bagian yang tidak kurang pentingnya dari sosok diri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan tentu saja semua itu untuk kita teladani dan kita ikuti dan tidak hanya sebatas konsumsi ilmiah semata.

Akhirnya, semoga Allah berkenan memberikan berkah dengan buku kita ini bagi semua kita kaum muslimin Indonesia. Bacalah buku sirah ini, semoga ia merupakan usaha untuk lebih mengenaal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan awal perubahan kepada pribadi yang lebih baik.

CONTACT PERSON

Pemesanan kitab dan informasi selengkapnya, silahkan hubungi Sdr. Ahmad Maulana: Telpon: (021) 84999585 Hp: (021) 93690244. Situs: www.darulhaq-online.com.