ularKisah ini dituturkan oleh Syaikh Sulaiman ath-Thami di dalam kitabnya Sawalif al-Majalis. Beliau berkata,

Seorang teman bernama Ghunaiman ‘Uwaidhah telah menceritakan kisah ini dari seorang lelaki. Ia berkata,

“Aku tidak takut dari suatu apa pun seperti ketakutanku pada biawak; sejenis kadal besar yang hidup di sawah dan memakan binatang pengerat seperti tikus.”

Lelaki ini bercerita, “Jika aku melihat gambarnya di buku-buku dan majalah-majalah, aku tak bisa tidur semalaman. Gambarnya masih terlihat bak bayangan yang menakutkan di depanku sewaktu aku berusaha memejamkan mataku untuk tidur.”

Lelaki ini pun melalui hari-harinya seperti itu. Dia bercerita, “Pernah suatu hari aku bersama teman-temanku keluar dalam suatu perjalanan. Setibanya kami di tempat rekreasi, kami turun dari kendaraan. Teman-temanku mulai sibuk dengan urusan rekreasi seperti menyantap makanan dan meminum kopi. Sementara aku sendiri, mengingat di dekat kami ada sumur yang penuh air, maka kutanggalkan pakaianku untuk berenang dan kuturuni sumur itu. Aku pun mulai mengambang di dalam air mengingat waktu itu lagi musim kemarau.

Di saat aku tengah mengapung itu, tiba-tiba jatuh-lah di atas kepalaku seekor kadal dan ular yang saling berbelitan (bertautan). Kadal itu hendak memangsa ular tersebut. Sementara ular ingin berkelit (lepas). Ketika keduanya jatuh ke dalam air, kadal itu pun melepaskan ular tersebut. Sang ular pun berenang dan masuk ke salah satu celah dalam sumur. Sedangkan sang kadal mengarah kepadaku dan melompat ke atas kepalaku karena takut tenggelam dalam air. Seketika, mengerut kulitku dan berdiri rambut kepalaku. Aku pun menyelam dalam air untuk berlepas diri darinya. Hanya saja nafasku pendek, maka kuangkat lagi kepalaku untuk mengambil nafas. Ternyata, kadal itu melompat kedua kalinya ke atas kepalaku, lalu aku pun kembali menyelam ke dalam air. Begitulah keadaanku bersama kadal itu hingga lebih setengah jam lamanya.

Kemudian aku berteriak kepada teman-temanku agar mereka menyelamatkanku, namun mereka tidak mendengar teriakanku.

Aku pun terlambat datang ke tengah-tengah mereka, lalu salah seorang dari mereka berkata kepada sebagian yang lainnya, ‘Pergilah kalian dan lihatlah di mana keberadaan teman kita ini?’ ”

Ketika mereka mendatanginya dan melongok dari atas sumur ke arahnya, mereka mendapatinya sedang berseteru dengan seekor kadal dan berada pada akhir nafasnya. Mereka berfikir tentang apa yang harus mereka perbuat. Juga, siapa yang akan turun untuk menyelamatkannya dari kadal itu. Tak ada pilihan selain harus menyelamatkannya. Lalu mereka melemparkan papan kayu di dekatnya, sehingga kadal itu melompat ke atasnya dan dia pun keluar.

Jangan tanya lagi mengenai keadaannya karena saking takut dan gemetarnya. Sementara teman-temannya tertawa gemas dan bertanya kepadanya, “Dari mana kadal itu datang kepadamu? Bagaimana dia datang?” Dia pun tak menjawab pertanyaan mereka selain berkata, “Kuteriaki kalian dan kalian tak mendengar, di manakah posisi kalian dariku?” Sungguh, sebagian rambut kepalanya telah rontok karena tekanan mental yang dialaminya sewaktu menghadapi kadal itu dan tidak tumbuh lagi kecuali setelah beberapa bulan dari kejadian itu.

Sumber: Serial Kisah Teladan 3, Muhamad Shalih Al-Qahthani, Hal: 82, Penerbit Darul Haq