sekolahSEMARANG – Sektretaris Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin mengakui masih adanya persoalan krusial dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, termasuk Pendidikan Islam. Menurutnya, dunia pendidikan Indonesia masih dihadapkan pada masalah kualitas dan distribusi guru.

Persoalan ini semakin terasa ketika dihadapkan pada hasil student assessment negara maju yang menguji pelajar Indonesia secara global dan menempatkan Indonesia pada urutan dua paling buncit, hanya lebih baik negara Peru.

“Fakta mengejutkan, bahwa hasil student assessment itu menempatkan Indonesia pada posisi yang memprihatinkan, menempati urutan ke- 64 dari 65 negara yang di-assessment,” kata Kamaruddin Amin, saat membuka Sosialisasi Anugerah Konstitusi Pada Satuan Kerja Daerah Zona I, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (22/04) kemarin.

Hasil ini semakin ironis karena, lanjut Kamaruddin, Indonesia adalah negara yang memiliki investasi guru terbesar kedua setelah Jepang dengan rasio satu guru berbanding sepuluh murid. “Sesunguhnya ini suatu yang sangat mewah, ketimbang negara maju lainnya seperti di Eropa. Bahkan jika dibandingkan dengan Finlandia yang cukup terkenal dengan kemajuan pendidikan menengahnya,” tandas Kamaruddin.

Terkait guru, lanjut Kamaruddin, hasil kajian World Bank menunjukan bahwa pendidikan Indonesia dihadapkan pada dua masalah serius, yaitu kualitas dan distribusi guru. “Masalah kualitas banyak sekali penyebabnya. Guru ini adalah entitas yang paling banyak persoalan yang perlu difikirkan dan sangat komplikatif, baik dari segi aggaran atau lainnya,” ujarnya.

“Semuanya harus segera diantisipasi,” tambahnya di depan para guru MTs dan MA mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).

Sebelumnya, Kepala Bagian Ortala dan Kepegawian Ainur Rafiq menambahkan, bahwa sosialisasi ini diselenggarakan sebagai bagian dari persiapan program pemberian Anugerah Konstitusi 2014 kapada guru PKN yang berprestasi. Anugerah ini diberikan dengan harapan mampu memotivasi para guru untuk terus mengambangkan metode pembelajaran PKN kapada siswanya.

Ditambahkan Kamaruddin, pemberian anugerah konstitusi, tidak lepas dari semangat untuk memotivasi para guru madrasah agar terus mengembangkan kualitas dan kompetensinya. Dengan demikian, guru-guru Indonesia pada umumnya dan madrasah pada khususnya bisa bersaing dengan guru di negara yangmaju pendidikannya.

“Di negara maju, menjadi guru tidak mudah. Guru adalah pekerjaan prestisius yang dicita-citakan sejak belia. Beda di kita, guru sering menjadi profesi pilihan terakhir sehingga tidak menjiwai, apalagi memimpikan,” pungkas mantan Pembantu Rektor UIN Makassar. (kemenag)